Adinda Khairunnisa gadis cantik yang ceria, yang tinggal hanya berdua dengan sang ayah, saat melahirkan Adinda sang bunda pendarahan hebat, dan tidak mampu bertahan, dia kembali kepada sang khaliq, tanpa bisa melihat putri cantiknya.
Semenjak Bundanya tiada, Adinda di besarkan seorang diri oleh sang ayah, ayahnya tidak ingin lagi menikah, katanya hanya ingin berkumpul di alam sana bersama bundanya nanti.
Saat ulang tahun Adinda yang ke 17th dan bertepatan dengan kelulusan Adinda, ayahnya ikut menyusul sang bunda, membuat dunia Adinda hancur saat itu juga.
Yang makin membuat Adinda hancur, sahabat yang sangat dia sayangi dari kecil tega menikung Adinda dari belakang, dia berselingkuh dengan kekasih Adinda.
Sejak saat itu Adinda menjadi gadis yang pendiam dan tidak terlalu percaya sama orang.
Bagaimana kisahnya, yukkk.. baca kisah selanjutnya, jangan lupa kasih like komen dan vote ya, klau kasih bintang jangan satu dua ya, kasih bintang lima, biar ratingnya bagus😁🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Seminggu sudah pak Anton meninggalkan Adinda seorang diri, rumah yang dulu ramai dengan canda tawa ayah dan anak itu, kini sepi, karena Adinda hanya mengurung diri di kamarnya.
Dia akan keluar klau ada tamu yang datang, namun Lusi sahabatnya itu tidak sekali pun meninggalkan Adinda sendirian di rumah itu, dia benar benar menepati janjinya kepada pak Anton, dia akan menjaga Adinda dan tidak akan meninggalkan Adinda sendirian, dia akan selalu ada untuk Adinda.
Ceklek....
"Haiii... Cantik, sarapan dulu yuk...!" ajak Lusi menghampiri Adinda yang duduk termenung di balkon kamarnya.
"Aku belum lapar, kamu aja yang sarapan duluan." pinta Adinda.
"Ck, udah lah, ayo bangkit, katanya ngak mau ngecewain ayah, katanya mau melanjutkan cita cita kamu, biar ayah bangga melihat kamu di atas sana, kenapa sekarang masih menyendiri, ayo... Buktikan klau kamu bisa dan ngak ngecewain ayah." kompor Lusi, dia tidak ingin sahabatnya itu berlarut dalam duka, hidupnya masih panjang.
"Huuufff.... Kamu benar, aku ngak boleh terus sedih, kasihan ayah dan bunda di sana, pasti juga sedih melihat aku seperti ini, aku akan bangkit, tapi... Kami janji ngak akan ninggalin aku juga kan?" ucap Adinda berkaca kaca.
"Heiii.... Kita akan terus bersama, kitakan saudara, kita sudah seperti sendal jepit, kemana mana harus bersama, kita ibarat sayap burung, tanpa satu sayap tidak akan bisa terbang." kekeh Lusi dia merasa lucu sendiri dengan ungkapan kata katanya, entah benar atau tidak, itu tidak penting baginya, yang dia perduli saat ini, bagaimana caranya dia bisa membuat Adinda kembali ceria.
"Kamu ini, ada ada saja." ujar Adinda terkikik geli, mendengar celotehan Lusi.
"Ya sudah, ayo sarapan, aku sudah lapar loh, lihat lah, sudah seminggu kamu susah makan, lihat baru bohay mu jadi menciut, pipi chaby mu, jadi tirus, untung hidung mancung kamu ngak ikutan pesek." kekeh Lusi.
Adinda hanya memutar mata malas, mendengar ucapan Lusi itu.
"Ya udah, aku mau mandi dulu, abis itu baru sarapan." sahut Adinda, bangkit dari duduknya, dia melangkah ke dalam kamarnya, dan lansung masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.
Lusi lansung membersihkan tempat tidur Adinda yang acak acakan itu, dan juga merapikan kamar itu, tak lupa membuka jendela, agar udara segar bisa masuk ke dalam kamar itu.
"Semoga kamu bisa kembali ceria Dinda, aku ngak mau melihat kami terus terpuruk dalam ke sedihan, kita akan terus bersama, seperti apa yang ayah amanatkan, kata ayah kita saudara, jadi. sesama saudara tidak boleh berantem, dan saling dukung, kita akan tetap saling menjaga, tetaplah kuat demi aku. Adinda." gumam Lusi yang duduk termenung menatap pintu kamar mandi tang masih tertutup rapat.
Hidupnya pun tidak baik baik saja, orang tuanya berpisah dan kurang dapat kasih sayang dari ke dua orang tuanya, dulu dia masih dapat kasih sayang penuh dari ibu kandungnya, walau tidak dia dapat dari ayahnya, namun kedatangan calon anak sambungnya, sang mama seolah lupa sama anak kandungnya, justru Lusi malah merasa sangat kehilangan saat pak Anton meninggal, dari pada di tinggal papa kandungnya, dia sangat terpukul atas kepergian pak Anton, semenjak dia kenal dan bersahabat dengan Adinda, pak Anton juga memberikan kasih sayang kepada Lusi, tak jarang Adinda beli baju apa, pasti Lusi juga di belikan oleh Pak Anton.
Ceklek....
Pintu kamar mandi terbuka, dan menampakan Adida keluar dari dalam sana, dengan wajah segar, walau masih kelihatan pucat.
