NovelToon NovelToon
Mencintaimu Adalah Luka

Mencintaimu Adalah Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kisah cinta masa kecil / Bad Boy / Enemy to Lovers / Idola sekolah
Popularitas:5.5k
Nilai: 5
Nama Author: Jaena19

Kania gadis remaja yang tergila-gila pada sosok Karel, sosok laki-laki dingin tak tersentuh yang ternyata membawa ke neraka dunia. Tetapi siapa sangka laki-laki itu berbalik sepenuhnya. Yang dulu tidak menginginkannya justru sekarang malah mengejar dan mengemis cintanya. Mungkinkah yang dilakukan Karel karena sadar jika laki-laki itu mencintainya? Ataukah itu hanya sekedar bentuk penyesalan dari apa yang terjadi malam itu?

"Harusnya gue sadar kalau mencintai Lo itu hanya akan menambah luka."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jaena19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

tiga puluh satu

Jemari itu dengan lincah masih bergerak untuk bergulir setiap foto yang muncul di layar ponsel, perlahan sang pemilik ponsel tersenyum tipis melihatnya. Matanya jelas menunjukkan sinar bahagia yang entah apa alasan pasti kehadiran nya.

"Oma kapan balik dari Jerman, Ga?"

Suara Dewa yang seketika memenuhi telinganya tidak membuat Angga beralih dari ponsel yang berada di genggamannya.

Ia berdeham pelan." Besok malam juga udah ada di sini," balasnya cepat.

Malam ini, restoran dengan penilaian yang selalu memuaskan milik Angga dan juga Dewa sengaja diliburkan. Bukan tanpa alasan, karena jelas yang ingin Angga lakukan malam ini adalah bersantai sebelum kehadiran Omanya di esok hari dan kembali membuat otaknya serasa ingin pecah saat itu juga. Untungnya, Dewa yang sudah menjadi sahabatnya sejak lahir itu menerima saja setiap usulan dan juga keputusannya.

"Kania masih ada di tempat Lo, Wa?" Angga bertanya pelan.

"Masih," balas Dewa setelah menyesap kopi panas hasil buatan asisten rumah tangga di tempat Angga tinggal. Ia berdeham pelan kemudian memilih untuk meluruskan tubuhnya di atas kursi santai taman belakang rumah Angga. "Sampai sekarang gue masih bingung banget. Masa keluarganya nggak ada yang nyari dia?" keluhnya pelan.

Angga terkekeh." Lo keganggu sama kehadiran dia di rumah Lo?"

Dewa menggeleng cepat." Engga, bukan gitu,," jawab Dewa pelan." Maksud gue, aneh banget gitu loh. Massa satu keluarga enggak ada satupun yang peduli dia di mana?" lanjutnya.

Kali ini, Angga mengangguk setuju." Gue cabut dari rumah seharian aja udah di spam chat sama oma," kekehnya yang mengingat kejadian dulu kala,

"Nah, makanya itu,," ucap Dewa." Kakaknya juga ternyata sekolah di Bina Jaya, bisa-bisanya dia kelihatan biasa aja, padahal dia tahu adiknya tinggal di tempat lain."

"Masalah keluarga, Wa, susah." sahut Angga." Laras yang udah jelas deket aja juga selalu ngeluh nggak tahu apa-apa tentang Kania kan?"

Dewa mengangguk mengiyakan. Ucapan Angga memang benar. Tidak semua masalah keluarga seseorang bisa dimengerti atau bahkan diizinkan untuk dimengerti.

Hening seketika, saat itu pergerakan ibu jari Angga perlahan berhenti. Sinar matanya seketika berubah, begitu juga senyum tipisnya yang hampir selalu hadir saat jemarinya bermain dengan ponselnya itu.

Untuk beberapa kali, matanya ia kedipkan, berusaha untuk melihat dengan seksama tentang hal yang baru saja ia temukan dalam ponselnya.

Semakin di lihat, semakin juga keyakinannya merasa terganggu.

