Elena adalah agen rahasia yang sedang menjalankan misi untuk mengambil informasi pribadi dari kediaman Mafia ternama bernama Luca Francesco Rossi. Saat menjalankan misi Elana terjebak dan menjadi tawanan beberapa hari.
Menyamar sebagai wanita panggilan, setelah tidur bersama pria yang menjadi mafia berbahaya itu, Elena menyelinap dan berhasil mendapatkan informasi penting yang akan menghancurkan setengah kekuatan milik Luca.
Dan itulah awal dari kisah Luca yang akan memburu dan ingin membalas dendam pada Elana yang menipunya. Disisi lain Elena yang bekerja menjadi agen rahasia berusaha menyembunyikan putri kecil rahasianya dengan mafia kejam itu.
Sampai 4 tahun berlalu, Luca berhasil menemukannya dan berniat membunuh Elena. Dia tidak mengetahui tentang putri rahasianya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dadeulmian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Setelah pertarungan yang menguntungkan bagi Luca dan semua bawahannya, Elena dan Luca akhirnya berkumpul di ruangan bawah tanah, dengan hanya empat penjaga termasuk Kevin yang sedang mengikat mata-mata bernama Docka itu.
Elena menghela nafas dan menoleh-noleh mencari jam dinding tapi tidak ada apapun disana selain barang-barang bekas yang ditutupi debu.
Docka duduk di bangku dengan kaki dan tangannya terikat, kini di tidak bisa melakukan apapun. Wajahnya juga tampak babak belur dengan darah yang mengalir dari sudut bibirnya.
"Katakan padaku sekarang, siapa yang mengirim mu?" tanya Luca dengan suara dingin.
Luca mengambil bangku dan membersihkan bangku itu dengan tangannya sebelum akhirnya menarik tangan Elena lembut dan membiarkan wanita itu duduk disana. Elena jelas sempat terkejut dengan sikap Luca yang tiba-tiba saja menjadi lebih perhatian.
"Bodoh, kamu pikir aku akan menjawabnya semudah itu?!" Bentak Docka dengan keras.
Luca dan beberapa bawahannya tidak terlihat terkejut ataupun kesal, mereka tetap berdiri di sana dengan wajah datar dan serius. Toh, orang ini sudah tidak bisa melakukan apapun.
Disisi lain, Elena mengedipkan matanya berulang kali, karena seharian ini dia harus mengurus Sophia yang tantrum pergi ke dokter gigi. Lalu dilanjutkan jalan-jalan mereka sambil berburu makanan. Elena sedikit lelah sekarang jadi dia agak mengantuk.
Apalagi sudah hampir jam 3 pagi, dan dia tidak mendapat tidur sama sekali.
'Aneh, kenapa aku merasa mengantuk sekali. Padahal aku pernah mengintai selama seminggu dan tidur hanya dua jam sehari... Kenapa aku merasa kelelahan?'
Elena menunduk dan akhirnya mengucek matanya sendiri, padahal dia masih ingin mendengarkan pernyataan mata-mata ini. Bisa saja dia bisa menggunakan informasi ini untuk kabur dan memberitahukannya pada atasannya.
Jadi kenapa dia sangat mengantuk sekarang, apa dia menjadi lemah karena hidup nyaman di mansion ini selama beberapa hari...
'Hoam...'
Karena terlalu menahan, Elena tanpa sadar menguap. Dia menutupi mulutnya sendiri dengan tangan dan mencoba untuk berusaha tidak tertidur. Tapi matanya sudah terlalu berat.
"Kamu bisa pergi ke kamar jika kamu sangat mengantuk, aku bisa mengurus urusan ini tanpa kamu disini." Ucap Luca yang sejak tadi sebenarnya mencuri pandang pada Elena dan diam-diam memperhatikannya.
"Tidak, aku ingin mendengarnya sendiri! Dikantor aku selalu diutus untuk mengintrogasi orang-orang seperti... Hoaamm... dia." Elena tetap kekeh disana meskipun matanya sudah mulai sangat berat sekarang.
Luca mendengus geli dan akhirnya berjalan pada Elena. Dia membungkuk untuk bisa berada di level mata wanita itu dan meniup mata Elena. Jelas Elena langsung menutup mata karena merasakan angin tidak yang tidak ia harapkan itu.
"Apa yang sedang kamu lakukan?!" protes Elena kesal.
Luca tersenyum kecil dan mengambil lengan Elena. Tanpa aba-aba pria itu mengangkatnya dan menggendongnya. Elena yang memang sejak awal dilatih untuk cepat tanggap sebenarnya akan memukul leher pria itu dengan sikunya.
