NovelToon NovelToon
CINTA WINARSIH

CINTA WINARSIH

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat
Popularitas:16.4M
Nilai: 4.9
Nama Author: juskelapa

Winarsih, seorang gadis asal Jambi yang memiliki impian untuk bekerja di ibukota agar bisa memberikan kehidupan yang layak untuk ibunya yang buruh tani dan adiknya yang down syndrome.

Bersama Utomo kekasihnya, Winarsih menginjak Jakarta yang pelik dengan segala kehidupan manusianya.

Kemudian satu peristiwa nahas membuat Winarsih harus mengandung calon bayi Dean, anak majikannya.


Apakah Winarsih menerima tawaran Utomo untuk mengambil tanggungjawab menikahinya?

Akankah Dean, anak majikannya yang narsis itu bertanggung jawab?

***

"Semua ini sudah menjadi jalanmu Win. Jaga Anakmu lebih baik dari Ibu menjaga Kamu. Setelah menjadi istri, ikuti apa kata Suamimu. Percayai Suamimu dengan sepenuh hati agar hatimu tenang. Rawat keluargamu dengan cinta. Karena cintamu itu yang bakal menguatkan keluargamu. Ibu percaya, Cintanya Winarsih akan bisa melelehkan gunung es sekalipun,"

Sepotong nasehat Bu Sumi sesaat sebelum Winarsih menikah.

update SETIAP HARI
IG @juskelapa_

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon juskelapa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19. Larut Malam

Winarsih baru saja selesai mengakhiri percakapannya bersama Utomo. Dia merasa  tak enak karena membatalkan janji membiarkan pria tanpa alasan yang jelas darinya.

Setelah memberitahu Utomo bahwa dirinya memang sedang tidak enak badan, Winarsih kembali berjanji akan menemui Utomo hari Senin besok seusai jam makan malam.

Winarsih menagih janji Utomo yang akan membawanya untuk melihat Monas di malam hari. Sebenarnya dia sudah kehilangan selera untuk berjalan-jalan.

Tapi dia ingin menyenangkan hati pria itu. Terlebih lagi, Winarsih ingin menyampaikan sesuatu yang penting kepada kekasihnya. Hati Winarsih serasa diiris saat Utomo menjawab apa yang dimintanya itu dengan nada bicara yang sangat riang.

Bahkan Utomo menanyakan tentang pekerjaannya. Apakah pekerjaan di rumah itu terasa sangat berat hingga ia sampai jatuh sakit?

Sore itu ruang pegawai kosong, Tina mungkin sedang berada di luar. Sedangkan Mbah pasti sedang berada di kamarnya. Usai menutup telepon, Winarsih berjalan lesu menuju kamarnya.

Saat berada di jalan setapak mendekati kamarnya, dari balik tanaman bambu kuning, Winarsih melihat satu sosok yang dikenalinya menempelkan telinga berkali-kali di pintu kamar.

Winarsih menarik nafas panjang, mau apa lagi anak majikannya itu mengendap-endap di depan kamarnya. Dean terlihat seperti sedang membawa sesuatu di tangan kanan.

Winarsih mendekati pria itu, dan berdiri tepat di belakangnya. "Cari apa Pak?" tanyanya.

Mungkin kehadirannya yang tiba-tiba mengejutkan Dean. Kepala pria itu menubruk daun pintu. entah harus marah atau senang karena kesialan yang menimpa anak majikan itu, ia tetap memasang wajah dingin.

"Emm... nggak. Nggak ada." Dean menjawabnya dengan terbata-bata. Anak majikannya yang kemarin begitu ketus, hari ini tampak bodoh berdiri di depannya.

"Saya mau masuk Pak, hari ini saya sudah izin sama Mbah kalau saya nggak membantu pekerjaan," ucapnya dengan wajah datar.

"Oh ya silakan," jawab pria itu seraya mundur dan memberinya ruang ke arah pintu.

"Tunggu!" ucap Dean tiba-tiba sambil menahan pintu dengan tangan kirinya.

