Simon adalah remaja berusia 16 tahun yang mempunyai pacar bernama Maria.
mereka sudah pacaran selama 3 tahun. ya, sejak SMP sampai saat ini. seluruh murid sekolah Bina Bangsa sudah tidak asing lagi dengan pasangan ini. bukan pasangan yang romantis sebenarnya namun mereka berdua sama sama berprestasi.
Simon yang pandai dalam berorganisasi dan calon ketua osis, sedangkan Maria yang berprestasi di bidang olimpiade sains.
Mari kita ikuti kisah cinta mereka disini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 123123tesmenulis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masa Pacaran SMP
Tak terasa hubungan mereka sudah hampir 1 tahun. Dimana saat ini Simon sudah mulai mempersiapkan untuk ujian akhir sekolah karena dia sudah kelas 9.
Hubungan mereka berjalan seperti remaja pubertas pada umumnya, namun dengan batasan batasan batasan dari orang tua mereka tentunya.
Simon selalu diajarkan untuk tidak melakukan kontak fisik berlebihan kepada Maria oleh ayahnya. Sedangkan Maria selalu diajarkan ibunya untuk selalu menjada pakaiannya agar sopan dna tidak mengundang perhatian lawan jenis.
Selain itu, Ron, ayah Simon juga mendatangkan guru ngaji kepada Simon tentunya untuk lebih memberikan batasan agama dalam pergaulan mereka.
Walaupun mereka adalah konglomerat, namun mereka selalu mengutamakan agama dalam segala aspek kehidupan.
Dan dengan batasan batasan itu, sejauh ini gaya Pacaran Simon dan Maria hanya sebatas pergi les bareng, jalan jalan dan tentunya piknik keluarga bersama.
Sedikit pun tidak pernah terbesit hal lain dari sisi mereka walaupun terkadang, teman teman mereka selalu iseng bertanya "lu udh cium dia belum?" atau "kalian udh ngapain aja?".
Yang hanya dijawab dengan gelengan kepala oleh Simon. Awalnya ia risih. namun lama kelamaan itu adalah hal yang biasa baginya.
"kak!! Gimana hasi Try Out nya?" Maria menghampiri Simon dan bertanya. Ditangannya ada sebuah Ipad yang belakangan selalu ia bawa kemana mana karena berisi latihan soal olimpiade matematika tingkat Nasional. Ya, sesuai dengan arahan dari sang ayah, Maria sekarang menggeluti dunia OSN. Taun lalu ia berhasil mendapatkan mendali emas OSN SMP bidang Matematika dan taun ini dia berkesempatan untuk mengikuti OSN SMA.
"Alhamdulillah memuaskan dong," jawab Simon seraya mengusap kepala Maria lembut. Sejauh ini hanya itu yang dia lakukan. Merangkul, bahkan memelukpun dia tidak berani. Karena jika sampai ketahuan ayahnya sudah pasti ia akan mendapatkan hukuman.
Selama ini yang selalu keras mewanti wanti Simon adalah ayahnya, bukan ayah Maria. dan Simon selalu segan dengan ayahnya itu sehingga ia tidak berani mengecewakannya.
"Syukurlah, aku senang mendengarnya. Gimana dengan persiapan daftar SMA kamu? Apakah kamu dapat kuota?" Maria kembali bertanya.
"Papa bilang biar dia yang urus, jadi santai saja."
sekolah SMA yang akan Simon masuki adalah sekolah islam terpadu yang paling terkenal di Bandung. Untuk masuk kesana saja ada kuota dan tentunya tidak bisa sembarang anak, minimal sudah fasih baca Al-Qur'an . Jumlah siswa yang diterima pun dibatasi hanya 200 orang perangkatannya.
dan karena hal itu pula Maria takut, takut jika suatu saat Simon bisa saja memutuskannua karena dia mendapatkan wanita lain di sekolah itu. Apalagi jika dilihat mungkin saja agama mereka lebih bagus daripada Maria.
"ka, kamu ga akan mutusin aku kan?"
Simon tertawa kecil.
"kamu ngomong apa sih? Ya ga mungkin lah aku mutusin kamu. Aku kan sayang sama kamu"
"yaa kali aja di SMA nanti kamu ketemu cewe lain yang lebih dari aku." Maria murung. Ia benar Benar takut berpisah dari Simon.
