Ini kelanjutan kisah aku istri Gus Zidan ya, semoga kalau. suka🥰🥰🥰
****
"Mas, saya mau menikah dengan Anda."
Gus Syakil tercengang, matanya membesar sempurna, ia ingin sekali beranjak dari tempatnya tapi kakinya untuk saat itu belum mampu ia gerakkan,
"Apa?" Ia duduk lebih tegap, mencoba memastikan ia tidak salah dengar.
Gadis itu menganggukan kepalanya pelan, kemudian menatap Gus Syakil dengan wajah serius. "Saya bilang, saya mau menikah dengan Anda."
Gus Syakil menelan ludah, merasa percakapan ini terlalu mendadak. "Tunggu... tunggu sebentar. mbak ini... siapa? Saya bahkan tidak tahu siapa Anda, dan... apa yang membuat Anda berpikir saya akan setuju?"
Gadis itu tersenyum tipis, meski sorot matanya tetap serius. "Nama saya Sifa. Saya bukan orang sembarangan, dan saya tahu apa yang saya inginkan. Anda adalah Syakil, bukan? Anak dari Bu Chusna? Saya tahu siapa Anda."
Gus Syakil mengusap wajahnya dengan tangan, mencoba memahami situasi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon triani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Perceraian Ning Chusna
Ning Chusna
Langkahnya begitu yakin memasuki ruang sidang, ini untuk yang terakhir setelah beberapa kali sidang yang ia jalani. Senyumnya mengembang saat melihat seseorang yang tengah duduk tenang di salah satu kursi, kemudian kedua tanggannya mengatup di depan dada memberi salam.
Pria itu hanya tersenyum tipis, dan Ning Chusna memilih untuk mencari tempat duduk sebelum sidang di mulai, bibirnya tidak berhenti bergerak untuk beristigfar, lantunan tasbih terus bergemuruh di dalam hati berharap ia mendapatkan ketenangan.
Baru saja ia duduk, tiba-tiba seseorang menyusulnya di samping tempat duduknya,
"Assalamualaikum, dek." suara itu dulu begitu ia rindukan setiap kali menunggu datang dan sekarang seolah semuanya menguap, meskipun begitu ia masih sangat hafal dengan suara itu meskipun dua tahun akhir ini suara menyapa itu begitu jarang ia dengar.
Ning Chusna menoleh dengan tenang, senyum tipisnya tidak pernah luput dari bibirnya, "Waalaikumsalam,"
"Bagaimana kabarmu?" tanyanya.
"Alhamdulillah, saya baik mas. Bagaimana kabar dek Nafis dan bayinya? Saya dengan dek Nafis habis lahiran anak ke dua ya?" tanya Ning Chusna kemudian dan merogoh sesuatu dari dalam tas nya, sebuah bungkusan besar yang sengaja ia bawa hari ini, "Kemarin saya tidak bisa datang, tolong sampaikan kado ini untuk dek Nafis." ucapnya sembari menyerahkan bungkusan itu dan gus Arif hanya bisa pasrah menerimanya, sepertinya ia masih berusaha mencerna apa yang terjadi.
"Mas, sepertinya Zidan datang, saya harus menyambutnya." ucap Ning Chusna dan berdiri,
"Dek,"
Panggilan itu berhasil membuat Ning Chusna berhenti, ia tetap berdiri di tempatnya tanpa berniat memalingkan wajahnya. Gus Arif pun meletakkan bingkisan dari Ning Chusna di kursi kemudian berdiri,
"Dek, jika kamu ingin berubah pikiran hari ini, aku akan menerimanya dengan lapang dada, kita bisa rujuk kembali. Aku akan membantumu mengurus Syakil."
Ning Chusna tersenyum kecut, ia tidak menyangka suaminya akan mengatakan hal itu, "Sayangnya keputusan saya sudah bulat, mas. Jadi maaf! Lagipula Syakil sekarang sudah menikah, meskipun keadaanya tidak seperti dulu, tapi insyaallah dia punya istri yang baik, yang siap menjaga Syakil."
"Dek ...., kamu jangan berkeras hati."
"Sampai bertemu di sidang, mas. Dengan status yang insyaallah lebih baik, assalamualaikum." ucap Ning Chusna sembari melangkah meninggalkan Gus Arif yang masih terdiam di tempatnya. Tidak ada penyesalan yang datangnya di awal dan mungkin Gus Arif tengah merasakannya saat ini. Cukup sulit dulu perjuangannya untuk mendapatkan cinta dari Ning Chusna tapi setelah mendapatkannya, sepertinya ia lupa cara untuk mendapatkannya.
Gus Zidan menghampiri sang kakak, ia segera memberi kekuatan untuk kakaknya atas apa yang ia putuskan hari ini, "Semoga ini keputusan terbaik untuk kakak,"
"Terimakasih, Zid. Aza tidak ikut?"
Zidan menggelengkan kepalanya, "Sebenarnya ingin ikut tapi kasihan sama dedek kalau harus di tinggal. Ayo kak, aku temenin masuk, sepertinya sidang akan di mulai."
Ning Chusna menganggukkan kepalanya dan mereka pun berjalan masuk. Sidang dilakukan di ruang tertutup, hanya beberapa orang saja yang masuk.