Winarsih sudah benar-benar kesal dengan anak majikannya yang berdiri tanpa bersalah di hadapannya. Dia hanya ingin segera masuk ke kamarnya dan beristirahat.

Tubuhnya terasa lemas sekali, daerah sensitifnya pun masih terasa perih. Apalagi daerah pangkal pahanya. Menanami dua petak sawah saja mungkin tak akan terasa sepegal itu.

"Ada apa lagi?"

"Aku tadi membelikan ini untuk kamu." Dean mengangkat bungkusan di hadapannya.

"Apa itu? Saya nggak perlu. Saya cuma mau istirahat sekarang," jawabnya datar.

"Saya membelikan ini untuk kamu. Saya nggak mau kamu sakit atau kenapa-napa karena saya" ujar Dean lagi.

Winarsih menatap Dean lekat-lekat. Baru kali itulah dia bisa melihat wajah pria itu dengan jelas. Mata Dean yang sedikit sipit tetapi memiliki bola mata yang sangat hitam, bisa begitu dingin jika menatap seseorang.

Jika bukan karena keangkuhan dan sifat kasar pria ini, Dean pasti akan menjadi sosok yang sangat sempurna sebagai laki-laki.

Pandangan Winarsih seketika menjadi sendu. Dia menyadari, pria di depannya inilah yang kemarin malam telah berubah menjadi hewan buas yang memangsanya.

Hari ini Dean berdiri seperti seorang majikan yang baik dan perhatian kepada pembantunya.

"Saya nggak perlu itu, saya baik-baik saja" Winarsih menjawab ketus. Dia juga tak mengerti kenapa nada suaranya bisa menjadi seperti itu kepada Dean.

"Maaf Win, saya nggak sengaja" Dean berkata pelan.

Saat dia mengatakan itu, hati Winarsih serasa tercabik. Dia tidak sengaja. Anak majikannya itu tak pernah berpikir,  penderitaan apa yang akan dihadapinya di kemudian hari nanti.

Saat baru saja berpikir mungkin Dean bisa berubah menjadi pria yang lebih lembut ataupun lebih bertanggungjawab, pria itu telah kembali ke watak aslinya.

"Ya sudah ini diambil aja belagu banget sih," Dean berkata dengan ketus.

Dean menyodorkan bungkusan yang berada di tangannya ke dalam dekapan Winarsih. Spontan tangannya memegang bungkusan itu.

Dean pun berlalu dari hadapannya. Meski sesaat kemudian dari kejauhan, Winarsih mendengar Dean yang mengancamnya untuk meminum entah apa yang diberinya tadi.

Winarsih menutup pintu kamarnya dengan kesal. Saking kesalnya dia memutar anak kunci hingga dua kali. Padahal itu masih sore. Tak akan ada yang mendobrak pintu kamar itu.

Perhatiannya beralih kepada bungkusan yang diberikan Dean tadi. Saat membuka plastik putih yang bertulisan nama sebuah apotek, Winarsih melihat berbagai merek multivitamin. Ada yang berbentuk tablet maupun sirup.

Dia menghela nafas panjang. Inikah bentuk perhatian anak majikannya itu setelah membantainya kemarin malam?

PRAKK!!!

Winarsih mencampakkan bungkusan itu hingga menghantam dinding dan isinya berhamburan di lantai.

Dia kembali duduk bersandar di dinding yang sejajar dengan pintu. Kepalanya terbenam di antara lipatan kedua tangannya.

Bahunya kembali berguncang. Winarsih kembali menangis mengingat ibu dan adiknya.

Dia tak boleh kembali ke kampung halamannya dengan kalah. Dia harus tetap bekerja di sana dan mengirimi orang tuanya uang. Dia harus tetap teguh pada tekadnya untuk memberi kehidupan yang layak pada Yanto.

Meski dia harus membuang jauh-jauh pikiran tentang konsep rumah tangga yang diidam-idamkannya selama ini.

