"Bila aku diberi kesempatan kehidupan kembali, aku berjanji tidak akan mencintaimu, Damian. Akan ku kubur dalam-dalam perasaan menyakitkan ini. "
Pernikahannya sudah menginjak usia tiga tahun. Namun, cinta Damian tak bisa Helena dapatkan, tatapan dingin dan ucapan kasar selalu di dapatkannya. Helena berharap kehidupan pernikahannya akan terjalin dengan baik dengan adanya anak yang tengah di kandunginya.
Namun nasib buruk kembali menimpanya, saat tengah dalam perjalanan menuju kantor Damian untuk mengatakan kabar baik atas kehamilannya, kecelakaan masal tak terduga tiba-tiba menimpanya.
Mobil dikendarainya terpental jauh, darah berjejeran memenuhi tubuhnya. Badannya sakit remuk redam tak main, lebih lagi perutnya yang sakit tak tertolong.
Lebih dari itu, rasa sakit dihatinya lebih mendalam mendengar ucapan dan umpatan kasar Damian padanya saat Helena menelpon untuk meminta pertolongan pada Damian-suaminya.
"Mati saja kau, sialan! Dengan begitu hidupku akan terbebas dari benalu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandri Ratuloly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
dua puluh empat
Mendengar ucapan Bagas semakin melantur. Helena langsung saja beranjak pergi dari restoran setelah cengkeraman tangannya sudah terlepas, Helena pergi begitu saja, sushi pesanannya biarkan saja Bagas yang menghabiskan dan membayarnya.
Helena pulang menggunakan taksi online yang di pesankannya, takutnya saat dirinya masih berkeliaran di mall, Helena takut akan bertemu lagi dengan Bagas.
"Makasih, pak. "
Helena masuk ke dalam pekarangan rumah, saat mobil online di naiki nya berhenti di depan pagar rumah.
"Bu Helena pulang sendirian? Kenapa tidak telepon saya, biar saya datang menjemput, ibu. " ujar pak Tarno melihat kedatangan Helena seorang diri, apalagi sekarang masih jam tiga sore, biasanya bila majikannya itu pergi mengantar bekal makan siang di kantor, Helena akan pulang bersama dengan Damian jam lima atau paling lambat jam tujuh malam.
"Gapapa, pak. Saya tadi ada main bentar di mall sama teman, kalau gitu saya masuk ke dalam dulu ya, mau istirahat, capek. " Helena pamit untuk masuk ke dalam rumah.
"Loh, ibu udah pulang? Tadi katanya mau ke mall sama teman, kok pulangnya cepat banget? " tanya Bi Ayu, saat melihat Helena yang melewati ruang makan menuju tangga.
Helena seketika menghentikan langkahnya, membalikkan badannya untuk menatap Bi Ayu, "Teman saya tadi izin pulang duluan, Bi. Adeknya kecelakaan masuk ke rumah sakit, saya juga gak betah lama-lama di mall, ada orang gila di sana. " orang gila yang di maksud adalah Bagas, Helena beneran takut dengan sikap Bagas tadi yang tiba-tiba saja agresif padanya.
"Orang gila? Emang di tempat besar begitu ada orang gilanya? " tanya Bi Ayu dengan polos.
Helena terkekeh geli, lucu melihat akan tingkah Bi Ayu yang kelewat polos. "Ada, malahan lebih menakutkan, " setelah mengatakan itu, Helena pergi menuju tangga ke atas kamarnya.
Meninggalkan Bi Ayu yang tengah berpikir keras akan ucapan Helena barusan. "Menakutkan? Emangnya ada orang gila yang menakutkan? " bingung Bi Ayu, hingga tiba-tiba wanita baya itu memukul pelan pipinya sendiri. "Memang menakutkan, kalau mereka mengejar rasanya seperti melihat hantu. "
•••••••
'Ting'
Damian mengalihkan perhatiannya saat suara ponselnya berbunyi nyaring, di pikirnya adalah Helena yang mengirimkannya pesan, hingga laporan pekerjaan perusahaan yang tengah di lakukannya, disimpan begitu saja di atas meja.