"Apaan si?" Dewa penasaran.

Tapi sahabat tidak mendengar ucapan Dewa, yang Angga lakukan selanjutnya adalah berlari dengan cepat memasuki bangunan rumahnya. Sebuah gerakan yang berhasil membawa Dewa ikut panik seketika dan malah ikut berlari mengejarnya.

"Ngapain si?" Ngeliat setan Lo?" Dewa bersuara panik.

Langkah Angga yang besar itu membawa Dewa menuju ruangan yang jarang dirinya masuki. Ruangan yang sudah lama tertutup rapat dan pada akhirnya kembali terbuka karena ulah tiba-tiba Angga.

"Ngapain Lo, Ga?" Ia bertanya ketika matanya menemukan Angga sudah lebih dulu membuka berbagai laci pada ruangan yang terlihat remang itu.

Angga tidak banyak bersuara, tapi matanya juga tangannya terus bergerak seolah tengah mencari sesuatu yang tidak kunjung Dewa mengerti.

Perhatian Dewa perlahan terpaku. Matanya menatap pasti pada sebuah buku kecil yang baru saja Angga keluarkan dari sebuah kotak berwarna cokelat tua di dalam laci ruangan itu.

Dengan cekatan, Angga membuka setiap halaman di sana, melihatnya secara seksama sebelum berhenti pada satu halaman. Jantungnya seketika berdetak amalan bersamaan dengan nafasnya yang seketika merasakan oksigen menghilang begitu saja.

"Angga?" Dewa menelan salivanya.

Angga menarik sebuah kertas foto di sana. Kertas yang tanpa perlu Dewa tanyakan lagi. Karena tentu saja, Dewa mengetahui apa yang sedang berada di genggaman sahabatnya itu.

"Raisa, Dewa,," Angga berucap pelan. Ia kemudian kembali menyambar ponselnya, mendekatkan benda itu pada kertas foto yang sangat familiar di matanya sebelum mengulas senyum puasnya.

Dewa tertegun. Ia kembali menelan salivanya sebelum memilih mengambil alih apa yang berada di tangan Angga. Nafasnya terasa tercepat untuk beberapa saat dengan mata yang masih menatap tidak percaya akan hasil temuan Angga malam ini.

"Angga,,"

Dua foto yang sama, namun dari perspektif yang berbeda. Baju yang sama, tempat yang sama, hanya arahnya saja yang berbeda. Tidak, tidak hanya arah. Tapi nama yang menampilkan foto itu juga berbeda.

"Ini Kania?" Cicit Dewa masih tidak percaya.

Angga menghela napas lega. Secercah harapan yang pernah pudar kini kembali memberikan sinarnya

____

Hingar-bingar yang kembali menguasai diri Laras malam ini jelas membuat Kania mendasar jengkel di tempatnya. Sudah dari awal pertemanannya dengan Laras, ia katakan dengan lugas, keadaan ini adalah keadaan yang paling menyebalkan dalam hidupnya.

Untuk kesekian kalinya ia menyaksikan antara hidup dan mati kawan baiknya itu. Iya, Laras kembali sama usaha untuk menikmati balapan liar yang udah kapan akan membuat Laras mengerti bahwa ia tidak menyukai hal ini.

Baginya, lebih baik Laras mati karena pengaruh alkohol dibanding mati karena kecelakaan maut akibat balapan liar seperti ini.

Padahal niatnya malam ini, ia pengen tidur nyenyak setelah menjalani masa-masa berat dalam hidupnya. Ia pikir, dengan liburnya di hari ini dapat sedikit membawa ketenangan dirinya. Tapi nyatanya, temannya yang satu itu memang tidak ingin membuatnya merasa tenang barang sedetik saja.

Tidak ada Fabian dan juga tidak ada Karel. Dua orang itu benar-benar hilang di saat ia membutuhkan mereka

"Gue mau maju!"

Keseruan semangat lara yang kemudian menampilkan senyum lebar gadis itu kembali membuat Kania berdesis jengkel di tempatnya.

