Mitha, Gadis Kaya yang mendadak miskin karena sang ayah direbut Pelakor. Hidupnya berubah 180⁰ sehingga pekerjaan apapun dia geluti demi menafkahi sang mama yang sakit-sakitan. Dia bergabung menjadi Pasukan Orange DKI Jakarta
Selama menjalani profesinya menjadi pasukan orange banyak ujian dan cobaan. Dan Mitha menemukan cinta sejati di lingkungan kerjanya, seorang lelaki yang berkedudukan tinggi tapi sudah beristri.
Apakah dia juga akan menjadi Pelakor seperti perempuan yang merebut ayahnya dari mamanya?? Yuk..di subscribe dan ikuti ceritanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gagal Di lamar
Keesokan harinya Mitha sudah berangkat ke rumah sakit dengan membawa sarapan dan bubur MPASI untuk Faiza. Walaupun ada tanda tanya besar di benaknya, apakah aman ke rumah sakit kuatir nya Irish ada di sana.
Mitha membuka pintu kamar perawatan, Megan masih tertidur. Lasmi sedang menyiapkan susu botol untuk Faiza. "Mpok, Mitha bawa sarapan. Ayo sarapan dulu, Mpok"
"Pagi banget Mit ke sininya" tanya Lasmi
"Hari ini Mitha ada tugas jadi MC acara PKK, Mpok. Kemarin Bu Laily minta Mitha menyiapkan acaranya"
"Enak Mitha sekarang udah ga ngaduk-ngaduk got lagi kerjanya" Mpok Lasmi sedang membuka bekal dari Mitha
"Kalau di lapangan butuh orang, Mitha masih bantuin di lapangan kok Mpok, Nyapu jalan dan membersihkan Selokan, di kantor Mitha gantiin posisi mba Mun" Mitha menjelaskan
"Oh kirain udah Deket sama pak Lurah jadi spesial" gurau Lasmi
"Martabak kali ahh pake spesial segala" Jawab Mitha sambil mengganti popok Faiza
"Kamu bikin sarapan apa, nda.." suara berat Megan di samping telinga Mitha
"Astaghfirullah.. bang Tara. Bikin kaget aja!!" Mitha mendelik
"Kaget apa malu?" Goda Megan
"Jangan deket-deket, bau rokok!" Megan mengendus bajunya "Engga ahh" katanya
"Mandi dulu sana, harusnya masuk ruang perawatan bajunya diganti dulu, jangan bau rokok begini" Mitha menggerutu
"Bunda bawel, cerewet!!" Ledeknya
"Idiihhh apa-apaan sih panggil bunda. Jangan aneh-aneh bang! Nanti cowo-cowo takut deketin aku" Mitha melemparkan tatapan marah bin sewot
"Biar gak ada yang naksir kamu lagi, Kamu udah jadi milik aku!" Megan berlalu ke kamar mandi
Mitha hanya bisa menghentakkan kaki ke lantai. Lasmi yang melihatnya hanya Senyum-senyum.
"Mit, semalem Bu Irish main di sini! Jijik banget Mpok liatnya. Mpok disuruh keluar kamar, anaknya nangis dia belum berenti juga. Sampe Mpok gak tega lihat Faiza nangis" bisik Lasmi
'Main? Main apaan Mpok?" dengan wajah bingung Mitha mencerna ucapan Lasmi
"Anu..enak-enak" Mitha masih mengernyit
"ahh susah ngomong sama perawan. Engga ngerti" Lasmi memperagakan dengan tangannya yang ditumpuk dan diberi gerakan naik turun seperti memompa.
"Ohh..astagaa! Serius Mpok! Sama bapak?!" Mitha mendadak nge-freeze dan melongo
"Iisshh bukaan, tapi sama pacarnya" Lasmi masih memperagakan dengan tangannya. Mitha speechless.
Megan keluar dari kamar mandi dengan wajah segar dan harum. Mitha yang sudah menyiapkan makanan untuk atasannya, lalu menyibukkan diri dengan mengurus Faiza.
"Bunda, temani aku makan" Dengan wajah memelas Megan duduk di sofa sambil menatap Mitha
"Pak tolong dikondisikan ucapannya ya! Nanti kalau ada yang dengar aku jadi disalahkan dan disebut Pelakor sama orang" Mitha protes
"Oke..oke gak diulangi, ayo temani aku makan" rengek Megan. Dengan wajah kesal Mitha membawa Faiza juga mendorong tiang infus mendekati Megan dan duduk di sebelahnya.
Lasmi seperti obat nyamuk berada di sana, melihat Megan yang terus-terusan meledek dan menggoda Mitha.
