"Bila aku diberi kesempatan kehidupan kembali, aku berjanji tidak akan mencintaimu, Damian. Akan ku kubur dalam-dalam perasaan menyakitkan ini. "
Pernikahannya sudah menginjak usia tiga tahun. Namun, cinta Damian tak bisa Helena dapatkan, tatapan dingin dan ucapan kasar selalu di dapatkannya. Helena berharap kehidupan pernikahannya akan terjalin dengan baik dengan adanya anak yang tengah di kandunginya.
Namun nasib buruk kembali menimpanya, saat tengah dalam perjalanan menuju kantor Damian untuk mengatakan kabar baik atas kehamilannya, kecelakaan masal tak terduga tiba-tiba menimpanya.
Mobil dikendarainya terpental jauh, darah berjejeran memenuhi tubuhnya. Badannya sakit remuk redam tak main, lebih lagi perutnya yang sakit tak tertolong.
Lebih dari itu, rasa sakit dihatinya lebih mendalam mendengar ucapan dan umpatan kasar Damian padanya saat Helena menelpon untuk meminta pertolongan pada Damian-suaminya.
"Mati saja kau, sialan! Dengan begitu hidupku akan terbebas dari benalu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandri Ratuloly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
tiga puluh lima
Hingga keesokan hari pun, Helena belum juga menunjukkan tanda-tanda siuman selepas paska operasi pengangkatan janin yang sudah gugur di perut wanita itu. Kemarin, seharian penuh setelah menguburkan jasad anaknya yang bentuknya belum sempurna, masih berbentuk gumpalan kecil, Damian duduk terdiam sedih menatap makam kecil calon anaknya dan Helena.
"Kamu kapan sadar, sayang? Apa kamu tidak merindukan aku, hmm? " ujar Damian terus berbicara kepada Helena yang berbaring lemah di ranjang rumah sakit.
"Anak kita, " Damian menghentikan ucapannya sejenak saat merasakan tenggorokannya kering, "Setelah kamu sadar nanti dan mengetahui semuanya, aku mohon jangan merasa bersalah dan terpuruk atas kehilangan anak kita, aku mohon. "
Damian ketakutan, takut bila Helena terpuruk dan merasa bersalah atas kehilangan anak mereka.
'Tok'
'Tok'
"Pak Damian, hari ini kita harus mendatangi pengadilan untuk memberikan bukti bukti lainnya terkait Trissa dan ayahnya. " beritahu Niko yang berdiri kaku di pintu inap Helena, menatap belakang tubuh Damian yang menekuk bersandar di ranjang samping Helena berbaring.
Damian menegakkan badannya, mengingat bahwa hari ini dirinya harus memberikan beberapa bukti di pengadilan sebagai pelapor yang telah menjebloskan Trissa dan ayahnya ke penjara atas tindakan kejahatan yang mereka lakukan. Damian memiliki beberapa bukti kejahatan mereka yang sudah di kuliknya bersama Niko dan beberapa orang suruhannya.
"Suruh beberapa orang untuk menjaga di depan kamar inap, Helena. Kita berangkat sekarang di kantor pengadilan. " ujar Damian seraya berdiri dari posisi duduknya, mencium lama kening Helena sebelum akhirnya keluar dari tempat itu.
"Orang itu juga sudah kamu urus untuk datang ke pengadilan, kan? " tanya Damian, kini keduanya sudah di dalam mobil, dalam perjalanan menuju kantor pengadilan.
"Semuanya sudah siap seperti keinginan anda, pak Damian. "
"Bagus." Damian mengangguk puas kepalanya, dirinya jadi tidak sabar menanti kehancuran Trissa dan ayahnya.
Setibanya di pengadilan, Damian dan Niko disambut dengan teriakan teriakan Trissa yang tidak terima dirinya di tangkap seperti ini, sedangkan ayahnya tertunduk lesu saat rahasia pekerjaan gelapnya terbongkar semua.