Dahinya mengernyit melihat bukan Helena lah yang mengirimkannya pesan, melainkan nomor tidak dikenal yang mengirimkan sebuah foto. Karena rasa penasarannya, Damian membuka kolom pesan tersebut.
Wajahnya mengerut dingin saat foto tersebut adalah foto Helena bersama seorang laki-laki, terlihat kedua orang di dalam foto itu tengah berpegangan tangan. Damian kenal siapa laki-laki di dalam foto bersama Helena itu, dia adalah Bagas, teman kuliah Helena yang memiliki perasaan dengan istrinya.
"Si*lan! Manusia kurang kerjaan mana yang mengirim foto tidak berguna ini. " kesal Damian sambil membanting ponselnya ke atas meja.
"Niko... " teriaknya menggelegar pada Niko.
Niko namanya yang disebut, segera bangkit dari duduknya, menghampiri bosnya kedalam ruangannya. "Iya, pak. Ada apa? "
"Antarkan saya pulang sekarang! " putus Damian tak ingin dibantahkan.
"Loh? Kok, buru-buru banget, pak. Masih juga jam tiga sore, pekerjaan saya dan bapak juga masih banyak yang harus di kerjakan. " bingung Niko, sebenernya apa yang telah terjadi kepada bosnya itu hingga terlihat begitu menyebalkan sekali di mata Niko.
"Saya gak peduli, pokoknya saya mau pulang sekarang." ujar Damian tidak peduli, dia bangkit dari kursi kerjanya dan keluar dari ruangan kerjanya begitu saja.
Dibelakang, terlihat Niko udah misuh-misuh karena sikap semena-mena Damian padanya.
"Kamu cepat jalannya, Niko. Siapkan mobil dan antarkan saya secepatnya di rumah. " pinta Damian.
Niko tidak menjawab, namun segera bergerak cepat mendahului Damian untuk menyiapkan mobil.
"Bawa mobilnya dengan cepat, saya ingin segera sampai di rumah. " pinta Damian, kini keduanya sudah berada di dalam mobil dengan Niko yang duduk di depan kursi mengemudi.
"B-baik, pak. " Niko mengendarai mobil dengan kecepatan cepat seperti apa yang dikatakan Damian, namun dengan begitu berhati-hati, jalanan tampak ramai akan pengendara lainnya, takutnya bila Niko ceroboh akan berakhir fatal pada mereka dan pengendara yang lain.
Beberapa menit kemudian, mobil itu akhirnya memasuki perkarangan rumah Damian. Tidak menunggu lama, Damian dengan segera keluar dari mobil.
"Lanjutkan pekerjaan yang tertunda tadi, saya akan memberikan kamu bonus besar nanti. " ujar Damian setelahnya berlalu masuk ke dalam rumah.
Niko menghembuskan nafas panjang setelah kepergian Damian, "Kurasa aku akan m*ti secepetnya karena kelelahan bekerja, tapi tidak buruk juga m*ti dengan keadaan uang berlimpah. "
Ya, lupakan saja ucapan ngelantur Niko yang tengah pusing akan pekerjaan kantor yang terus di lemparkan kepadanya.
Sementara yang membuat kondisi Niko seperti ini terlihat gusar menaiki tangga menuju kamar Helena, Damian dan Helena walau hubungan keduanya sudah cukup baik dari sebelumnya, mereka masih tidur di kamar yang berbeda. Helena yang meminta, wanita itu masih ada sedikit keraguan dihatinya akan perubahan sikap Damian.
'Brak'
Damian membuka pintu kamar Helena dengan gerakan sedikit kasar, membuat Helena yang tengah berbaring sambil bersandar di sandaran ranjang terlonjak kaget.
"Kamu udah pulang kerja? Tumben hari ini pulang lebih cepat dari biasanya. " tanya Helena bingung, melirik sebentar pada jam di atas meja nakas yang menunjukkan pukul tiga lewat empat puluh enam menit.