Tapi Luca sudah menghentikannya dengan perkataannya, "kita bisa tidur bersama agar adil. Kevin yang akan mencari informasi tentang bajingan ini dan kita mendapatkan informasi bersama besok? bagaimana menurutmu?"
"Tidur bersama? Kamu gila ya?! Dan kenapa harus mengatakannya disini. Banyak orang..." Elena yang ingin marah jadi malu sekarang, dia masih ingat bagaimana mereka terciduk dan bahkan ketahuan para penjaga saat mereka sedang tidak sadar di ruang keluarga.
Jadi kenapa orang ini mengatakan hal gila lagi sekarang?!
"Apa yang salah, kita bisa tidur bersama dan kita hanya tidur. Apa kamu memikirkan sesuatu yang berbeda dengan yang kupikirkan?"
Elena tahu jika Luca memang sengaja meledeknya agar dia bereaksi. Tapi itu sungguh keterlaluan, jika saja dia mabuk dan hubungan mereka tidak serumit ini mungkin dia akan malu-malu kucing dan bersikap seperti gadis kasmaran.
Tapi sekarang pria ini adalah musuh Elena sekaligus suaminya.
"Berhenti mengatakan sesuatu yang tidak berguna!" Sentak Elena, dia menarik belakang leher Luca dan membuang muka. "Aku akan ke kamar sendirian..."
"Tidak perlu, aku bisa menemani kamu tidur. Apa kamu perlu aku tidurkan juga?"
"Tidak! Terimakasih!!!"
Elena dengan cepat melompat dari lengan Luca. Dia adalah agen terlatih jadi itu bukanlah hal yang sulit. Dia bahkan pernah mengalah 6 pria dewasa dengan tangan kosong meskipun dia memiliki banyak luka setelahnya.
Tapi jika soal ketangkasan, dia cukup percaya diri.
"Jangan ikuti aku!"
Luca terkekeh kecil dan melambaikan tangannya di udara tanda ia menyerah saja dan tidak akan berusaha untuk mengejarnya. Disisi lain, Elena dengan wajah pundung berjalan keluar dari basement dan berjalan ke tangga untuk naik ke lantai dasar dan pergi ke kamarnya sendiri.
"Wah, enak sekali menjadi pengantin baru. Mesra ya, sepertinya aku akan berpikir untuk mencari istri saja mulai sekarang." Itu adalah sahutan dari Kevin yang tiba-tiba saja membuat para bawahan Luca yang lain menolehnya dengan tatapan 'Apa dia gila?! Kenapa dia menantang bosnya?' semacam itu.
"Dengan tampangmu itu, sebaiknya kamu menyerah." Sarkas Luca.
Kevin menatapnya dengan tatapan tidak percaya dan kesal, sedangkan bawahannya yang lain terlihat menahan tawa. Memang diantara bawahan Luca, hanya Kevin yang berani berbicara santai dan bahkan bersikap sebagai teman pada Luca itu.
Karena mereka sudah mengenal lama dan juga Luca memang sangat mempercayai Kevin agar menjadi tangan kanannya. Sekaligus babu.
"Omong-omong, bukankah Nyonya adalah agen FBI, seharusnya dia bisa menangani waktu interogasi kita." tanya salah satu bawahannya yang memiliki banyak tato di kedua lengannya.
Luca menoleh dan menghela nafas. Dia mengambil sebuah pisau kecil di meja dan berjalan pada Docka–si mata-mata.
"Memang, tapi itulah kenapa aku mengusirnya. Aku tidak bisa mengusir dia secara kasar karena dia adalah wanita yang licik. Beginilah rasanya memiliki seorang istri yang berkerja pada musuhku sendiri. Dia wanita kecil yang merepotkan." ucap Luca.
Sedangkan Docka yang mendengar itu mendongak, dia tersenyum lebar. "Ahahaha, jadi, istri sialan mu itu seorang agen? Wahh, apa kamu ditipu oleh FBI atau kamu ingin mempermainkan—"
srat!?
Luca mengayunkan pisau itu sambil menggores tepat di wajah Docka. Wajahnya sekarang muncul luka seperti sayatan dari ujung ke ujung, dengan darah yang perlahan mengalir.
"Berisik sekali, aku menanyakan siapa bos mu dan bukan bicara tentang istriku. Jawab apapun yang kutanyakan sebelum aku mengambil semua jari yang kamu miliki." Ucap Luca dengan dingin dan mengancam.