"kamu, bisa ga usah SMA aja ga sih? huhu.. "kini air matanya menetes. Simon panik, pasalnya selama 1 tahun ini Maria belum pernah menangis karena dirinya.
Ya dia sering sih melihat Maria menangis, tapi paling karena cape latihan soal, atau karena dimarahi papa nya. Tapi kali ini Maria nangisin dia?
Aduh gimana ini?
Simon panik sendiri
"eehh Mar jangan nangis dongg.. Aku kan masih disini. SMA nya masih 3 bulan lagi kok. " Simon nerusaha menenangkan Maria. Ia memberikan tisu untuk menghapus air mata Maria.
Tidak berani untuk langsung menghapuskan air mata itu.
Maria menghapus air matanya da mencoba tersenyum.
" a.. Akuu cuma ga kebayang aja nanti les ga ada yang nemenin, ga ada kamu juga yang semangati aku kalo mau tanding. Terus nanti kamu ketemu cewe lain disana gimana hiks.."
"engga kok. Aku janji. Cewe yang bakal aku liat cuma kamu. Oke. Apa perlu aku janji ke papa kamu lagi?" Kembali Simon mengusap rambut Maria dengan lembut.
"udah yaa . Yuk aku anterin kamu les. Udah telat lohh.."
...****************...
Hari OSN pun tiba, Maria yanb sudah berlatih selama berbulan bulan untuk olimpiade ini akhirnya selesai mengerjakan soal.
Sampai akhirnya pengumuman hasil keluar dan Maria dinyatakan mendapatkan mendali Perak. ya, walaupun perak tapi Maria bari kelas 8 SMP dan ia mengikuti OSN tingkat SMA itu sudah sagat berprestasi.
"selamat sayang kamu hebat!!" Sofia meraih anaknya dan memeluknya erat.
"papa mana ma?" Maria melepas pelukannya dan mencari ayahnya.
"Papa ada meeting mendadak sayang, tapi ada seseorang spesial yang datang kok" ibunya mengerling kearah belakang. Dan di belakang ada Simon yang daang dengan sebuah bucket bunga yang harum.
"Ka Mon!!" Maria menghampiri Simon sambil mengacungkan mendali yang ada di lehernya, menunjukkan bahwa ia sudha berhasil memenangkan pertandingan itu.
Simon tersenyum seraya memberikan bucket bunga itu. Maria menerkmanyadengan bahagia
"selamat ya, kamu hebat!!" kemabali, hanya mengusap rambut Maria dengan lembut saja yang bisa dia lakukan.
"Makasi kak, ink semua berkat support dari kaka. Makasi ya selalu nemenin aku latihan soal"
"urwell, so aku baru buka tabungan aku, jadi hari ini aku mau traktir kamu, dan mama kamu buat makan".
Simon memang selalu menabung, hal itu karena ayahnya tak pernah memberikan ia uang untuk sekedar mentraktir Maria. Jadi, ia hanya punya jatah sebulan sekali ajak Maria jalan jalan. Tentunya dari hasil tabungan uang jajan nya selama sebulan.
Begitupun dengan Maria. Terkadang ia suka membelikan Simon beberapa barang seperti raket, sepatu ataupun buku menggunakan uang tabungan nya. Namun berbeda dengan Simon, Maria masih diberikan uang oleh ayahnya jika ia ingin membelikan sesuatu untuk Simon.
...****************...
Hari ini adalah hari perpisahan Simon. Maria murung sejak tadi pagi. Ia seperti tak rela harus berpisah dengan sang kekasih.
Namun ayahnya selalu menenangkan Maria. Ya, dalam hal ini ayahnya harus turun tangan karena jika dibiarkan, ia takut Maria akan memeluk Simon. Brian paling takut jika hal itu terjadi, baginya jika sekali saja terjadi kontak fisik antara keduanya, maka itu akan menjadi gerbang menuju kontak fisik yang lainnya.
"its okay sayang, kalian masih bisa bertemu seminggu sekali kok"
"iya pa Maria ngerti ko" jawab Maria badmood.
Ia badmood karena jika ada ayahnya, ia tak leluasa berbicara dengan Simon. Bukan karena malu, namun terkadang Ayahnya lebih senang mengobrol dengan Simon daripada dirinya. Sehingga dia merasa diabaikan.