NovelToon NovelToon
Janda Tangguh

Janda Tangguh

Status: tamat
Genre:Tamat / Single Mom / Janda / Cerai
Popularitas:9.1M
Nilai: 4.7
Nama Author: Nadziroh

Ayu menggugat cerai suaminya karena tak ingin dimadu. Memiliki tiga orang anak membuat hidupnya kacau, apalagi mereka masih sangat kecil dan butuh kasih sayang yang lengkap, namun keadaan membuatnya harus tetap kuat.


Sampai pada suatu hari ia membanting setir menjadi penulis novel online, berawal dari hobi dan akhirnya menjadi miliarder berkat keterampilan yang dimiliki. Sebab, hanya itu yang Ayu bisa, selain bisa mengawasi anak-anaknya secara langsung, ia juga mencari wawasan.

Meskipun penuh rintangan tak membuat Ayu patah semangat. Demi anak-anaknya ia rela menghadapi kejam ya dunia sebagai single Mom

Bergulirnya waktu, nama Ayu dikenal di berbagai kalangan, disaat itu pula Ikram menyadari bahwa istrinya adalah wanita yang tangguh. Berbagai konflik pun kembali terjadi di antara mereka hingga masa lalu yang kelam kembali mencuat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadziroh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hanan sakit

Sikap Ayu memang sudah benar menurut orang-orang yang menyaksikan perdebatan itu, tapi tidak di mata Ikram. Pria itu justru menyalahkannya karena sudah berani memutar balikkan fakta. 

"Aku sudah memberimu dua pilihan." Ikram menarik tangan Rani ke belakang, melindungi dari tatapan sinis mata mereka yang memandangnya sebelah mata karena disebut pelakor. 

"Tapi malah memilih pergi dan membawa anak-anak, bukankah itu tandanya kamu sudah siap lepas dariku?" Ikram menyudutkan. Seolah-olah semua itu salah Ayu. 

Ayu mundur dan berdiri sedikit jauh dari Ikram. Dari lubuk hati terdalam ingin segera pergi dari tempat itu, namun ucapan Ikram tak bisa dibiarkan begitu saja. 

"Aku memang sudah siap berpisah darimu, karena aku tidak mau diduakan. Jadi jangan khawatir, karena aku tidak akan merusak hubunganmu dengan perempuan murahan itu," bantah Ayu tanpa rasa takut sedikitpun. 

Kedua tangan Ikram mengepal sempurna, ia geram mendengar ucapan Ayu yang menyebut Rani wanita murahan. Akan tetapi, ia tak bisa berbuat apa-apa mengingat itu adalah tempat umum. 

Ayu pergi dari tempat itu, puas sudah mempermalukan Rani di depan banyak orang. 

Baru saja tiba di pangkalan angkutan umum, ponsel yang ada di tas nya berdering. Ternyata itu telepon dari Ninik yang menyuruhnya cepat pulang. 

"Memangnya ada apa, Bu?" tanya Ayu cemas saat mendengar suara panik tetangganya itu. 

"Badan Hanan demam, aku takut." 

Ayu memutus hubungannya setelah mengucapkan salam. Bergegas naik ojek yang kebetulan berhenti di depannya. 

Ayu berlari kecil masuk ke dalam rumah. Sepanjang perjalanan tidak ada yang ia pikirkan selain Hanan. Harta yang paling berharga dalam hidupnya saat ini. 

Tempat yang ia tuju pertama kali adalah kamar sang putra. Ayu menurunkan Adiba dan menghampiri Hanan yang terbaring lemah di atas ranjang. Mendekapnya dan memastikan. 

"Sejak kapan dia panas, Bu?" tanya Ayu pada Ninik yang masih setia menjaga kedua anaknya. 

"Aku juga gak tahu, Bu. Tapi pas masuk, Hanan sudah menggigil," terang Ninik menjelaskan dengan jujur. Wanita itu tak hanya menemani, namun juga membantu Alifa makan. 

Ayu merasa bersalah karena sudah membawa mereka di tempat yang jauh dari kata layak, namun ia juga tak bisa menarik ucapannya lagi. Tidak ingin Ikram menjatuhkan harga diri yang sudah di bangunnya dengan kokoh. 

