Felycia gadis yang cantik, periang, lucu dan punya banyak Sahabat, namun tidak ada yang tau rahasia apa yang sedang ia sembunyikan. satu-satunya sahabat dia yang paling dekatpun tidak mengetahuinya.
mau tau apa yang di sembunyikan Felycia. mari ikuti ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sani iswanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab15.
Saat membereskan kamar milik anak majikannya, bi Arum menemukan benda panjang di meja riasnya.
"Tespek.. Astagfirullah, neng Felycia hamil.!" ucap bi Arum sambil menutup mulutnya. "Pantesan akhir-akhir ini permintaannya aneh-aneh, aku harus kasih tau pak Willy sebelum terlambat", bi Arum pun lari tergopoh menuruni anak tangga satu persatu.
Saat sampai dilantai dasar, wanita paruh baya itu ragu-ragu, takut majikannya itu marah. Akan tetapi ia juga kasihan pada Felycia.
Ia pun memberanikan diri untuk menghampiri majikannya. "Permisi pak, saya nemu ini di kamarnya neng Felycia". Ucapnya, sambil memberikan benda berupa tespek itu.
Willy pun menerima benda yang di sodorkan Artnya. "Felycia hamil bi,?" ucapnya sambil menatap ke samping dimana bi Arum berdiri.
"Sepertinya begitu pak, akhir-akhir ini permintaan neng Fely juga aneh kadang saya juga melihat dia muntah-muntah.!" tutur bi Arum, takut-takut Willy akan murka pada anaknya.
Willy pun membuka kacamata nya. "Dimana dia sekarang?."
"Di taman belakang, pak", jawab bi Arum.
"Tolong panggilkan!" bi Arum sedikit ragu untuk memanggil Felycia.
"Kenapa masih disitu.?"
"I-iya pak, tapi jangan di marahin ya, kasian neng Fely." ucap bi Arum.
"Tidak! Saya tidak mungkin marahin putri saya", ucapnya dengan nada bicara yang tenang.
Kemudian bi Arum pun segera ke taman belakang untuk segera memanggil Felycia.
"Duduk.!" titah Willy saat putrinya menghampirinya.
"Siapa ayah anak yang kamu kandung itu.?" pertanyaan Willy begitu membuat gadis itu kaget.
"Papa sudah tau, ini.!" Willy menyodorkan tespek ke hadapan anaknya.
Air mata Felycia luruh gadis itu berlutut di kaki Willy. "Maafkan Fely, pah!"
"Sudah! Katakan saja siapa lelaki itu minta pertanggung jawabannya!".
Felycia menggeleng kepala nya cepat. "Dia tidak mengakuinya pah, dan dia tidak mungkin mau bertanggung jawab, karna dia suami orang.!", tutur Felycia di tengah tangisnya, tubuhnya pun masih terduduk di lantai.
"Katakan siapa orangnya, papa ingin tau.!"
"Tidak perlu pah, dia tidak peduli dan tidak mau mengakuinya. Aku udah berjanji untuk besarin anak ini sendirian, Fely mohon sama papa biarkan orang itu menerima karma nya
nanti, Fely hanya ingin hidup tenang menjalani kehamilan Felly.!"
Willy pun luruh dengan ucapan dari anaknya, mungkin itu yang terbaik, tapi lelaki itu berjanji akan mencari tau siapa laki-laki yang telah menghamili putrinya.
"Baiklah papa akan turuti, sekarang apa yang kamu inginkan.?" ucap Willy sambil menyuruh anaknya untuk bangun dan kembali duduk di sofa.
"Papa kan ada Villa di bogor, boleh gak kita pindah kesana.?"
"Mmm boleh, ide yang bagus!. Mau kapan, sekarang?, jawab Willy, antusias.
"Secepat itu, emang boleh pah.?" buat putri papa sama calon cucu papa, apa sih yang enggak.
"Aaaa.. Makasih papa.!", Felycia memeluk tubuh papa nya.
...
Setelah memutuskan rencana pindahan kemarin, akhirnya Felycia memutuskan pindahan pagi-pagi saja.
Semua keperluan yang penting-penting saja yang akan mereka bawa.
"Ini udah semua kan, neng.?" tanya mang Supri.
"Udah mang, makasih ya.?"
"Siap neng.!"
Setelah semuanya selesai, mereka pun segera berangkat meninggalkan rumah dan kota jakarta itu.
Mang Supri sebagai supir pun harus exstra kuat karna perjalanan cukup jauh, Villa itu terletak di sebuah perkampungan yang masih asri.
"Yakin, pak Supri kuat nih.?", tanya Willy karna usia nya lebih tua dua tahun darinya.
"Kuat tenang saja.!" selorohnya dengan menaik turunkan satu alisnya.
"Pak Supri ini, bisa aja. Nanti kalau pak Supri terasa pegal biar gantian sama saya aja,".
"Siap pak, tenang aja!"
Mobil melaju membelah kota jakarta menuju bogor dimana Villa itu berada.
...
"Satria, gimana sudah bisa Felycia di hubungi.?" tanya bu Vera.
"Dari kemaren nomornya gak aktif bun." jawab Satria lelah kemana ia harus mencari gadis itu
"Udah tanya Syakira belum, dimana rumahnya.?"
Satria menggeleng. "Kamu ini yaa.." tutur bu Vera gemas dengan tingkah anaknya, Satria jika sedang tidak fokus pikirannya pun tidak sepintar saat bekerja di kantor.
"Kalau adikmu sudah pulang kuliah, tanyain.!" ucap bu Vera dengan tegas.
"Iya bun.!" jawab Satria lemas.
...
Sore hari Syakira baru sampai di rumahnya.
"Sya, gimana..? Tanya Satria sudah tidak sabar lagi.
"Fely menunda kuliahnya beberapa tahun ke depan.", lirih Syakira, gadis iti sangat menyesal telah mengumpat dan mengusir sahabatnya itu, mau minta maaf pun nomornya sudah tidak aktif lagi.
"Sya, kamu tau kan rumahnya.?", tanya Satria dengan cepat, Syakira pun mengangguk dengan cepat. "Ayo kita kesana..!"
Keduanya pun keluar dam segera menaiki mobil.
Tiga puluh menit mereka baru sampai di depan rumah mewah milik Felycia, namun rumah itu terlihat sepi dan pagar nya pun tertutup rapat.
"Permisi..!" ucap Satria.
"Fel, ini gue Syakira, keluar dong gue mau minta maaf, Felycia.!" teriak Syakira.
Saat mereka masih berusaha mengetuk pagar besi yang menjulang tinggi itu, seorang ibu-ibu menghampiri mereka.
"Mbak, mas, rumah ini kosong, pemiliknya baru aja pindah dua hari yang lalu.!" ucap ibu-ibu itu.
"Hah pindah, kira-kira ibu tau kemana pindahnya.?" tutur Satria.
"Wah! Kalau itu saya kurang tau mas, maaf permisi." ucap ibu-ibu itu.
"Oh gitu ya bu, ya udah makasih ya.!" ucap Syakira dan ibu itu pun kembali masuk ke rumahnya yang terletak di sebrang komplek itu.
"Kemana lagi kita harus mencari Felycia.?", Satria tampak gusar.
"Lain kali kita cari tai bang, nanti aku tanya-tanya ke temen-temen yang lainnya, siapa tau mereka tau kemana Fely pindah.!".
Lalu kedua nya pun kembali masuk ke mobilnya.
