Sebuah ramalan kuno mengguncang keseimbangan antara para Akasha dan para Moksa, mereka tinggal di pusat alam semesta bernama Samavetham. Ramalan itu meramalkan kelahiran seorang Akasha terkuat di sebuah planet kecil, yang akan membawa perubahan besar bagi semua makhluk hidup. Ketika para Moksa berusaha menggunakan pohon Kalpataru untuk mencapai ramalan tersebut, para Akasha berupaya mencegah kehancuran yang akan dibawanya.
Di Bumi, Maya Aksarawati, seorang gadis yatim piatu, terbangun dengan ingatan akan mimpi yang mencekam. Tanpa dia sadari, mimpinya mengisyaratkan takdirnya sebagai salah satu dari 12 Mishmar, penjaga dunia yang terpilih.
Ketika ancaman dari organisasi misterius semakin dekat, Maya harus berhadapan dengan kekuatan baru yang bangkit di dalam dirinya. Dibantu oleh reinkarnasi Mishmar yang lain, Maya harus menemukan keberanian untuk melawan atau menghadapi konsekuensi yang dapat mengubah nasib seluruh alam semesta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Feburizu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
YUANYUN
Beralih ke malam setelah insiden candi Minak Jinggo, di sebuah gedung kosong di tengah kota Mojokerto, malam itu, seorang laki-laki muda bersandar di dinding yang mulai retak. Di sampingnya, sebuah tombak dengan ukiran indah berdiri tegak, memantulkan kilauan samar dari lampu jalan yang remang-remang. Tubuh pria itu penuh luka. Tangannya bergerak gemetar, menggulung perban seadanya untuk membalut luka di lengan kirinya.
"Aghk..." desahan kecil keluar dari bibirnya, menandakan rasa sakit yang tak bisa sepenuhnya ia tahan. Wajahnya meringis, keringat mengalir di pelipisnya. Namun, sorot matanya tetap tajam, penuh dengan pikiran yang saling bertubrukan di dalam kepalanya.
“Masih terlalu lemah,” gumamnya pelan, nyaris seperti bisikan pada dirinya sendiri. "Bahkan dengan Yajiaoqiang, aku tetap gagal menangkapnya. Apa keputusan ini benar?”
Laki-laki itu adalah Yunyuan, seorang pemuda berusia 20 tahun yang berasal dari desa kecil bernama Wu Yuan, Cina. Di balik perawakannya yang sederhana, ia menyimpan takdir yang jauh lebih besar dari apa yang tampak di permukaan.
Tiga tahun lalu, segalanya berubah ketika ia menerima sesuatu yang disebut Niyati Vidhan—sebuah wahyu yang dia dapatkan di Kuil Lingyin. Wahyu itu tidak hanya memberikan ingatan masa lalu, tetapi juga membuka tabir tentang siapa dirinya sebenarnya.
Yunyuan adalah reinkarnasi sang Dìqiú Wèishì bernama Li Wei, salah satu murid Panglima Besar Zhao Yun dari Dinasti Han. Dalam ingatannya, Li Wei dikenal sebagai seorang pendekar tombak yang legendaris, ahli dalam seni bela diri tingkat tinggi.
Namun, wahyu itu tidak hanya mengungkap masa lalu. Di dalam tubuh Yunyuan, mengalir sebuah kekuatan misterius yang disebut Innérzjä. Tenaga dalam ini, yang sering disebut Ki atau cakra di berbagai budaya, adalah energi panas yang menjadi sumber kekuatannya. Namun, untuk menguasai kekuatan ini, Yunyuan harus melalui latihan yang panjang dan melelahkan.
Selama tiga tahun di Kuil Lingyin, ia mempelajari cara mengendalikan Innérzjä sambil mempelajari seni bela diri dari para biksu di sana. Di bawah bimbingan kepala biksu, ia belajar untuk mengasah kekuatan itu melalui meditasi dan disiplin ketat. Meski banyak rintangan, akhirnya ia berhasil menguasai tenaga dalam tersebut.
Namun, ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya. “Mengapa hanya aku yang memiliki Innérzjä? Bahkan para tetua biksu di kuil, yang telah mengabdikan hidup mereka untuk meditasi dan seni bela diri, tidak memilikinya”. Ketika ia bertanya tentang hal ini, kepala biksu hanya tersenyum kecil dan berkata,
“Ini adalah zaman di mana kekuatan seperti itu sudah tak lagi diperlukan. Dunia telah berubah. Umat manusia telah menciptakan senjata yang jauh lebih menghancurkan daripada tenaga dalam. Apa yang membutuhkan puluhan tahun untuk dikuasai oleh seorang pendekar, kini dapat dilakukan oleh seorang anak kecil dengan sekali tekan pelatuk.”
Kata-kata kepala biksu itu terus terngiang di benaknya. “Apakah benar kekuatanku sudah tidak berarti? Apakah aku satu-satunya Mishmar yang ada di dunia ini?“
Setelah merasa cukup dengan latihannya, Yunyuan memutuskan meninggalkan kuil. Ia berpamitan pada para biksu yang telah menemaninya selama tiga tahun terakhir. Perjalanan panjang pun dimulai, melintasi berbagai daerah yang belum pernah ia datangi sebelumnya.
Di sepanjang perjalanannya, Yunyuan menyaksikan kehidupan manusia yang begitu beragam. Ia melihat kebahagiaan yang sederhana, penderitaan yang mendalam, serta perjuangan yang tak pernah berhenti. Di tengah perjalanan itu, muncul pertanyaan yang semakin menghantuinya. Apakah ada orang yang benar-benar rela merenggut semua kebahagiaan ini?
Pencariannya membawanya pada sebuah petunjuk—Yajiaoqiang, tombak yang pernah digunakan oleh Li Wei, sang Mishmar legendaris. Senjata itu disebut sebagai salah satu dari Signature Weapon, senjata atau benda khusus yang hanya dimiliki oleh ke-12 Mishmar.
Petunjuk itu membawanya ke sebuah kota dengan reputasi suram—kota yang dikuasai oleh geng mafia dan penuh dengan tindak kriminalitas.