Tidak ada jalan lain selain membawa Hanan ke rumah sakit. Ayu tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada putranya.. 

"Hanan bisa jalan, kan?" tanya Ayu membantu Hanan duduk. 

"Bisa, Ma," jawab Hanan pelan sambil memakai sandalnya. 

"Perlu bantuan, Bu?" tahlnya Ninik mengikuti langkah Ayu menuju depan.

Ayu tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Ia tidak ingin merepotkan orang lain terus-menerus. Bagaimanapun juga harus berdiri sendiri.

Kembali menggendong Adiba di bagian dada, sedangkan tangan kiri dan kanan menuntun Alifa dan Hanan. 

Tidak mudah untuk tiba di rumah sakit, Ayu berjalan hingga ke ujung jalan untuk mendapatkan kendaraan, namun ia tak mengenal kata lelah demi sang buah hati. 

"Apa dokter Ferdy ada di tempat?" tanya Ayu pada resepsionis yang bertugas. 

"Maaf, Bu. Hari ini dokter Ferdy tidak praktek, tapi ada dokter pengganti, silahkan Anda ke ruangan." 

Siapapun itu Ayu tidak peduli, yang penting putranya bisa sembuh seperti semula. Ia berjalan menyusuri lorong rumah sakit tanpa melepaskan tangan mungil Hanan dan Alifa. 

Meskipun menjadi pusat perhatian banyak orang yang melintas, tak menyurutkan langkah lebar Ayu. 

"Permisi, Dok," sapa Ayu sembari  mengetuk pintu yang sedikit terbuka. 

Terdengar sahutan suara wanita dari dalam.

Ayu langsung membuka pintu lebar-lebar. Matanya terbelalak saat melihat dokter cantik yang sibuk dengan buku di depannya.  

"Himma!" seru Ayu tanpa ragu. 

Seketika wanita  yang berjas putih itu menatap ke arah sumber suara. 

Sama seperti Ayu, wanita itu pun terkejut melihat sahabatnya yang terlihat kerepotan dengan anak-anaknya. 

Mereka berpelukan, meskipun terhalang Adiba yang ada di gendongan, tetap saja bisa mengurai rasa rindu setelah bertahun-tahun tak bertemu. Saling menanyakan kabar dan berbincang sejenak sebelum membahas pokok permasalahan. 

"Kamu mau apa ke sini?" tanya Himma menatap ketiga anak Ayu bergantian. 

"Mau memeriksakan Hanan, badannya demam." Menunjuk Hanan yang  berdiri di depannya. 

Himma manggut-manggut mengerti. Menuntun Hanan menuju brankar. 

"Anak ganteng, bu dokter periksa dulu ya." Membaringkan tubuh Hanan kemudian mengambil stetoskop. 

Ayu menunggu sedikit ke belakang. Mencoba mengusir rasa cemas nya. 

"Anak kamu harus dirawat di sini dulu, Yu. Demamnya terlalu tinggi." Tanpa persetujuan dari Ayu, Himma memanggil suster, meminta mereka untuk menyiapkan kamar. 

"Tapi, Him __" Ayu menghentikan ucapannya saat Himma mengangkat tangan. Itu artinya ia tak bisa memilih. Terpaksa menyetujui perintah wanita itu walaupun berat. 

Ayu duduk di samping brankar. Membiarkan Alifa main, sedangkan Adiba tetap berada di pangkuannya. 

Untuk saat ini ia tak memikirkan apapun selain kesembuhan Hanan. 

"Cepat sembuh ya, Nak." Mama janji, setelah ini akan bekerja keras untuk kamu dan adik-adik." Menggenggam tangan Hanan yang terasa dingin. 

Tak sengaja Himma yang berada di balik tirai itu mendengar ucapan Ayu yang terdengar memilukan.

"Kenapa Ayu bicara seperti itu? Memangnya kenapa Suaminya? Himma hanya bisa bertanya dalam hati. 