"Damian! "
"Damian, kamu datang ke sini untuk membebaskan aku, kan? Iya kan Damian? " ujar Trissa penuh harap, dia memaksa ingin menghampiri Damian namun tangannya di borgol dan di pegang oleh para pol*si dibelakang tubuhnya.
"Percaya diri sekali kamu, menurut kamu siapa dalang yang sudah melaporkan kamu dan ayah kamu disini? " kata Damian sambil melipat kedua tangannya dan menatap Trissa dan ayahnya dengan senyum menantang.
"Si*lan! K*parat kamu! " ayah Trissa sontak mengamuk dan hampir menerjang tubuh Damian namun di tahan oleh beberapa pol*si di belakangnya.
Sedangkan Trissa, wanita itu terduduk kaku di kursinya mendengar ucapan Damian barusan. "Kamu kenapa tega memperlakukan aku seperti ini, Damian? Salah aku apa? "
"Salah kamu? Kamu masih tidak mengakui kesalahan kamu yang sudah menghancurkan rumah tangga saya dengan Helena, kamu memfitnah saya dan Helena dengan foto foto murahan yang kamu kirimkan. "
Trissa termangu mendengar ucapan Damian, rahasianya ternyata sudah di ketahui. "Kamu punya bukti apa sampai menuduh aku berbuat seperti itu? Apa itu hanya omong kosong Helena yang memfitnah agar nama aku rusak di mata kamu. " kilah Trissa masih tidak mengaku.
Damian memanggil Niko untuk membawa seseorang yang menjadi bukti kuat atas perbuatan Trissa yang ingin menghancurkan rumah tangganya.
"K-kalian....? " Trissa dengan wajah pucatnya, menatap tidak percaya tiga orang laki-laki yang dia bayar untuk menguntit dan memotret Damian dan Helena secara diam-diam, termasuk juga laki-laki yang di hotel yang hampir memp*rkosa Helena.
"Kamu masih juga mengelak dengan bukti bukti kuat yang saya bawa di hadapan kamu? "
"Persidangan selanjutnya mari kita mulai sekarang, pak hakim saya siap dengan saksi saksi yang sudah bawa. "
•••••••
Sementara di rumah sakit, tepatnya di ruang rawat Helena. Wanita itu tiba-tiba saja membuka matanya dengan suara rintihan yang terdengar keluar dari mulutnya.
"Sa-sakit... "
suara rintihan kesakitan Helena untungnya terdengar hingga luar, membuat penjaga suruhan Damian sontak beramai-ramai masuk untuk melihat keadaan Helena.
"Ibu Helena! " serentak mereka melihat kondisi Helena yang sudah terbangun, namun rintihan kesakitan mereka dengar membuat panik seketika.
"Sa-sakit, tolong.... "
"Panggilkan dokter, cepat! "
Salah satu dari mereka dengan cepat melesatkan diri untuk memanggil dokter yang kemarin menangani Helena di ruangan operasi.
"Tahan, bu Helena. Sebentar lagi dokter akan datang. "
'Ceklek'
"Ibu Helena, apa yang anda rasakan sekarang. " dokter kemarin yang menangani Helena datang dengan tergesa-gesa menghampiri ranjang membuat tiga bodyguard suruhan Damian memundurkan langkah mereka kebelakang, namun masih tetap berada di dalam ruangan.
"P-perut bagian bawah saya sangat sakit, dok. " ujar Helena dengan susah payah karena rasa sakit yang dideritanya.
Dokter tersebut menyuntikkan Helena agar rasa sakit yang di derita Helena berangsur membaik, setelah semuanya aman dengan Helena yang berbaring tenang di atas ranjang.
"Kondisi saya sebenarnya kenapa, dokter? Dari kemarin sebelum terjadinya kecelakaan itu, perut bagian bawah saya merasakan begitu sakit. " ujar Helena saat rasa sakit yang dideritanya tadi kini sudah berangsur membaik.
