Akibat dari cinta satu malam, membuat Vie harus merelakan masa mudanya. Setelah dikeluarkan dari kampus, ternyata Vie juga diusir oleh ayahnya sendiri karena Vie telah mencoreng nama baik keluarga.
Lima tahun berlalu, kehidupan pahit Vie kini telah terobati dengan hadirnya sosok Arga, bocah kecil tampan yang sedang aktif berbicara meskipun kini tak tahu dimana keberadaan ayahnya.
Namun, siapa yang menyangka jika selama ini Vie bekerja di perusahaan milik keluarga kekasihnya. Hal itu baru Vie ketahui saat kekasihnya mulai mengambil alih perusahaan.
Masih adakah rasa yang tertinggal untuk sepasang kekasih di masa lalu ini? Mari kita ikuti kisahnya 😊
IG : teh_hijaau
FB : Teh Hijau
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon teh ijo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hidden Baby 32
Terima kasih sudah memberikan semangat dan dukungan buat Othor receh ini. Sebenarnya males buat lanjutkan novel ini di lapak ini, tapi ya sudahlah jalani dulu sampai mana tetap bisa bertahan. 😔😔
Jangan lupa yang punya Vote, Vote novel ini. Yang punya kembang kopi juga boleh kalian berikan untuk novel ini. Setidaknya dengan cara seperti itu, Othor bisa melupakan jika sedang down 😔😔
Selamat membaca
Merdeka, satu kata yang wajib Dirga ucapan, karena malam ini ia bisa menghabiskan waktu berdua dengan Vie tanpa perlu was-was akan sosok Arga yang meresahkan.
Dibalik selimut tebal, sepasang pengantin baru tengah terlelap usai melewati malam panjang. Malam ini Dirga berhasil membuat Vie mende.sah berkali-kali di bawah kungkungannya. Bahkan malam ini Dirga berhasil mengajarkan gaya baru yang sempat tertunda akibat ia berpuasa satu minggu lamanya.
Dering ponsel membangunkan Dirga yang masih mendekap erat tubuh Vie. Matanya masih berat untuk terbuka. Tanpa ingin mengetahui siapa yang meneleponnya, Dirga segera mengangkat panggilan telepon tersebut.
Dengan suara berat, Dirga mengucapkan kata halo. Tak disangka, suara kecil dan belum jelas sudah berceloteh menanyakan keberadaannya dan sang bunda yang tak kunjung menjemput dirinya. Siapa lagi jika bukan Arga.
"Ayah dan bunda kenapa belum menjemput Alga? Alga mau pulang sekalang." Dari seberang telepon, Arga berteriak, membuat Dirga segera menjauhkan ponsel dari telinganya.
"Ya ampun, anak ini," gerutu Dirga.
Sambil menguap, Dirga berkata, "Iya, nanti Ayah jemput ya. Ayah masih ngantuk. Bilang sama Opa suruh antar Arga ke sekolah. Oke." Tanpa menunggu jawaban dari Arga, Dirga segera mematikan sambungan teleponnya kemudian melanjutkan tidurnya.
Tepat pukul sepuluh pagi, Vie da Dirga baru keluar dari kamar. Kai yang mendapat amanat untuk membelikan pakaian segera meluncur dan tak butuh waktu lama sudah sampai di hotel tempat Dirga bermalam.
Beberapa kali Vie harus menguap menahan rasa kantuk yang menyerangnya. Semua ini karena ulah Dirga yang tak tidak merasa puas untuk lagi dan lagi.
"Bos, sebaiknya rambut istri anda jangan di ikat," bisik Kai.
Dirga menautkan alisnya. Memangnya siapa Kai hingga berani menyuruh dirinya mengatakan kepada Vie, sementara ucapan Dirga saja selalu diabaikan.
"Banyak ceritamu. Memangnya kamu siapa?" protes Dirga.
"Tapi Bos, jejak anda terlalu banyak. Apakah anda tidak kasihan dengan istri anda dengan bekas gigitan vampir liar?" bisik Kai lagi.
Seketika itu juga Dirga baru menyadari akan kesalahannya yang membuat jejak kepemilikan terlalu banyak di leher Vie. Jika Vie tau pasti dia bisa marah besar kepada dirinya.