Yang Himma tahu, dulu Ayu menikah dengan orang kaya, tapi dari nada bicaranya, sepertinya wanita itu mengalami kesusahan. 

Ehem

Himma berdehem lalu menghampiri Ayu. Memeluk Alifa yang sibuk dengan mainannya. 

"Memangnya suami mu di mana, Yu?" tanya Himma ragu. Sebab, itu sudah tahap masalah pribadi dan tidak sembarang orang wajib tahu. 

Ayu terdiam, bibirnya kelu untuk mengungkap semuanya, namun ia tak bisa memendam itu sendiri. Cepat atau lambat semua akan tahu bahwa ia bukan lagi istrinya Ikram. 

"Aku dan mas Ikram bercerai," ucap Ayu dengan lugas. 

"Maaf, Yu. Bukan maksudku __" 

Ayu meraih tangan Himma. "Tidak apa-apa. Lagipula aku tidak menyesal karena sudah bercerai darinya." Memasang wajah tegar, menyembunyikan kesedihan yang masih memenuhi dadanya. 

"Tapi, bukankah anak-anak masih kewajibannya, seharusnya dia bertanggung jawab dong." Himma tak terima, meskipun ia belum tahu akar permasalahannya, tetap saja menyalahkan Ikram. 

Ayu menggeleng. Ia tidak ingin lagi meminta belas kasihan dari Ikram. Tekadnya sudah bulat dan tidak akan tergoyahkan. 

"Biarkan dia bahagia dengan wanita pilihannya. Aku tidak peduli. Yang penting saat ini aku akan fokus mencari kerja untuk anak-anak." Mengusap wajah Hanan.

Sebagai seorang sahabat, Himma hanya bisa memberi semangat dan mendukung Ayu agar tetap kuat menjalani hidupnya.

"Untuk biaya rumah sakit, biar nanti aku yang tanggung," ujar Himma.

Namun, Ayu tidak ingin dikasihani. Ia akan tetap mengembalikan uang Himma setelah mendapat pekerjaan.

Minta dukungannya untuk bu Ayu ya!

Like

Komen

Vote

1
Dede Esih
semangat 💪💪💪💪angga
Dede Esih
hanya satu kata buat angga
Vita Astroni bellis
Sedih..bacanya
Siti Mariyam
Luar biasa
Dian Mardiana
jalan ceritanya bagus menguras hati dan air mata kerennn berasa hati ini di aduk2 SM ajalan ceritanya seperti kita yg ada dan mengalami sendiri lanjutt thoooor
Tuti Kartina
lanjutkan
Malis Rahasya
saat kamu menyakiti isteri Dan anak2mu percayalah saat itu bermula kifarah
Siti Fatimah
ceritanya terlalu maksain
kueh buat orang susah ga harus yg 500rb
servis sepedah 500rb
di luar nalar terlalu di buat2
Happy Family
isteri wajib menjaga rumahtangga saja... keluarga suami , isteri hormati,.. tidak salah jika isteri tidak patuh pada ibu suami, tidak derhaka juga. HORMAT dan saling Memahami.. Ibu dan adik beradik suami tidak berhak menyuruh itu ini pada isteri. Membantu sekadar saja. Aku kasihan jika Ayu di suruh² ,ya tau dia baik..
Happy Family
ooooo sepender ya.... hahhahahahahhaha
Happy Family
tak de hati langsung masukkan duit dlm tu... ya ampunnnn pelitnyaaa... berkira....
Happy Family
terpesona yg haram ya Ram?... koq sudah halal tidak mempersona?? Nauzubillahiminzalik
Happy Family
celaka lah yg membuat fitnah itu... miris tetangganya... percaya aja tanpa usul periksa... boleh tidak aku maki? ...grrrrrrrr
mai midar
Buruk
Siti Jumriani
rasain kamu ayu
Yuni Ngsih
gooooood Thoooor .....👍👍👍💪💪💪🙏🏻🙏🏻🙏🏻
Dewi Dama
perfect
Dewi Dama
salah ketik harus nya rmh ikram..tpi kok jadi rmh irma..?
Dewi Dama
galakkan pelakor..y...
Dewi Dama
sedih bangatttt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!