Masa depan bisa berubah, itulah yang di alami seorang pemuda yang masih duduk di kelas 12 sma, karena menolong seorang siswi dari sekolah lain yang dia lihat di dalam mimpinya tertabrak mobil di persimpangan, dia harus di keluarkan dari sekolah dan di paksa menikahi siswi itu karena terlibat skandal.
Tapi ketika dia hidup bersama istrinya dan berada di dalam bahaya, dia mengetahui kalau kemampuan melihat masa depannya adalah sebuah sistem yang sudah menyertai dirinya sejak dia lahir. Berkat sistem itu, dia berhasil membawa istrinya melarikan diri ke ibukota.
Di sanalah dia baru mengerti asal usul dirinya juga istrinya. Dia memulai hidupnya di ibukota setelah mengetahui siapa dirinya, dia juga berniat menuntut balas kepada orang yang membuat dirinya sendirian tanpa keluarga dan yang mencelakai orang orang terdekat nya termasuk istri nya dan teman masa kecil nya. Ikuti terus kisahnya.
Genre : fiksi, fantasi, drama, sistem, komedi, tragedy.
Mohon like dan komen ya. khusus dewasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 7
Sebulan kemudian, sore hari, “klek,” Adam membuka pintu rumahnya, wajahnya nampak lesu, dia melempar map yang di pegangnya ke meja tamu, kemudian dia duduk di kursi, dia membuka dua kancing kemejanya, “tap,” Aulia turun dari atas, dia melihat Adam yang nampak kelelahan, kemudian dia mengambilkan segelas air, kemudian dia membawa gelasnya ke meja tamu dan menaruhnya di depan Adam,
“Minum dulu,” ujar Aulia.
“Oh...makasih Lia,” ujar Adam.
“Iya, gimana ? udah dapat pekerjaan ?” tanya Aulia yang duduk di sebelah Adam.
“Belum, ga ada yang mau nerima lulusan smp, kalau saja kita bisa nerusin sekolah beberapa bulan lagi sampe ujian dan lulus sma, mungkin masih lebih mudah ya,” ujar Adam sambil meminum air yang di sediakan oleh Aulia.
Aulia menunduk dan tidak menanggapi ucapan Adam, langsung saja Adam menoleh melihat Aulia yang termenung dan nampak sedih,
“Hei, jangan pasang muka kayak gitu dong, kamu kan udah janji kemarin ga mau sedih lagi,” ujar Adam tersenyum.
“Iya, sori ya Dam,” ujar Aulia memaksakan diri tersenyum.
“Trus kamu udah dapet ?” tanya Adam.
“Udah sih, di pasar, aku di suruh jaga toko, mulai besok aku masuk,” jawab Aulia.
“Syukurlah, bagus kalau begitu, besok aku akan berjuang lagi hehe,” ujar Adam dengan senyum yang getir.
Tangan Aulia naik ke arah kepala Adam, dia menyingkirkan rambut poni Adam yang menutupi separuh wajahnya, dia juga mengamati rambut Adam yang seperti jamur dan sudah mulai memanjang sehingga nampak berantakan.
“Wajah kamu ganteng loh, mau aku guntingin rambutnya, lamar kerja rambut begini susah kan ?” tanya Aulia.
“Hmm iya juga ya, kamu memang bisa ?” tanya Adam.
“Hmm enggak sih, coba coba aja hehe,” jawab Aulia.
“Ya udah, silahkan di coba, kalau gagal botakin aja hehe,” balas Adam.
Akhirnya mereka keluar dari rumah, Aulia membawa gunting dan Adam membawa kursi meja makan, langsung saja tanpa menunda lagi, “ckrik...ckrik,” tangan Aulia menari nari di kepala Adam memangkas rambutnya dan wajahnya nampak serius karena dia mau suami nya nampak tampan ketika melamar pekerjaan.
Setelah selesai dan Adam berdiri menatap Aulia agar Aulia melihat hasil nya, “klotak,” gunting yang di pegang Aulia terjatuh karena menatap wajah Adam yang nampak sangat tampan ketika rambutnya yang sebelumnya seperti jamur dan panjang separuh menutupi wajahnya di depan, sekarang cepak, pundak Adam juga terlihat menjadi lebih lebar dari sebelumnya karena rambutnya yang lebat menghilang.
“Loh kenapa, jelek ya ?” tanya Adam kaget karena melihat Aulia mematung di depannya.
“E..enggak, kamu ternyata ganteng banget ya hehe,” jawab Aulia terkesima.
“Ah, jangan suka gitu, aku biasa aja kok,” balas Adam.
“Hehe serius, kamu ganteng banget, ya udah, yuk masuk,” balas Aulia.
Keduanya kembali masuk ke dalam membawa kursi dan gunting yang terjatuh. Hari sudah mulai menjelang malam, keduanya kembali makan mi instan kemudian mereka naik ke atas, Adam mandi bergantian dengan Aulia, setelah itu keduanya kembali berbaring di ranjang dan saling membelakangi satu sama lain. Adam menatap smartphone nya yang nampak sepi tanpa ada pesan atau bunyi sama sekali selama seharian.
“Aku harus cepat dapat kerja, sudah empat hari kita berdua cuman makan mi instan, bener bener ga bagus,” ujar Adam berpikir.
Tanpa sadar dia berbalik dan terlentang menatap ke langit langit, “krr...krr...krr,” terdengar suara dengkuran halus tepat di sebelah telinganya, Adam menoleh dan melihat wajah Aulia tepat di depannya, tentu saja dia kaget namun dia mengamati wajah Aulia dengan rambut panjang yang sebagian menutupi wajahnya saat ini, tangan Adam naik untuk menyingkirkan rambut Aulia yang menutupi wajahnya.
