NovelToon NovelToon
Transisi

Transisi

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Ida Riani

cerita tentang perubahan para remaja

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ida Riani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

29

Hingga tidak terasa mereka sudah berjalan begitu jauh dan sampailah mereka didepan rumah.

Ditempat lain, Doni bersama zidan tengah berada dilapangkan basket dekat rumah mereka.

Doni sangat antusias bermain sendiri dan berkali-kali berhasil memasukkan bola dalam ring tanpa ada rintangan sementara zidan terlihat tidak bersemangat untuk bermain.

"Kenapa?, Kamu tidak mau main lagi?" Tanya Doni sambil melempar bola ke arah zidan

"Tidak, ayo lanjutkan" ucap zidan tidak bersemangat.

"Hei, mau kemana?" Tanya zidan saat melihat sahabatnya pergi meninggalkannya.

"Kenapa?" Tanyanya lagi setelah Doni duduk dibangku yang ada dipinggir lapangan.

"Kamu yang kenapa?, ini tidak seperti ibumu yang datang mencarimu, kenapa kamu terlihat begitu kesal?" Tanya doni sambil meneguk air mineral yang dibawanya.

"Kamu juga tidak akan mengerti jika aku memberitahumu" ucap zidan duduk di sampingnya.

"Benar, aku juga tidak akan mengerti, Rangga sungguh hebat, tak perduli seberapa dia tidak ingin untuk mengetahuinya, dia tetaplah ibunya, bagaimanapun azizah adalah adik kandungnya, bukankah itu agak terlalu kejam?" Ucap Doni asal.

"Jika kamu tidak mengerti, maka jangan bicara sembarangan" bentak zidan sambil mendorong doni membuatnya hampir saja jatuh tersungkur.

"Iya, aku memang tidak tahu kebenarannya, tapi, kenapa kamu mendorongku?" Tanya doni.

"Aku beritahu kamu, keluarga kami terdiri dari lima orang ditambah satu nenek yaitu nenek kiki, sisanya adalah orang luar" ucap zidan menjelaskan.

"Kalau begitu, kenapa kamu masih mau mencari ibumu, sudah jelas dia adalah orang luar?" ucap doni meminta penjelasan.

Zidan terlihat bingung mendengar pertanyaan sahabatnya.

"Aku mencarinya karena aku ingin, bertanya kenapa dia tega meninggalkanku, lalu meminta padanya mengembalikan uang yang ia pinjam dari ayahku" jawab zidan.

"Lalu bagaimana jika ibumu bilang kalau dulu sedang dalam kesusahan" ucap doni bertanya.

"Jika ibumu dalam kesulitan maka, yang harus dilakukan adalah meninggalkanmu" jawab zidan.

"Tapi, bagaimana jika ibumu dijalan sedang memungut sampah" ucap doni.

"Ibumu lah yang dijalanan, yang memunguti sampah" ucap zidan dengan meninggikan nada bicaranya lalu beranjak berdiri dengan perasaan penuh emosi

"Bukan begitu maksudku, sudahlah tenang, aku akan menemanimu menjemput adikmu, kita bisa makan ketela rebus setelahnya" ajak doni.

"Pergilah sendiri" ucap zidan, kemudian mengambil tas ransel miliknya dan meletakkan di pundaknya, kemudian berbalik arah dan seketika terdiam, saat melihat seorang wanita yang sedang berjalan dengan begitu cepat, zidan kemudian berjari mengejar orang tersebut untuk memastikan bahwa ia sangat mengenalnya.

"Pergilah sendiri" ucap zidan, kemudian mengambil tas ransel miliknya dan meletakkan di pundaknya, kemudian berbalik arah dan seketika terdiam, matanya tertuju pada sosok wanita yang tengah berjalan, sepintas jika dilihat dari arah belakang, wanita itu mirip dengan ibunya, zidan kemudian berlari mengejar orang tersebut untuk memastikan bahwa ia benar ibunya.

Saat zidan tengah berlari ia teringat akan sosok wanita muda, yang selalu bersamanya, memberinya kasih sayang, melindunginya, selalu ada diwaktu masih kecil, selalu mengantar dan menjemput sekolah, selalu mengajaknya bermain, wanita yang selalu ceria dan penuh canda tawa bersamanya.

Namun seketika bayangan itu hilang saat zidan berhasil mengejar wanita itu dan menatapnya dengan penuh kekecewaan.

"Zidan apa kamu mengenalnya?" Tanya doni dengan nafas tersengal karena ikut berlari mengejar zidan.

"Maaf, sudah menghalangi perjalananmu, dari belakang, aku pikir, aku mengenalmu, sekali lagi aku minta maaf" ucap zidan

"Bikin kaget saja" ucap wanita itu kemudian melangkah pergi.

"Kamu pikir dia siapa?" Tanya doni heran.

