Karina tak pernah menyangka liburan mewahnya di kapal pesiar akan mengubah hidupnya selamanya. Malam yang diawali dengan angin laut yang menenangkan berubah menjadi malam penuh gairah bersama seorang pria misterius bernama Demian.
pertemuan pertemuan tidak sengaja membuatnya semakin tenggelam dalam gelombang gairah yang tidak bisa padam.
Namun, semuanya berubah menjadi rumit ketika pria itu terus mengejarnya padahal pria itu tahu bawa dirinya telah menikah.
Lebih mengejutkan lagi Demian adalah seorang mafia yang berkedok sebagai pengusaha sukses.
Kehidupan Karina semakin jungkir balik saat
Demian terus mengejar Karina, dan pria itu tahu rahasia besar dibalik pernikahan Karina dan Malvin yang selama ini di sembunyikan dari banyak orang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon umnai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 3
Pesta malam itu semakin meriah. Sean, dengan karakternya yang ramah, menjadi pusat perhatian sejak awal. Kepribadiannya yang ceria membuat semua orang nyaman, termasuk Karina dan Siera yang baru mengenalnya. Kini, Sean terlihat sibuk menenggak gelas demi gelas akibat kalah bermain suit melawan Siera.
"Ayo, Sean! Tujuh gelas lagi!" seru Siera dengan nada menggoda, mereka sejak tadi bermain suit, dan siapa yang kalah harus minum sesuai kesepakatan antara mereka.
Sean mendengus frustrasi, "Ah, sial. Baru kali ini aku kalah melawan wanita. Selama ini tanganku selalu membawa hoki." kesal Sean mengacak acak rambutnya.
Karina ikut tersenyum kecil di menikmati tingkah mereka "Kau juga, Karina! Jangan lupa, kau kalah juga tadi. Lima gelas menunggumu." ucap sean membjat Karina mendengus kesal, pria itu menyebalkan juga.
"Tenang saja, aku akan minum setelah kau selesai," balas Karina santai, lalu mengangkat alis dengan senyum tipis dan tatapan mengejek.
Sementara itu, Alex yang duduk tak jauh dari mereka mulai berbicara. Ia memegang gelas wine dengan elegan, matanya sesekali melirik ke arah Sean yang tampak konyol dan kekasihnya yang nampak menggemaskan di depan matanya.
"Aku pertama kali bertemu Siera empat bulan lalu. Saat itu, dia mengantar Karina ke mansionku, saat itu aku langsung jatuh cinta pada Siera dan Karina adalah dokter pribadi kakekku," ujarnya santai, menarik perhatian Daniel dan Demian.
"Dokter?" tanya Daniel memastikan.
"Ya, dia dokter spesialis jantung, dan kakekku adalah salah satu pasien VVIP-nya," jelas Alex, dengan nada bangga.
Demian yang duduk diam tak banyak bicara. Namun, matanya sejak tadi terpaku pada Karina. Ia tak bisa mengalihkan pandangan dari wanita itu. Pipi Karina yang memerah karena wine terlihat semakin menggemaskan, dan caranya tertawa begitu lembut. Ada sesuatu yang damai dalam diri Karina yang membuat Demian sulit berpaling.
Karina mulai merasa ada yang mengamatinya. Saat ia mengangkat wajah, ia mendapati tatapan Demian yang tajam. Tatapan pria itu begitu menusuk, membuat tubuhnya seketika kaku. Cepat-cepat Karina memalingkan wajah, mencoba menghilangkan kegugupan yang tiba-tiba muncul.
"Aku ikut berdansa," kata Siera sambil menarik Alex ke lantai dansa. "Bagaimana denganmu, Karina? Mau ikut?"
Karina menggeleng pelan, tersenyum kecil. "Tidak, kau saja. Aku lebih suka menikmati suasana dari sini."
Sean tak mau kalah. "Aku ikut! Wanita-wanita di sini terlalu cantik untuk dilewatkan," katanya dengan kekehan khasnya.
"Kau sejak tadi menggoda Karina dan sekarang??, dasar buaya.,." Cibir Siera
Sean hanya tertawa kecil mendengar cibiran dari Siera.
