CEO-Ku, Suamiku

Kegiatan yang dilakukan bersama karyawannya dalam acara ini, membuatnya ingin segera menyudahinya mengingat ada perempuan cantik yang berada dikamarnya saat ini.

"Kak, siang ini kita akan ke pantai kuta!" ucap Vivian.

"Saya tidak bisa ikut semua kegiatan Karyawan pada reward kali ini. Hendri yang akan mengurusnya!" ucap Guna.

"Tapi Kak, kakak tidak mungkin tidak iku acara ini. Bukannya ini pertama kalinya Kakak berpartisipasi. Nanti apa kata direksi dan para karyawan yang ikut acara ini!" ucap Vivian.

"Ada saya atau tidak acara ini masih bisa dilakukan. ingat kau atau siapapun tidak bisa memerintahkan saya Vian!" ucap Guna dingin.

"Kak Guna adalah CEO baru dan ada banyak yang sedang mengincar posisi Kakak!" ucap Vivian memperingatkan Guna.

"Sejak awal saya tidak menginginkan posisi ini, tapi karena saya adalah pewaris utama mau tidak mau saya harus menjadi CEO. Jika kau bisa membujuk kakek untuk menjadikan orang lain penggantinya saya akan sangat berterimakasih. Saya bahkan bisa berdiri dikaki saya sendiri tanpa harta dari keluarga ini!" ucap Guna. "Dan satu lagi kau jangan pernah ikut campur dalam urusan saya apalagi mengganggu rumah tangga saya Vian!" ucap Guna dingin membuat Vivian menggenggam tangannya dan air matanya pun akhirnya menetes.

Dulu kau tidak pernah mengabaikanku Kak. Aku ternyata lebih menyayangimu dari pada dia. Sejak kejadian itu kau tidak pernah memaafkanku apalagi membuka pintu hatimu untukku. Aku harus bagaimana Kek?

batin Vivian.

Sementara itu Guna segera meminta karyawannya untuk mengantarnya kembali ke hotel. Setelah sampai di hotel, ia segera bergegas menuju kamarnya dan mengeluarkan kartu miliknya dan pintu terbuka. Ia melihat istrinya sedang terbaring dengan seorang wanita parubaya yang sedang memijit istrinya.

"Wah... ini suaminya kamu ya Neng?" ucapnya .

Ayunda menolehkan wajahnya kesamping dan melihat Guna yang saat ini duduk disofa sambil menatapnya. "Iya Bu" ucap Ayunda dengan wajah memerah ia segera mengalihkan pandangannya.

"Sudah lama bu?" tanya Guna mencoba berbasa-basi kepada ibu tukang pijit itu.

"Sebentar lagi selesai" ucapnya.

"Neng, pantesan aja capek ya Neng. itu suaminya gagah pisan" bisik Ibu itu.

Astaga malu banget....

Batin Ayunda.

"Ibu asalnya bukan orang Bali?" tanya Guna.

"Bukan, saya asalnya dari Jawa Barat" ucap ibu itu.

Guna menganggukkan kepalanya dan membaringkan tubuhnya di sofa. "Pak genteng mau saya pijatin juga?" ucapan ibu itu membuat Ayunda melototkan matanya

"Nggak usah Bu, istri saya yang suka pijatin saya!" ucapan Guna lagi-lagi membuat Ayunda malu.

i**ni kok ngomongnya nggak bisa direm apa... bikin malu aja...

"Istrinya kelelahan ini Pak, main sampai pagi. jadi ingat waktu saya dan suami saya masih muda".

Astaga kok bahasanya menjurus gitu sih...

"Lagi program Bu, biar istri saya cepat hamil dan nggak usah kerja lagi. Dia jagain anak saja dan bisa bebas menemani saya kalau saya lagi bertugas di luar kota!" jelas Guna.

"Bu sudah selesai?" tanya Ayunda.

"Belum Neng dikit lagi!".

"Udahan aja Bu, makasi banyak ya Bu!" ucap Ayunda menggulung tubuhnya dengan selimut dan memberikan beberapa lembar uang.

Guna tersenyum melihat istrinya yang tampak malu-malu. Menggoda Ayunda mungkin akan menjadi salah satu hal yang membuatnya terhibur. Ibu tukang pijit segera pamit keluar dari kamar meninggalkan Guna yang saat ini tersenyum melihat tatapan kesal Ayunda padanya.

"Mas, bisa nggak ngomongnya sedikit di rem?" kesal Ayunda.

"Memang mobil di rem" ejek Guna.

"Ngomong sama Mas itu ngeselin ternyata. Ayu kira Mas itu kalem tahu-tahunya gini" sinis Ayunda.

"Gini gimana?" tanya Guna mengangkat kedua alisnya.

"Mesum" teriak Ayunda.

Guna mendekati Ayunda membuat Ayunda segera menutupi tubuh tanpa sehelai baju dengan selimut. "Jangan dekat-dekat!" teriak Ayunda.

"Katamu tadi apa? Mas mesum?" goda Guna.

"Mas awas kamu ya!" teriak Ayunda karena Guna mencoba menangkapnya.

tbc...