Zia harus menelan pahit, saat mendengar pembicaraan suami dan juga mertua nya, Zia tak percaya, suami dan mertua nya yang selalu bersikap baik padanya, ternyata hanya memanfaatkannya saja.
Zia tidak bisa diam saja, saat tahu sikap mereka yang sebenarnya.
"Awas kalian, ternyata kalian selama ini hanya ingin memanfaatkan aku!" gumam Zia, mencekal tangannya.
Instagram:Coretanluka65
FB:Pena Tulip
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lukacoretan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terkuak niat Lena
"Selamat pagi, semuanya," sapa Zia, dengan wajah cerianya.
"Pagi, ayo sarapan dulu," ajak bunda Ita.
"Iya bunda," jawab Zia tersenyum.
"Bahagia banget pagi ini, ada apa sih?" goda ayah Dimas.
"Bahagia aja, ayah," jawab Zia.
"Gak mau cerita dengan ayah?" tanya ayah Dimas.
"Tidak ada yang harus diceritakan," jawab Zia.
Lalu Zia bangkit dari duduknya.
"Mau kemana? Sarapan dulu," ucap Roy.
"Aku mau masak sesuatu buat kak Arka, karena semalam sudah menolongku," jawab Zia.
"Biar ART aja yang masak, ya," sahut bunda Ita.
"Tidak bun, aku akan masak sendiri," jawab Zia.
Zia langsung melakukan aksinya.
Semua keluarganya melihat Zia, dengan tatapan aneh.
"Adikmu, kenapa?" tanya bunda Ita.
"Entah, tapi tidak apa-apa, selagi dia bahagia," jawab Roy.
"Beres," ujar Zia.
"Aku pergi dulu, ya," pamit Zia.
"Zia.." panggil Roy, tapi Zia tak mendengarnya.
"Biarkan, suasana hati dia sedang senang, jangan menganggunya," ucap ayah Dimas.
•
•
Berbeda dengan Zia, ia sudah sampai diperusahaannya, tadi Zia sudah mengirimkan pesan kepada Arka, supaya nanti siang makan bersama.
Tok.
Tok..
"Masuk.." titah Zia.
"Bu, ini sekertaris untuk ibu," ucap Nindi.
"Terima kasih, Nin," ucap Zia.
"Iya bu, kalo begitu saya keluar dulu," pamit Nindi, langsung keluar dari ruangan Zia.
"Nanti akan saya arahkan, ya," ucap Zia.
"Baik bu," jawabnya.
"Oh iya, Laras," ucap Zia.
"Iya kenapa, bu?" tanya Laras/sekertaris Zia.
"Tidak, ruangan kerja kamu, berada disebelah saya, saya akan memanggil kamu nanti," ucap Zia.
"Baik bu, saya akan siap, kapanpun ibu membutuhkan saya," jawab Laras, lalu Laras meninggalkan ruangan Zia.
Zia kembali fokus dengan pekerjaannya, meskipun sekarang tidak terlalu sibuk, karena pekerjaan dibagi dua dengan Laras, tapi tetap saja, Zia bertanggung jawab atas pekerjaannya.
•
•
Sedangkan disisi Rangga, ia sedang marah-marah karena tahu, Lena menduakannya.
"Lena.." teriak Rangga, dengan penuh amarah yang sudah memuncak.
Pasalnya, Lena sedang menerima tamu dirumahnya, karena Lena kira, Rangga tidak akan pulang hari ini.
"Mas, ini tidak seperti yang kamu lihat," ucap Lena, membela diri.
"Dasar wanita murahan! Aku sudah memlilih kamu, dan meninggalkan istriku, tapi dengan teganya, kamu melakukan ini semua," hardik Rangga.
Lena tersenyum menyeringai, meskipun ini diluar rencana Lena, tapi Lena merasa senang, Rangga melihatnya sedang memadu kasih dengan laki-laki lain.
"Memangnya, aku memintamu untuk memilihku?" ucap Lena, dengan tenang.
"Maksud kamu apa, Lena," ujar Rangga.
"Kamu sudah terjebak, didalam permainanku, Rangga!" ucap Lena, tersenyum sinis.
"Aku benar-benar tidak mengerti, dengan apa yang dimaksud ucapanmu," ucap Rangga.
"Kamu memang bodoh, sedari dulu," hina Lena.
"Aku mau menikah denganmu, karena aku ingin membalaskan dendam kepadamu, apa kamu lupa dengan kejadian dulu?" ucap Lena.
"Maksudmu, apa?" ucap Rangga, benar-benar tak mengerti.
"Kamu melecehkan aku, kamu merenggut keperawananku, tetapi aku tidak bertanggung jawab dengan apa yang kamu lakukan," jawab Lena, mengingatkan kejadian dulu.
Flashback.
"Kak, kita mau kemana, aku mau pulang," ucap seorang wanita yang ketakutan.
"Kamu tenang saja, aku tidak akan melukai kamu," ucap Rangga.