Dirga menarik ikat rambut Vie, sehingga ikatan berambutnya terlepas. Vie menatap Dirga heran.
"Kamu apa-apa sih, Ga! Aku udah ikat malah kamu lepasin," protes Vie.
"Udah nurut aja. Mending kita pulang dulu, ya," bisik Dirga.
"Kita jemput Arga dulu baru pulang."
"Jangan dong Vie. Aku gak mau bocah itu kebanyakan nanya. Kenapa lehel bunda melah Yah. Bunda digigit ayah ya?" Dirga menirukan suara Arga. Saat itu juga Vie memegangi lehernya dan mengingat dengan jelas apa yang Dirga lakukan tadi malam.
Kai yang tertangkap sedang melihat Vie segera membuang muka asal, agar Vie tidak merasa malu, tapi terlambat sudah untuk Vie yang menyadari akan hal itu.
******
Dirga masuk ke kantor setelah jam istirahat, karena harus bolak balik seperti sopir ojol. Mengantar Vie lalu menjemput Arga di rumah orang tuanya. Arga sudah memberontak sejak tadi menginginkan segera pulang, tetapi karena Dirga mengatakan sedang tidak di rumah maka orang tuanya berusaha menenangkan Arga.
Belum sempat mesin mobil dimatikan, Arga sudah berlari menuju mobil ayahnya yang memasuki halaman rumahnya besar milik orang tuanya.
"Ayah …." teriak Arga.
Dirga segera turun dan langsung membawa Arga ke dalam pelukannya.
Arga segera berceloteh, mengadukan apa saja yang ia lakukan bersama Oma dan opanya yang tidak bisa diajak bermain. Arga tak diizinkan main keluar rumah, membuatnya merasa bosan saat harus dikurung di rumah besar ini.
"Bunda mana, Yah?" tanya Dirga.
"Bunda di rumah, Sayang."
"Ayo kita pulang sekarang. Oma jahat. Alga gak boleh main di luar," adu Alga.
Mama Anggi menggelengkan kepala untuk membela diri. "Bukan gak boleh, Ga. Mama takut Arga kenapa-napa di luar. Lagian lasak banget sih anakmu, gak mau diam," protes mama Anggi.
Arga harus mengerucutkan bibirnya saat ayahnya masih singgah ke dalam untuk membawa masakan yang dimasak oleh mamanya. Ia tahu Vie pasti melanjutkan tidurnya lagi.
"Kamu ngerampok makanan, Ga?" Ayahnya heran saat Dirga telah membawa hampir separuh menu makan siang orang tuanya.
"Kali aja Vie malas masak nanti, Pa."
"Memang istri kamu kenapa? Jangan bilang kamu hajar sampai pagi, mentang-mentang Arga kalian titipkan di sini."
"Ah, papa tau aja. Udah ah, Dirga pulang dulu."
Sampai di rumah Arga segera memanggil bundanya, tapi tak ada sahutan. Tapi ayahnya sempat mengatakan bahwa bundanya sedang beristirahat karena kelelahan dan tak boleh diganggu.
Arga yang patuh pun tak berani untuk membangunkan bundanya. Ia tidak ingin mengganggu tidur siangnya sang bunda.
"Arga gak papa kan kalau ayah tinggal ke kantor sekarang? Nanti kalau bunda bangun, suruh dia makan ya," pesan Dirga.
"Iya, Yah. Alga kan udah besal. Pasti Alga belani di lumah jagain bunda."
"Bagus, Arga anak pemberani. Ayah berangkat sekarang ya?"
Arga hanya mengangguk lalu naik ke atas ranjang. Ia juga tiduran di samping Vie. Mata elang Arga menyapu wajah damai milik bundanya. Mata yang begitu tajam kini berpusat pada beberapa corak merah di leher bundanya.
"Bunda kenapa ya?" gumam Arga, sambil menyentuh corak tersebut.
"Apakah bunda digigit vampil, atau di gigit ayah?" gumamnya lagi
🌹☕ Bersambung ☕🌹
Tolong kasih tau jika ada typo ya 😊