Barulah dia menyadari kalau Aulia ternyata sangat cantik walau sedang tertidur pulas, “ngg,” Adam langsung melepaskan tangannya dan berbalik memunggungi Aulia, wajahnya menjadi merah padam dan terasa panas karena malu, tiba tiba pundaknya di sentuh,
“Ada apa Dam ?” tanya Aulia.
“Ga apa apa, udah tidur lagi aja Lia,” jawab Adam.
“Um...iya,” ujar Aulia.
Keduanya kembali terdiam, namun Adam merasa ada yang melihat dirinya di belakang, dia berbalik, ternyata Aulia belum memejamkan mata dan menatap punggungnya, dia langsung berbalik menatap Aulia,
“Maaf ya Dam, kamu jadi susah gara gara aku,” ujar Aulia.
“Sudah ku bilang kan, jangan minta maaf, kita jalani sama sama,” balas Adam sambil mengelus rambut Aulia.
“Um iya, makasih ya Dam...boleh aku peluk kamu ?” tanya Aulia.
“Ng...boleh,” jawab Adam terbata.
Akhirnya tangan Adam naik dan merangkul Aulia yang juga langsung memeluknya, walau udara terasa panas dan lembab, namun mereka tetap berpelukan dengan erat. Adam melirik Aulia yang sedang di dekap oleh nya,
“Aku harus berjuang, doakan aku ya papa, mama, kak Rian,” ujar Adam dalam hati.
******
“Jambret,”
Adam menoleh, dia melihat seorang nenek berlari mengejar motor yang melaju kencang berboncengan. Orang di belakang terlihat memegang sebuah tas, sang nenek terus berlari mengejar motor itu dan kemudian dia berhenti di depan Adam,
“Aduh bagaimana ini, duit di dalam tas itu titipan buat bayar sekolah cucu ku, tolong...siapa saja tolong hentikan mereka,” ujar sang nenek dengan lirih.
Adam menoleh memeriksa sekeliling tidak ada yang perduli dengan nenek itu, hanya seorang sekuriti yang mendekat dan membawa nenek untuk melapor ke polisi. Adam melihat motor yang semakin jauh meninggalkan pasar tanpa ada satu orang pun yang mengejar.
Dia menoleh ke atas dan melihat matahari tepat berada di atasnya, kemudian dia menatap sekeliling sekali lagi, dia berada di tengah para penjual sayur dan toko sembako di sebelah kanan. Dia melihat gentong berisi tebu di dekatnya, kemudian dia juga melihat ada kayu penyangga tenda di dekatnya. Tiba tiba “prak,” dunia terlihat seperti retak dan “prang,” dunia pecah.
******
Adam membuka matanya, dia menatap langit langit di atasnya, “krr...krr...krr,” dia melihat Aulia tidur menindih dirinya, dia merasa panas dan berkeringat deras, tangannya naik memegang punggung Aulia yang juga terasa basah karena berkeringat. Dia menoleh melihat jendela, hari masih gelap namun, “kukuruyuuk,” dia mendengar suara ayam jantan berkokok.
“Sudah pagi, tapi (melihat Aulia) aku ga mau membangunkan dia,” ujar Adam.
Akhirnya Adam berbaring, tangannya memeluk Aulia yang tidur di atas tubuhnya. 30 menit kemudian, “uhh,” Aulia melenguh, dia bergerak bergeser dan Adam mengangkat tangannya melepaskan pelukannya. Perlahan lahan Aulia menggeliat di atas tubuhnya, kemudian dia berbalik dan tengkurap di atas tubuh Adam, tentu saja Adam bisa merasakan sensasi lembut, kenyal dan hangat menyapa dadanya.
“Uhm...pagi Dam,” sapa Aulia.
“I..iya, pagi Lia,” balas Adam.
Tiba tiba mata Aulia membulat, dia langsung melompat dan berdiri sambil memeluk tubuhnya yang berkeringat, wajahnya nampak sangat kaget namun setelah itu, dia kembali duduk di sisi kasur. Adam pun langsung duduk di sisi kasur membelakangi Aulia,
“Um...ma..maaf,” ujar Aulia.
“Ga apa apa, ga perlu minta maaf, kita kan suami istri, wajar lah,” balas Adam yang menoleh ke arah lain karena wajahnya sangat merah.
“I..iya, kita suami istri ya,” ujar Aulia.
“Udah yu, sarapan dulu, abis itu keluar lagi cari kerja, ayo semangat,” ujar Adam sambil berdiri.
Adam menjulurkan tangannya kepada Aulia walau wajahnya menghadap ke arah lain, tentu saja Aulia menyambutnya walau wajahnya juga menghadap ke arah lain. Adam membantu Aulia berdiri, kemudian keduanya turun ke bawah, rasa sejuk langsung menyapa mereka di bawah, keduanya mengibaskan kaus mereka.
“Aku bau ga ?” tanya Aulia sambil mengibaskan kausnya.
“Enggak kok, aku bau ya ?” tanya Adam.
“Enggak juga, sori aku keringetan banget soalnya, di atas panas,” jawab Aulia.
“Haha sama, kita berkeringat bareng, jadi ga usah khawatir ya,” balas Adam.
“Hehe iya, aku buat mi nya dulu ya,” balas Aulia.
“Aku bantu,” balas Adam.
Keduanya berjalan ke dapur untuk membuat mi instan bersama sama, namun Adam mengingat mimpinya semalam,
“Hari ini, sekitar jam 12, di depan toko kelontong, ok,” ujar Adam dalam hati dengan wajah serius.