"Aku mau pulang kak, aku tidak mau disini," pinta Lena.
"Memangnya kamu mau, pulang sendirian saat malam seperti ini?" tanya Rangga.
"Pulang dengan kakak, kan tadi kakak sudah berjanji akan mengantarkan aku pulang," ucap Lena, dengan suara ketakutan.
Rangga dengan Lena sedang berteduh, karena kehujanan ditengah jalan, sehabis mereka main seharian.
"Lena, sebenarnya aku sangat menyukai kamu," ucap Rangga.
"Apa benar, kak?" tanya Lena, merasa senang, akhirnya cintanya tidak bertepuk sebelah tangan.
"Benar, aku sangat mencintai kamu," jawab Rangga.
"Aku senang sekali, aku juga sangat mencintai kakak," ujar Lena.
"Kamu mencintai aku?" tanya Rangga.
Lena mengangguk.
"Kamu mau melakukan hal yang membuat aku bahagia?" tanya Rangga.
"Memangnya apa, yang membuat kamu bahagia?" tanya Lena.
"Aku akan melakukannya," lanjut Lena.
Dengan tersenyum penuh kemenangan Rangga melakukan aksinya, didalam gubuk, entah milik siapa.
"Kak, jangan lakukan itu, aku tidak pernah melakukannya dengan siapapun," ucap Lena.
"Kita lakukan sekarang," jawab Rangga.
"Tapi kak, aku takut hamil, dan aku masih perawan," ucap Lena.
"Aku akan tanggung jawab, kamu tenang saja," jawab Rangga.
Dengan segala macam rayuan Rangga, akhirnya Lena memberikannya, hal yang sangat berharga bagi Lena.
Setelah Rangga melancarkan aksinya, Rangga langsung memakai bajunya lagi.
"Kakak janjikan, akan tanggung jawab," ucap Lena.
"Pakai bajumu, kita pulang sekarang," ujar Rangga.
Lena berjalan kesakitan.
"Pelan pelan, kak, sakit sekali," pinta Lena.
"Iya aku akan pelan-pelan," jawab Rangga.
Setelah beberapa saat, keduanya sampai dirumah Lena.
"Aku pulang dulu, jangan membuat keluargamu curiga," ucap Rangga.
"Iya kak," jawab Lena.
Lalu Rangga pulang, meninggalkan Lena.
Setelah kejadian itu, entah kenapa Rangga menjadi sangat cuek dengan Lena, bahkan Lena melihat Rangga sedang mendekati wanita lain.
"Awas aja, aku akan membalaskan semua perbuatanmu," gumam Lena.
Flashback off.
"Tapi kita melakukannya, sama-sama suka," ucap Rangga, saat mengingat kejadian itu.
"Memang, tapi setelah melakukan itu, kamu meninggalkan aku, tanpa sepatah katapun, dan kamu malah menikah dengan Zia," bentak Lena.
"Tapi kamu tidak harus melakukan ini semua, ini sangat keterlaluan," ucap Rangga, tak terima.
"Kamu diperlakukan begini saja tidak terima, bagaimana dulu aku, ditinggalkan setelah aku memberikan hal yang paling berharga," jawab Lena.
"Dan mungkin ini sudah waktunya, kamu tahu semuanya," ucap Lena, melanjutkan ucapannya.
"Tahu semuanya tentang apa?" ucap Rangga tak mengerti.
"Anak yang kamu anggap darah dagingmu, itu bukan anakmu," ucap Lena.
Duar..
Seperti disambar petir.
"Jangan gila, kamu bohongkan.." ujar Rangga tak percaya.
"Aku jujur, dia bukan darah dagingmu," jawab Lena.
Dengan amarah yang sudah tidak bisa ditahan, Rangga mencekal leher Lena dengan sangat kuat.
"Lepaskan, aku tidak bisa bernafas," pinta Lena, mencoba melepaskan tangan Rangga.
"Dasar wanita ular, selama ini kamu sudah menipu aku, menyesal aku telah memilih kamu, sebagai istriku," hardik Rangga.
Dengan sedikit tenaga yang Lena punya, Lena menendang burung Rangga.
"Bajingan!" teriak Rangga.
Lena tersenyum penuh kemenangan.
"Kamu memang pantas diperlakukan seperti ini, karena kamu juga laki-laki bajingan," hardik Lena.
"Asal kamu tahu, ini semua sudah aku rencanakan, semenjak aku tahu, kamu menikah dengan wanita lain, dan betapa kagetnya, saat aku mendengar dari mulutmu, kalo kamu tidak pernah mencintai Zia, kamu menikahi dia karena mau hartanya saja, dan itu menjadi jalan untukku," lanjut Lena.
"Dasar wanita ular, kau sudah menipuku, aku tidak akan melepaskanmu." Rangga bangkit, dengan perasaan amarahnya yang sudah bergejolak.
Lalu Rangga menusuk Lena dengan senjata tajam.
Jleb.
***