Setelah sidang selesai, Zidan meminta Ning Chusna untuk menunggu di depan sedangkan Gus Zidan meminta ijin untuk menemui Gus Arif terlebih dulu, bagaimanapun mereka saat ini, ia harus tetap menjaga silaturahmi.
"Baiklah, jangan lama-lama ya. Setelah ini antar kakak ke bandara ya."
"Kak Chusna mau ke mana?" tanya Gus Zidan penasaran.
"Sudah lama tidak mengunjungi Syakil."
"Ohhh, baiklah."
Ning Chusna pun keluar dari ruangan dan menuju ke tempat parkir. Langkahnya melambat saat manik matanya menangkap seseorang yang tengah duduk di bangku kayu di bawah pohon, ia pun berjalan cepat dan menghampirinya.
"Assalamualaikum, mas Wahyu." sapa Ning Chusna cukup membuat Wahyu berdiri dari tempatnya, "Duduk saja."
Wahyu tersenyum dan mengurungkan niatnya untuk berdiri, tapi ia menggeser duduknya hingga berada di sisi paling ujung, "Waalaikumsalam, Ning Chusna. Apa sudah selesai?"
Ning Chusna pun duduk, kemudian menghela nafas, "Alhamdulillah, semuanya berjalan lancar."
Wahyu menatap lurus ke depan, "Saya tidak tahu harus mengucapkan apa pada Ning Chusna, entah selamat atau apa yang pasti saya mendoakan yang terbaik untuk Ning Chusna semoga kedepannya Ning Chusna dipertemukan dengan jodoh yang terbaik yang akan menemani Ning Chusna hingga Jannah."
Ning Chusna tersenyum, "Apapun yang kamu doakan, semoga menjadi kenyataan. Terimakasih karena sudah menemani perjuangan ku selama ini."
Wahyu tersenyum sejenak kemudian menoleh pada Ning Chusna, "Bagaimana jika saya mendoakan semoga suatu saat nanti saya yang akan menjadi jodoh Ning Chusna, apa Ning Chusna tidak keberatan?" tanyanya meminta ijin.
Ning Chusna terdiam, ia bahkan baru satu jam lalu mendapatkan akta cerai dan ia masih harus menjalani masa idah, tapi kini seorang pria dewasa di sampingnya sudah melamarnya meskipun secara tidak langsung.
"Mas Wahyu...,"
Wahyu kembali tersenyum, "Saya tidak memaksakan, tapi insyaallah saya akan memaksakannya pada doa-doa saya di setiap sujud saya, semoga yang Allah jodohkan pada saya adalah Ning Chusna."
"Insyaallah, saya hanya bisa mengaminkan tapi saya tidak bisa memberi jawaban atas apapun saat ini." ucap Ning Chusna.
"Terimakasih, Ning. Setidaknya itu untuk saat ini adalah jawaban yang saya butuhkan."
***
Syakil dan Sifa tengah berada di sebuah taman, tampak Syakil menatap lurus ke depan seperti tengah memikirkan sesuatu sedangkan Sifa terlihat begitu bosan meskipun di dekatnya begitu banyak camilan yang menemani tapi tetap saja, ini sudah dua jam sejam mereka ke taman tapi Syakil tidak melakukan apa-apa selain duduk menatap air mancur buatan di tengah taman ini.
"Mas ...., kapan kita pulang?"
Syakil menoleh pada Sifa dan tersenyum, "Sebentar lagi."
Sifa pun akhirnya memutuskan untuk bertanya, "Mas Syakil kenapa sih? Ada masalah?"
Syakil menghela nafas, "Aku tidak tahu ini masalah atau sesuatu yang harusnya aku syukuri."
Sifa mengerutkan keningnya, "Maksudnya?"
"Hari ini hari perceraian bunda dan ayah sambung saya, meskipun aku tidak punya hubungan darah dengan bunda, tapi bunda yang sudah menjagaku sejak kecil, sejak Abi meninggal. Bunda yang aku punya selama ini, meskipun ia mengatakan ia baik-baik saja, tapi tidak ada perceraian yang baik-baik saja kan?" tanyanya sambil menoleh pada Sifa.
Deg
Sifa tertegun, ia teringat dengan kebohongannya, Apa jika mas Syakil tahu semuanya, mas Syakil juga akan menceraikan Sifa? Batin Sifa merasa takut.
"Mas..., seandainya aku berbohong sama mas Syakil, apa mas Syakil akan marah? Atau mas Syakil akan menceraikan Sifa?"
Mendengar pertanyaan dari Sifa, Syakil mengerutkan keningnya bingung, "Kamu berbohong apa?"
"Aku kan bilangnya, seandainya." jawab Sifa beralibi.
Syakil pun tersenyum, "Baiklah, ayo pulang. Sudah sore." ucap Syakil dan Sifa pun tersenyum.
Bersambung
malu 2 tapi mau🤭
saranku ya sif jujur saja kalau kamu yg nabrak syakil biar gak terlalu kecewa syakil nya
pasti dokter nya mau ketawa pun harus di tahan....
krn gak mungkin juga lepas ketawa nya...