******

Hari senin siang saat Dean berada di kantornya yang berada di salah satu gedung  perkantoran Sudirman.

Pria itu sedang mengaitkan kedua tangannya di depan mulut seperti sedang berpikir. Kursinya tak henti-henti berputar ke kiri dan ke kanan. Tingkah yang selalu dibuatnya jika ia sedang memikirkan sesuatu hal penting.

Tak lama kemudian masuklah seorang pria bertubuh gemuk dan memakai kacamata. Itu adalah Ryan sekretarisnya.

Tak seperti orang lain, Dean lebih menyukai seorang pria untuk menjadi sekretarisnya. Hal itu memiliki alasan yang cukup masuk akal.

Dean tak ingin mengalami kesulitan jika harus membawa sekretarisnya untuk menerima jamuan klien-klien yang lebih sering pada malam hari di sebuah klub malam ataupun tempat karaoke.

Ryan masuk sambil membawa sebuah map.

"Udah lo cek bener-bener?" tanya Dean.

"Sudah Pak, saya sudah mendatangi hotel dan meminta rekaman CCTV kejadian malam itu, salinannya ada pada kita, dan sisanya telah dihapus" jawab sekretarisnya. "Kalau bapak lihat di dalam map itu, saya sudah membuat urutan kejadian malam itu berdasarkan waktunya" sambung Ryan lagi.

"Apa kalian ada menemukan kamera tersembunyi di dalam kamar itu?" tanya Dean lagi.

"Nggak ada Pak. Bahkan sisa perangkat ataupun bekas tempat diletakkannya kamera tidak ditemukan. Bisa saja yang diucapkan Mbak Disty itu tidak benar. Tapi tetap ada kemungkinan mereka menggunakan alat yang lebih canggih," terang Ryan.

"Ini emang salah gua, yang selalu nganggap Disty itu perempuan yang nggak mungkin berbuat hal-hal kotor kayak gini," gumam Dean menerawang.

"Menurut saya, sementara ini Pak Dean harus bisa menenangkan Mbak Disty. Jangan sampai dia emosi dan berbuat gegabah dengan menghubungi awak media. Reputasi pak Hartono sebagai menteri sekarang berada di tangan Pak Dean. Apalagi selama ini keluarga Hartono dikenal sebagai keluarga yang selalu sepi dari gosip atau skandal-skandal." Ryan sekretaris Dean yang memang telah bekerja lama untuknya mengingatkan soal kedudukan papanya sebagai menteri.

"Iya, I see. Sorry Yan, gara-gara gua, orang sekantor pada ribet. Gua juga nggak mau ngorbanin kantor yang udah gua rintis dari nol. Aduuhh... pusing gua Yan. Sampe gua gak konsentrasi waktu klien tadi datang konsultasi." Dean melonggarkan dasinya yang sekarang terasa begitu mencekik.

"Pelan-pelan Pak, kita pakai trik seperti biasa yang kita anjurkan kepada klien. Turuti permintaannya tapi jangan meninggalkan jejak administrasi dalam urusan apapun." Ryan tersenyum menatap Dean penuh arti.

Mengerti dengan apa yang disampaikan oleh sekretarisnya, Dean terlihat lebih tenang kemudian mengangguk.

"Dan selama itu, gua tetap harus bongkar kediamannya pelan-pelan untuk nyari informasi apakah video itu benar-benar ada," gumam Dean seraya memutar balik kursinya untuk menghadap pemandangan berupa gedung-gedung pencakar langit yang berada di belakangnya.

******

Jam di dinding kantor Dean sudah menunjukkan hampir pukul 11 malam. Dia baru saja selesai mengecek belasan map yang berisi kasus-kasus klien barunya.

Badannya terasa sangat lelah dan matanya mulai mengantuk. Dean segera berdiri menyambar jas dan ponselnya yang berada di atas meja untuk menuju ke parkiran yang berada di basement gedung.