"Karina buat dirimu nyaman, nikmati pesta ini" ucap Alex, Karina mengangguk mengerti.
setelah Alex, Siera, dan Sean pergi, suasana terasa canggung. Karina kini hanya berdua dengan Daniel dan Demian, dua pria yang sejak tadi lebih banyak diam. Untuk mengurangi rasa gugupnya, ia memainkan gelas wine di tangannya.
"Kau tertarik padanya?" tanya Daniel tiba-tiba kepada Demian, memecah keheningan.
Demian hanya mengangkat sudut bibirnya, Tatapannya tetap pada Karina yang kini tampak asyik memperhatikan Siera dan Alex berdansa di lantai dansa. Tubuh Karina bergerak pelan mengikuti alunan musik, meskipun ia tetap di tempatnya.
perhatian Demian tiba-tiba teralihkan ketika seorang wanita dengan gaun seksi menghampirinya. "Hai, Demian. Happy birthday," sapa wanita itu dengan senyum manis, lalu memeluk Demian erat.
"Thanks, Lily," jawab Demian singkat dengan nada datar.
Karina, yang menyadari momen itu, langsung menoleh. Namun, ketika mata mereka bertemu, ia buru-buru membuang pandangannya, mencoba menyembunyikan rasa tidak nyaman yang muncul.
Tiba-tiba, perhatian semua orang di pesta teralihkan ke kerumunan di tengah ruangan. Tanpa pikir panjang, Karina berlari ke sana.
"Ada apa?" Tanya Daniel menatap Demian penuh selidik
Demian segera berlari kearah kerumunan diikuti Daniel, ia khawatir ada seseorang yang ingin mengacaukan pesta yang telah disiapkan oleh para sahabatnya
Di tengah kerumunan, seorang pria tergeletak tak sadarkan diri.
"Aku butuh es batu!" seru Karina tegas sambil memeriksa kondisi pria itu. Suaranya terdengar jelas, memecah kebingungan di ruangan itu.
Daniel segera memanggil pelayan
"Cepat ambilkan es batu dan berikan padanya" teriak Daniel dengan lantang.
sementara Demian tetap memperhatikan Karina dengan tatapan intens, ia menggeram saat baru menyadari gaun yang dikenakan Karina sangat terbuka di bagian punggung.
Ketika pelayan membawa es batu, Karina tanpa ragu mengambil pisau di meja dan memotong bagian bawah gaunnya. Aksinya membuat semua orang tercengang, namun juga terkagum-kagum. Ia menggunakan potongan kain itu untuk membungkus es batu dan meletakan nya pada bagian bawah kepala pria tersebut lalu mengambil bebrapa es bagu lagi dan menempelkannya pada wajah serta leher pria itu.
Tak lama kemudian, tim medis tiba.
"Otot kaki kirinya lebih tegang dari otot kanan, Pria ini mengalami gejala sindrom MELAS, ditandai dengan kejang parsial," jelas Karina kepada mereka dengan nada profesional. Kata-katanya penuh keyakinan, memperlihatkan kemampuannya sebagai dokter.
"Terimakasih telah memberi pertolongan pertama, kami akan menindak lanjuti" ucao tim medis tersebut, Karina mengangguk dengan senyum.
Setelah situasi terkendali, Siera langsung memeluk Karina dengan bangga. "Kau luar biasa!" serunya.
Sean, yang kembali dari lantai dansa, ikut berkomentar. "Wow, itu keren sekali!"
Alex menambahkan, "Sudah kubilang, dia dokter yang hebat."
Namun, Karina hanya tersenyum kecil. "Jangan terlalu berlebihan. Aku hanya melakukan apa yang bisa kulakukan," balasnya dengan rendah hati.
Ia lalu membisikkan sesuatu pada Siera. "Aku harus kembali ke kamar. Tidak mungkin aku tetap di sini dengan gaun seperti ini."
Siera mengangguk, lalu berkata pelan, "Baiklah. Tapi setidaknya kau harus pamit pada Demian dulu" ucap Siera membuat Karina terdiam