"Nah, gitu dong, kan cantiknya kembali, ini ngak awut awutan, bau acem, aku klau mau dekat deket jadi nahan nafas." goda Lusi.
"Ck, ngak mandi sebulan juga aku tetap wangi kok." cibik Adinda.
"Iya iya. Wangi ketek," kekeh Lusi, lansung mendapatkan tatapan laser dari Adinda, Lusi hanya bisa nyengir.
"Waahhhh.... Tuan putri kita sudah cantik dan wangi!" pekik Rini tersenyum senang melihat Adinda turun dari kamarnya.
"Loh, kalian kok sudah ada di sini aja?, apa kalian nginap di sini juga? kok aku ngak tau." seru Adinda.
"Ck, mana bisa tau, klau kerjaannya cuma di kamar doang " cibik Sita, memang beberapa hari ini bergantian menemani Adinda dan Lusi, dia ngak mungkin meninggalkan Lusi sendirian yang menjaga Adinda, takut kenapa napa klau malam hari, bersyukur orang tua mereka memberi izin, untuk nginap di rumah Adinda.
"Maaf ya, aku sudah menyusahkan kalian semua." sesal Adinda merasa bersalah.
"Haiii.... Kamu ngak salah kok, kita kan teman. Susah senang harus bersamakan." sela Rini.
Adinda tersenyum dan mengangguk, dia tidak menyangka teman temannya masih perhatian kepadanya.
"Ayo sarapan, aku sudah lapar nih, itu di meja makan sudah ada nasi goreng, sama telur dadar, trus tadi mama juga nitip cemilan untuk kalian." ujar Rini.
"Bilang makasih sama tante ya, udah ngerepotin." ucap Adinda tidak enak hati.
"Ck, biasa aja kali, mama juga sudah anggap kamu anaknya kok, jadi ngak usah merasa tidak enak." sela Rini.
Mereka makan dalam diam, menikmati sarapan pagi dengan nasi goreng, baru kali ini Adinda makan dengan lahap, kemaren kemaren cuma makan, dua atau tiga sendok saja, sekarang satu piring penuh sudah habis dia lahap, teman temannya tersenyum senang melihat itu, bearti sahabatnya itu sudah mulai kembali pada stel awalnya, sudah mulai bisa menerima semua yang terjadi.
"Besok kita mau ambil ijazah ke sekolah kan?" ucap Sita, saat mereka duduk bersantai di ruang tengah, sambil menonton drama kesukaan mereka.
"Iya iya. Kok aku lupa." ucap Rini.
"Biasalah, sudah tua mulai pikun." ledek Lusi.
"Heiii.... Aku baru tujuh belas tahun lebih ya! mana ada tua, ini umur yang sedang mekar mekarnya." cibik Rini tidak terima.
"Kaya bunga aja, segala di bilang mekar." kekeh Lusi, yang lain pun ikut terkekeh.
"Woiii.... Kita ada yang melupakan sesuatu ngak!" ujar Sita.
"Apa....?" tanya yang lain serempak.
"Ck, si Dion sama Rizka, kemana mereka, semenjak om ngak ada, ke duanya, baru ke sini dua kali deh." sahut Sita.
"Iya ya...." ujar Rini ikut berfikir.
"Fiks ini mah, mereka ada apa apa, ngak mungkin klau ngak ada apa apa selalu kompak ngak datang." kesal Rini.
"Sudahlah aku ngak perduli, ngapain mikirin orang ngak penting itu." ujar Adinda kesal.
Lusi pun acuh saja, biasanya wanita itu menggebu gebu kalau soal Rizka dan Dion, tapi dua wanita itu seperti tau sesuatu yang belum mereka tau, pantas saat wisuda pun Adinda tak sekalipun menanyakan keberadaan Dion.
"Wahhh... Sepertinya kalian mengetahui sesuatu, kita ngak di kasih tau." ujar Rini menatap penuh selidik.
"Mereka selingkuh." ujar Lusi santai.
"APAA....." pekik dua orang itu kaget, walau sudah curiga, tapi tetap saja mereka ngak percaya klau sahabat mereka melakukan hal seperti itu.
"Wahhh.... Parah tuh dua tikus got, berani beraninya main belakang." kesal Sita.
"Tapi. Kamu ngak pa apakan Din?" tanya Sita khawatir sama Adinda.
"Ya, awalnya sih pasti sakit, tapi lama lama bisa aja, ngapain mikirin tukang selingkuh, sekarang fokus aku ngejar cita cita, bukan cinta cintaan." mantap Adinda.
"CAKEP.....!" sesuk mereka serempak.
"Kamu udah putus sama Dion klau gitu?" tanya Rini lagi.
"Belum, nanti pas ngambil ijazah aku mau bilang sama dia, klau hubungan kita sudah selesai." ujar Adinda.
"Jadi mereka belum tau, klau kalian sudah tau mereka selingkuh?" tanya Sita.
"Belum." ujar Lusi dan Adinda.
"Ahhh... Aku ngak sabar mendengar drama yang bakal mereka mainkan besok." ucap Rini menghayal.
"Pasti bikin sinteron ikan terbang, besok jangan lupa vidioin ya." kekeh Sita.
Adinda dan Lusi hanya geleng geleng kepala melihat tingkah dua sahabatnya itu.
Bersambung.....