"Abaikan semua pertanyaan dan kebingungan kamu, aku ingin bertanya dengan kamu, tadi kamu meminta izin pergi berbelanja bersama temanmu di mall, benar? " tanya Damian dengan baik-baik, tidak ingin langsung menuduh Helena tanpa tau kenyataannya.
"Ya." jawab Helena dengan kebingungan.
"Dengan siapa? Laki-laki atau wanita? "
Helena mengerutkan dahinya, "Dengan teman wanitaku, Tari namanya, bukannya tadi sudah aku katakan saat meminta izin pergi dengan kamu? "
Damian menghembuskan nafasnya, dia ikut duduk di samping Helena yang posisinya masih bersandar. "Apa kamu tadi bertemu juga dengan, Bagas? " tanya Damian tanpa basa-basi, tidak ingin kecurigaannya membuat hubungan mereka kembali merenggang.
"Ya, tadi tidak sengaja bertemu di restoran sushi, kami makan sushi bersama karena Tari tadi harus buru-buru pulang karena mendapatkan kabar bahwa adeknya kecelakaan dan masuk ke rumah sakit. " jelas Helena sesungguhnya, tidak ingin terjadi kesalahpahaman.
Damian lagi-lagi menghembuskan nafasnya, cukup senang mendengar kejujuran Helena. Dia mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto yang dikirimkan seseorang tidak dikenalnya. "Aku mendapatkan foto berduaan mu dengan Bagas, dikirimkan oleh nomor tidak dikenal, karena tidak ingin ber- prasangka buruk pada kamu, aku meminta sebuah penjelasan dari kamu. "
Helena mengambil alih ponsel milik Damian, menatap dalam foto dirinya bersama Bagas dengan pandangan dalam. "Itu, Bagas tiba-tiba saja memegang tanganku dengan erat dan menyatakan perasaannya selama zaman kuliah dulu. Aku cukup kaget dan ketakutan, Bagas seperti bukan orang yang aku kenal selama kita berteman dulu, dia juga menyalahkan aku yang menikah dengan kamu. " jelas Helena panjang lebar, tidak ada yang dia tutupi, yang yang terjadi tadi siang di restoran, dia ceritakan semuanya pada Damian.
"Tapi, siapa orang yang sudah memfoto kan diriku bersama Bagas dan di kirimkan kepadamu? Ini seperti dia ingin memprovokasi kita. "
Damian terdiam, benar apa yang dikatakan Helena barusan. Seseorang yang mengirimkan foto Helena padanya seperti memiliki niat agar dirinya dan Helena berantem besar karena sebuah kesalahpahaman, untungnya Damian bisa mengontrol emosi dan segera meminta kejelasan pada Helena.
"Kamu harus hati-hati mulai sekarang, orang itu pasti merencanakan sesuatu yang mungkin bisa menyelakai kamu nanti. " ujar Damian memperingati Helena untuk berhati-hati, Damian akan mencari tau siapa seseorang yang mengirimkannya foto ini.
Sementara di tempat lain, Trissa tengah menelpon dengan seseorang. Wajahnya terlihat berseri, menanda bahwa suasana hatinya tengah bagus hari ini.
"Kamu sudah melakukan apa yang aku suruh, kan? " ujarnya pada seseorang di ujung telepon sana.
"Bagus, kerja bagus sekali. Segera akan aku kirimkan uang untuk mu. "
"Ya ya ya, jangan senang dulu, ini bukan pekerjaan pertama dan terakhir. Masih banyak yang harus kamu lakukan nantinya. "
"Yasudah, ku tutup teleponnya. "
'Tut'
Trissa tersenyum miring, melipat kedua tangannya di atas dada. "Sebentar, sebentar lagi, Helena. Sebuah bencana besar akan segera menghampiri kamu. "
Tiba-tiba saja Trissa tertawa keras, membuat seorang pelayan yang tidak sengaja melihat bergedik ketakutan.
"Apa nona muda Trissa, tengah kerasukan? " gumamnya ketakutan.
semangat 💪💪💪