****
Mitha yang ditugaskan menjadi MC di acara PKK, seringkali gagal fokus karena Celotehan ibu-ibu yang sudah berani memprovokasi kedekatannya dengan Megan. Mereka tidak segan-segan menjadi Mak comblang buat Mitha dan Megan.
"Mit, pak Lurah minta minum. Ambilin gih. Layanin dulu pacarnya" Mitha hanya bisa menahan kekesalannya
"Ibu-ibu kalau urusan gosip dan jodoh-jodohin paling pinter emang" Gerutu Mitha
"Gimana Mitha pacaran sama duda ganteng? Banyak saingannya dong" Sindir Bu Siam
"Siapa yang duda Bu?" Setahu Mitha yang duda hanya pak Erik dan pak Erwin dan dia tidak dekat dengan kedua orang itu.
"Itu tuh yang pake baju cokelat" Bu Siam menunjuk Megan yang berbaju dinas ASN dengan dagunya
"Ya Allah ibu, pak Lurah masih punya istri Bu" Sanggah Mitha
"Yah mba Mitha gak denger hot news ya. Pak Lurah hari ini OTW jadi duda" Mitha melongo, dia memang tidak tahu apa-apa
"Info dari mana itu bu, belum tentu benar" Jawab Mitha
"Udah A1 infonya Mit" Bu Ratmi menambahkan
"Ah maaf bu, saya gak ikut campur urusan rumah tangga orang, apalagi bapak atasan saya" Jawab Mitha sambil menjauh dari ibu-ibu
Bu Ayis yang baru datang tiba-tiba menyindir Mitha "Ada yang bahagia nih berhasil merebut suami orang. Gak tahu malu!" Mitha yang tidak merasa begitu, dia hanya cuek dengan sindiran Bu Ayis
"Muka tembok!" makinya Ayis lagi. Mitha masih tidak bereaksi
"Mitha Lo pake pelet apa sih? Sampe semua duda di sini mencari perhatian Lo?" Mitha menoleh
"Bu Ayis kalau ngomong di jaga ya! Saya di sini bekerja bukan mau menggoda suami orang" Wajah marah dia layangkan ke wajah Ayis
"Uhh takyuutt..ada yang kesindir" Ais berlalu dari Mitha dan kembali mencari perhatian Megan
Mitha hanya bisa mengepalkan jemari di sisi tubuhnya, "Kalau bukan orang tua udah tak uyel-uyel mulutnya" geram Mitha
"Lagian kenapa ibu-ibu cepet tahu bang Tara otw duda, siapa yang cepuin? Tadi di mobil dia gak cerita apa-apa" Batin Mitha
Waktu jam istirahat tiba, Mitha sempat ijin ke Bu Laily untuk pulang sebentar menjenguk mamanya. Dengan ditemani bang Dul solmet barunya, Mitha pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah ternyata sedang ada tamu, ada dua mobil mewah terparkir di depan rumahnya.
"Assalamualaikum, permisi" Mitha mengucap salam saat masuk rumahnya. Gadis itu menunduk sedikit sebagai bentuk hormat
"Wa'alaikumussalam, Mitha sini duduk" Jawab Rey.
Di depan mereka sudah ada Raka, seorang wanita paruh baya dengan sasakan rambut yang tinggi dan pria paruh baya dengan baju setelan jas mahal. Sesaat Mitha menyimpulkan mereka adalah orangtua dari Raka.
Mereka memandangi Mitha dari atas hingga ke bawah, Mitha yang saat itu memakai seragam orange menunjukan bahwa dia adalah petugas kebersihan DKI membuat wanita itu terlihat shock dan memandang Mitha dengan wajah skeptis.
Mitha yang di pandangi hanya terdiam dalam benak sudah di siapkan jawabannya.
"Dek Mitha, kami adalah pakde dan bude Raka. Kami ke sini karena ingin mengenal dek Mitha lebih dekat. Papa dan mama Raka sedang berhalangan hadir, jadi kami mewakilkan" pria paruh baya itu membuka suara
"Kenalan ya pak, baik. Saya pikir ada apa" Mitha melirik Raka yang sejak tadi duduk gelisah
"Iya kami hanya kenalan. Mana tau diantara kalian ada kecocokan, kami sudah siap menjalin hubungan baik dengan keluarga dek Mitha" imbuh pria itu lagi. Mitha melihat wanita dengan sasakan rambut tinggi itu mencubit paha sang bapak dan memberikan tatapan tajam pada Raka
"Tapi kedatangan kami sepertinya akan menjadi yang pertama dan terakhir, kami sudah tau apa keputusan yang akan diambil" Jawab wanita itu dengan arogan
"Maaf ibu, keputusan untuk apa kalau boleh tahu?" Tanya Mitha
"Mitha, pakde dan bude Raka sebagai perwakilan orangtua Raka untuk meminang kamu" Rey dengan sotoy-nya memberi kesimpulan.