"Saya tidak bisa langsung mengatakannya kepada anda karena pak Damian saat ini tidak berada di sini, saya tidak bisa mengatakannya tanpa ada persetujuan dari suami anda. "
"Damian? Dia sebenarnya ada di mana? Kenapa begitu saya bangun tidak ada dia di sini? " tanya Helena mengingat saat dirinya sadar, tidak ada Damian disisinya.
"Pak Damian tengah berada di kantor pengadilan. " ucap salah satu bodyguard menjawab.
"Pengadilan? Ada urusan apa Damian ke tempat itu? Dia tidak mungkin menggugat cerai saya, kan? " ujar Helena cepat berburuk sangka, takut bahwa dugaannya bahwa Damian kembali terpikat dengan Dellia menghantuinya.
"T-tidak, bukan seperti itu, bu Helena. Pak Damian ke pengadilan bukan untuk mengurus perceraian seperti apa yang anda pikirkan, tujuan pak Damian ke pengadilan adalah untuk menggugat wanita bernama Trissa dan ayahnya. "
Helena terdiam sejenak, masih mencerna ucapan bodyguard tersebut. Damian menggugat Trissa dan ayahnya? Damian berhasil untuk mengalahkan Trissa dan kuasa ayahnya? Helena senang mendengarnya, akhirnya di kehidupan keduanya ini dirinya bisa menang dari kelicikan Trissa.
"Karena Damian tidak ada di sini, dan belum tau pasti kapan dirinya akan kembali disini, dokter bisa memberitahukan kondisi saya saat ini. " ujar Helena pada sang dokter yang masih berdiri tegap di samping ranjangnya.
Dokter tersebut menghembuskan nafas panjang, menimbang nimbang apakah dirinya akan mengatakan kejujuran atas kondisi Helena saat ini, apalagi dengan Damian yang tidak ada membuatnya semakin dilanda kebingungan.
"Mungkin setelah saya mengatakan ini, bu Helena akan merasa terguncang. "
Helena masih menanti ucapan dokter tersebut, jantungnya tiba-tiba saja berdebar tak semestinya seperti akan ada sesuatu besar yang menimpa nya. "Saya sebisa mungkin akan bersikap tenang d-dan... " Helena tidak bisa melanjutkan ucapannya, seperti ada beban berat yang tiba-tiba saja menghantam kerongkongannya.
"Anda selama ini ternyata hamil dan usia kandungannya menginjak usia dua bulan–
Helena merekah kan senyuman mendengar ucapan dokter bahwa dirinya tengah hamil, bukan kah itu ada berita bahagi–
–maaf bila saya mengecewakan anda, di masa awal kehamilan anda. Janin di dalam perut anda sudah terlihat lemah dan rentan, karena guncangan setres yang anda alami juga kejadian kecelakaan kemarin, mengakibatkan bayi anda tidak dapat kami selamatkan. Maaf, kemarin anda melakukan operasi untuk mengeluarkan janin anda yang tidak bisa kami selamatkan. "
Tubuh Helena seketika membeku mendengarnya.
Janin di dalam perutnya tidak bisa di selamatkan? Wajah Helena seketika memucat pasih, badannya yang berbaring kini terkulai lemah seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan dirasakannya.
Hingga tangisan kencang penuh kesedihan keluar dari mulutnya membuat mereka yang berada di dalam ruangan sontak panik di buatnya, bodyguard tersebut dengan segera menghubungi Damian untuk kembali ke rumah sakit, mengatakan kondisi prihatin Helena kini yang tiba-tiba saja kembali terjatuh pingsan.
"Bu Helena! "
•
•
•
cerita hanya fiktif belaka dan imajinasi author, jadi kalau ada cerita yang tidak sesuai dengan kehidupan nyata atau yang kalian ketahui, jangan judge.