"Lu nggak bisa pulang aja apa, Ras? Gue temenin minum deh di antariksa," usulnya mencoba bernegosiasi.

Laras menggeleng yakin." Dua puluh menit deh, gue balik," balasnya percaya diri.

Iya, Laras tepat dalam menebak ketakutannya. Ia lebih takut Laras tidak bisa kembali ke garis awal dibandingkan Laras kalah. Kejadian beberapa waktu yang lalu masih jelas teringat di kepalanya. Tapi jika malam itu ada Fabian dan juga Karel yang siap dengan keadaan, namun bagaimana dengan malam ini?

"Ras, maju!"

Teriakan yang berasal dari laki-laki berbadan besar di hadapan sana membuat Kania meneguk salivanya. Sudah tidak ada gunanya menahan jiwa Laras yang penuh tantangan itu.

"Gue ngerokok di tempat biasa ya," katanya yang memilih berbalik dari tempat Laras berada.

Ini bukan hanya masalah Laras yang sulit diberi tahu. Tapi ini sudah menyangkut pada setiap hal fatal yang ia takuti dalam hidup gadis itu.

Ah, sudahlah. Iya sudah tidak ingin memikirkan setiap keadaan negatif atau kemungkinan negatif lainnya.

Telinganya kembali memanas ketika suara knalpot mobil Laras yang sangat ia kenal itu kembali memenuhi telinganya. Ah, bahkan di saat ia memilih tidak pedulikan telinganya tidak bisa diajak bekerja sama.

Ia berbalik, menatap mobil biru keras dari tempatnya yang berjarak lima meter itu sebelum menghela napasnya pelan. Ia tidak akan mendekat. Karena cukup dari sini saja ia sudah melihat jiwa Laras yang selalu terbakar dalam keadaan ini.

Suara notifikasi dari ponselnya, mengalihkan atensi Kania. Ia mengambil ponselnya dan membuka pesan yang masuk.

Fabian

Tahan Laras

Karel

Tahan Laras.

Dua pesan yang sama dari dua orang yang berbeda. Gua pesan yang berhasil membuat jantungnya seketika memacu dengan cepat. Apa maksud dari pesan itu?

Makanya seketika membuat pasti ketika mobil Laras bersuara nyaring bersamaan dengan mobil biru dan menghilang begitu saja padamu.

Sialan!

Ia mengutuk dirinya sendiri, tangannya bergerak cepat di atas layar ponselnya. Laras bener-bener selalu berhasil untuk membuatnya jantungan.

Calling Laras 

"Nomor yang anda tuju tidak bisa -"

"Ini apaan si?!" Kania semakin panik, kenapa ia ditinggal dengan keadaan menggantung seperti ini?

Calling Karel.

"Please, Rel,,," ucapnya penuh harap.

"Halo-"

"Apaan, kenapa Laras?"

"Adrian-"

"Anjir!"

Carikan keras yang berhasil menarik paksa tubuhnya sampai genggamannya pada ponselnya itu terlepas begitu saja, langsung disusun dengan sebuah mobil berwarna putih legam yang terparkir sempurna di hadapannya.

Tubuhnya menegang panik bersamaan dengan sebuah taman besar menariknya paksa untuk memasuki mobil tersebut. Pikirannya berkecamuk, apa yang sebenarnya terjadi?

Di tempatnya, Karel yang masih setia menarik gas motornya dengan kecepatan tinggi itu berhasil dibuat panik.

"Halo?"

Ia tertegun untuk sementara. Kenapa suara Kania berubah?

"Kania?"

"Mas, ini ponsel-nya jatuh di jalan ya?"

"Hah?!" Karel semakin dibuat gagal fokus." Yang punya ponselnya mana?"

"Saya gak tau, ini saya nemu di jalan."

Saat itu Karel kembali sadar. Kesalahannya berakibat fatal

1
Suryani Tohir
nice
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!