Bude Raka terlihat makin kesal dengan jawaban Rey.
"Maaf sebelumnya, Mama, Pakde Bude mas Raka, mas Rey, Mas Raka. Kalau tujuannya seperti itu lebih baik dipikirkan dahulu. Karena status saya di sini hanya adik tiri dari mas Rey, saya sudah jelaskan kemarin bukan ke mas Raka. Jika perjodohan ini adalah bertujuan menjadi besan pak Bambang ayah dari mas Rey, pendapat saya seharusnya diurungkan saja. Karena saya bukan anak dari pak Bambang yang terhormat." Rey langsung menatap tajam ke arah Raka
"Maksudnya apa kamu Raka! Jadi kamu ga tulus mau menerima adik aku apa adanya?" Rey terlihat geram dengan Raka yang menutupi maksud perjodohan ini
"Rey, dengar dulu. Aku memang menyukai adik kamu apa adanya. Tapi keluargaku ketat dalam memilihkan pasangan untukku, Rey" dengan wajah frustasi Raka menjelaskan pada Rey
"Lho yo benar toh, mencari pasangan itu harus tau bibit bebet bobotnya. Kalau dilihat dari silsilah saja sudah enggak jelas seperti ini, gimana nanti keturunan darah biru kami. Di tambah lagi nak Mitha hanya pekerja kasar bagaimana mungkin bisa mendampingi ponakanku yang seorang pengacara terkenal" Dengan logat Jawa yang medok dan wajah arogan, wanita itu menatap sinis ke arah mama Mitha
"Bude tolong jangan seperti ini. Raka sangat menginginkan Mitha menjadi pasangan hidup Raka" Raka memelas pada utusan keluarganya
"Mas Raka, pernikahan itu tidak bisa hanya satu pihak yang menginginkannya. Harus ada persetujuan kedua belah pihak. Mohon maaf mas Raka, saya belum ada perasaan apapun dengan mas Raka. Jadi tidak perlu memaksakan kita harus menikah. mas Raka Monggo mencari pasangan terbaik untuk keluarga mas Raka. Sudah pasti bukan aku calonnya. mas Raka juga bukan tipe yang aku harapkan, maaf" Mitha menjawab kesombongan keluarga Raka
"Raka, kalau tahu akan begini ceritanya, menyesal aku membiarkan kamu datang dengan keluargamu. Kamu hanya menyakiti mama aku juga adik kesayanganku, Silahkan kami masih banyak urusan" Rey berdiri dengan ucapan tegas, dia mempersilahkan tamunya untuk pulang
"Rey, jangan begini Rey. Kita masih bisa bicarakan baik-baik. Bude, saya bawa bude kesini untuk mendukung saya bukan malah menggagalkan harapan saya" Raka menatap bude dan pakdenya dengan tatapan kecewa
"Ndak bisa! Kami harus manut mama papa kamu, demi kelanjutan darah biru keluarga kita. Kamu lelaki satu-satunya di keluarga kami. Jadi kami harus menjaga silsilah ini" Bude Raka sudah berdiri, diikuti pakde nya, mereka pergi meninggalkan rumah Rey tanpa permohonan maaf dan mengucapkan salam. Pergi begitu saja.
Mama Mitha menunduk sedih, tanpa suara dia meneteskan airmata. Jemarinya di remas-remas, hati terasa sakit anaknya di hina karena status garis keturunan.
"Ma, mama gak usah sedih..Mitha malah bersyukur perjodohan ini gagal. Coba kalau jadi, apa gak berdiri rambut Mitha punya mertua straight dan suami penurut pada keluarganya seperti begitu" Mitha mengelus-elus punggung mamanya
Rey terlihat gusar dengan kejadian yang baru saja dialaminya. Walaupun dia baru bertemu ibunya setalah dewasa, perasaan sayang pada mamanya begitu besar dibanding dengan mama tirinya. Rey memeluk mama dan adiknya.
"Maafin mas tidak bisa melindungi kamu dari rasa sakit ini. Kamu kenapa gak bilang kalau sudah membahasnya dengan Raka. Kalau tau sejak awal, mas akan mencegah keluarga Raka datang ke sini"
"Mitha pikir mas Raka sudah mundur dengan jawaban Mitha tempo hari, Mas, ternyata malah seperti ini" Rey memeluk adiknya dan memberi kekuatan
Bibit bebet bobot...hmmm😏
kasian Mitha berjuang & cape sendiri, msh ada dokter Aldi yg siap menerim 😊
kit ati simegan iku..arogan sekali
udah lah Mitha lepaskan aja Megan, sekalian ga boleh dikasih akses buat ketemu Fayza & calon dd bayi jg biar tau rasa si Megan