"Yang jelas wanita itu seperti.... Maksudku, dia seperti...." Jawab zidan menggantung.

"Kamu membuatku takut saja, apa kamu pikir dia seperti ibumu" sahut doni menebak.

Zidan nampak kebingungan, ia kemudian menggaruk kepalanya yang terasa tidak gatal lalu melangkah pergi meninggalkan doni seorang diri.

"Sudahlah aku mau pulang" ucapnya.

"Ya, ditinggal" sahut doni.

Ditempat lain, rangga dan jihan terlihat gelisah karena sudah melewatkan beberapa bus, mereka menunggu zidan yang belum belum terlihat batang hidungnya.

"Dia datang" ucap rangga saat melihat zidan berlari menghampiri sambil memainkan bola yang dipegangnya.

"Kebiasaan deh, sering lupa waktu kalau sedang bermain basket" tegur jihan.

"Maaf, tadi aku bertemu Mia dan ibunya, ibunya baru saja datang menjemput, jadi aku pergi setelah mereka pergi" ucap zidan tanpa beban.

"Bus nya datang, ayo naik, kita sudah melewatkan dua bus tadi" ajak jihan.

Setelah bus berhenti mereka kemudian bergantian naik dan mencari tempat duduk seperti biasanya.

"Jihan jangan lupa bayar" perintah rangga memberikan kartu akses naik kendaraan umum secara elektronik.

"Iya" jawab jihan kemudian menempelkan satu persatu kartu tersebut dan ikut duduk di antara kedua kakaknya.

Bus kemudian melaju dengan perlahan mengantar penumpang di pemberhentian bus yang dituju.

Di dalam sebuah mobil dalam perjalanan pulang mia tengah fokus mengulang pelajaran dari sekolah, sementara bu cici fokus menyetir.

"Bagaimana kamu bisa mengenal murid kelas tiga?" Tanya bu cici membuka obrolan diantara mereka.

"Itu kakaknya jihan" jawab mia.

"Bukankah kamu bilang, namanya zidan!, apakah dia sepupu?" Tanyanya.

"Tidak, ibunya zidan hampir menikah dengan ayahnya jihan, lalu..." Jawab Mia terhenti.

"Bagaimanapun juga, dia adalah kakaknya jihan, itu saja yang aku tahu" lanjutnya menjelaskan.

"Jika kamu berteman dengannya, kenapa kamu masih berteman dengan jihan?" Tanya bu cici penasaran.

"Aku ini ketua kelas, jadi, tugasku adalah mengetahui, mengetahui setiap orang dalam satu kelas" jawab mia polos.

"Mia, ini adalah waktu yang singkat untukmu, belajar adalah hal utama bagimu, jangan membuang waktu untuk hal-hal seperti ini" ucap bu cici serius.

"Ibu ini bicara apa, aku tidak mengerti?" Tanya mia penasaran.

"Ibu sudah mengalami semuanya, setelah kamu kuliah, ibu tidak akan peduli lagi" ucap bu cici tegas.

"Bukankah ibu selalu ingin aku berteman dengan siswa yang berprestasi?, Kakaknya jihan yang satunya lagi adalah salah satu dari sepuluh siswa terbaik di kelasnya, dia selalu mendapat peringkat pertama, dia pasti akan bisa masuk ke universitas terbaik di Kediri?" sahut mia bangga.

"Benarkah" jawab bu cici sambil menoleh ke arah putrinya.

"Benar bu, aku tidak berbohong mengenai hal ini!" ucap mia meyakinkan ibunya.

"Ibu, perhatikan jalanya" pinta gadis itu.

"Astaga, hampir saja" sahut bu cici kembali fokus menyetir.

Bu cici kemudian melajukan mobilnya dengan perlahan, sementara mia kembali belajar berhasa Inggris.

Sementara itu di warung lian, lian tengah mencuci beberapa sayuran, seperti kecambah, sawi, wortel, kentang, Kemudian meracik bumbu halus, seperti bawang, bawang putih, cabai merah, cabai rawit, dan rempah lainnya, lian membuat dua bumbu halus, yang pertama bumbu halus untuk olahan daging ayam sedikit pedas, dan yang kedua bumbu halus untuk sup sayuran, langkah pertama yang dilakukan, menumis bumbu halus pedas, sampai tercium aroma harum, kemudian ia memasukkan daging ayam yang sudah diiris dadu sebelumnya, daging ayam dimasak sampai layu, kemudian menambahkan kecap asin, kecap manis, garam, kaldu jamur dan sedikit tambahan bumbu penyedap.

1
Idar
Selamat Membaca
Idar
Selamat Membaca.
Idar
Selamat Membaca.
Ditunggu komentarnya.
Idar
Selamat Membaca.
Idar
Selamat Membaca
Idar
Selamat Membaca /Good/
Idar
Selamat Membaca
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!