Untungnya Jakarta tidak macet di malam hari hingga dirinya tidak perlu berlama-lama di simpang lampu merah.

Saat mobil Dean berbelok ke kanan, pada simpang terakhir menuju rumahnya, Dean melihat satu sosok yang sepertinya tidak asing.

Dengan mengenali setelan pakaian itu. Sepasang pakaian berupa kaos lengan panjang dan rok di bawah lutut. Pakaian Winarsih yang sudah hampir seperti seragam pembantunya itu karena selalu dipakai berulang dalam seminggu.

Dean memelankan laju mobilnya hingga nyaris ke tepi. Di atas trotoar pejalan kaki Winarsih tampak berjalan santai dengan seorang pria yang kemungkinan besar adalah Utomo, kekasihnya.

"Dasar!! Ngakunya nggak enak badan. Tapi malah pacaran sampe hampir tengah malam gini." Dean tak menyadari dirinya mengomeli pembantunya itu.

Dean terus mengikuti sepasang sejoli itu dengan berkendara pelan-pelan di belakang mereka. Sekarang dia merasa menjadi seperti seorang penguntit yang norak.

Ada urusan apa dia harus senewen melihat Winarsih bersama kekasihnya? Apa karena dia merasa telah memiliki pembantunya itu karena telah mengambil keperawanannya?

Merasa sedang melakukan hal bodoh, Dean menginjak pedal gas untuk meninggalkan tempat itu.

Tapi saat memberikan lampu sein kanan untuk masuk ke jalur tengah, Dean melihat tangan Utomo yang hendak merangkul pundak Winarsih.

Tak tahu sudah dirasuki oleh setan apa, Dean malah menjajari pasangan kekasih itu di tepi trotoar. Seketika kakinya langsung menginjak rem.

"Hei! Ngapain kamu di luar jam segini? Ayo pulang!! Besok kamu harus kerja! Ada-ada aja pembantu zaman sekarang. Katanya sakit, sekarang malah keluyuran. Cepat masuk! Saya buru-buru," teriak Dean dari dalam mobil dengan kaca jendela yang diturunkan.

Winarsih dan Utomo sepertinya sangat terkejut mendengar teriakan Dean. Karena kedua orang itu langsung berhenti melangkah dan terdiam.

Winarsih menatap tajam ke arahnya. Meski terlihat sinis, tatapan itu membuat Dean gelisah dan debar jantungnya menjadi tak biasa.

Entah kenapa, sejak kejadian itu, Winarsih tampak semakin cantik di matanya.

To Be Continued.....

1
Suharnani
enggak"terus😂
Suharnani
nah lo😂
Suharnani
lain dari pada yg lain ini Dean
Suharnani
Awas bahaya pa de
Suharnani
Di induksi sakit mulesnya mantap
Suharnani
Dasar si Dean😂
kok malu ya😂😂
Suharnani
Cerita dokter firza ada di lapak ini kah?
apa ada di lapak lain?
adri nurhidayati
Luar biasa
Suharnani
Itu mulut. tapi bener juga sih orangnya Dean😅
Suharnani
Dan masih banyak lelaki tampan di ibu kota win
Suharnani
Andai ibu ku seperti Bu sumi
rinny
Bu Winar pancen top banget. 😄😄😄
Sheva Sheila
oh my god Ada bang Saddam.../Heart//Heart//Heart//Kiss//Kiss//Kiss/
Ada Dr Firza juga /Rose//Wilt//Rose//Wilt//Kiss//Kiss//Kiss/
Dwisur
win enten Jambi sampun dangu namung boso jowonipun Saee sanget
Dwisur
besok hari apa ya ?
Sheva Sheila
wkwkwk/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Pinter bener tuh Pakde klo ngeles..Ampe Bude winar manut aj
Ully Fadhilah
Luar biasa
Dwisur
kadang kita harus ikut hanyut
untuk bisa tau besarnya Arus sungai..
#catat dech
3sna
sekolh gimn ini
Dwisur
jakaa.. nih bidannya di sini
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!