Alvia Alianza, wanita yang sudah menjalani kehidupan rumah tangga selama satu tahun. Ia menikah dengan Bintang Askara. Pemuda tampan yang membuat para wanita selalu mengejarnya.
Namun pernikahannya bukanlah pernikahan yang di idamkan oleh setiap wanita.
Karena pernikahannya hanyalah sebuah tameng untuk menutupi hubungan Bintang dan kekasihnya.
Bintang telah membayarnya untuk menikah dengannya selama satu setengah tahun ke depan. Karena orang tuanya tidak menyetujui hubungannya dengan kekasihnya.
Bagaimana kisah kehidupan Via selanjutnya? ikuti terus ceritanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rima Andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 25
Bintang segera melepaskan ciumannya pada bibir Via. Mengusap lembut bibir basah Via akibat ulahnya. Bintang pun memeluk Via dengan begitu hangat.
Via terpaku pada perlakuan dan ciuman Bintang. Jantungnya berdetak tak beraturan. Suaminya sudah melambungkannya dengan begitu tinggi. Via semakin yakin bahwa Bintang akan dapat melupakan cintanya pada Alesha.
"Diamlah, ada Mama," bisik Bintang lembut di telinga Via.
Seketika ekspetasi Via yang begitu tinggi terjun bebas dari ketinggian. Ternyata Bintang bersikap seperti itu karena untuk menyempurnakan aktingnya saja. Lalu kenapa suaminya harus menciumnya lagi dan lagi. Bodohnya Via selalu terbawa arus saat suaminya menciumnya dengan begitu lembut.
Bintang segera melepaskan pelukannya ketika melihat kedua orang tuanya pergi dari sana. Bintang tahu bahwa kedua orang tuanya belum yakin Bintang benar-benar mencintai Via.
Di tatapnya wajah Via yang menunduk di depannya. Via tampak begitu muram.
"Kau kenapa Vi?"
Via mendongak dan menatap Bintang tajam. "Kalau yang Kau lakukan barusan hanyalah akting, kenapa harus mencium ku segala. Kau sudah merugikan ku," ketusnya. Bibir Via mengerucut.
"Kau rugi? Dimana letak Aku sudah merugikan mu Vi? Bukankah Kau juga menikmati ciuman ku hum? Kau mau lagi?" Bintang tersenyum menggoda.
"Dasar mesum...!" Via langsung berlari meninggalkan Bintang. Wajahnya sudah sangat merah seperti tomat.
Sementara Bintang hanya tersenyum simpul menatap punggung Via yang mulai menghilang.
Ponselnya bergetar tanda pesan masuk. Bintang meraih benda pipih tersebut dari sakunya. Nama Alesha tertera di sana.
Senyum Bintang kembali tersungging. Kekasih yang sudah beberapa Minggu terakhir tak dapat ia hubungi akhirnya menghubunginya.
Bintang segera menarik tombol hijau.
"Sayang, Besok Aku akan pulang." Suara dalam panggilan tersebut terdengar begitu senang.
Namun Bintang hanya diam. Ia masih merasa kesal karena Alesha tidak bisa di hubungi beberapa Minggu terakhir. Mendengar Alesha yang mengatakan akan pulang, membuat Bintang senang. Akhirnya ia akan bertemu dengan kekasihnya lagi. Ada sesuatu yang ingin Bintang pastikan yaitu, hatinya.
Untuk beberapa saat Bintang masih terdiam.
"Sayang, kenapa Kau tidak menjawab ku? Kau di sana kan? Halo, sayang!!" Alesha terus memanggil nama Bintang.
"Hemm." Suara Bintang mulai menginterupsi. "Katakan Aku harus menjemputmu jam berapa?" ucap Bintang dingin.
Alesha dapat mengenali suara Bintang yang marah. Ia tahu Bintang marah kepadanya.
"Sayang, apa Kau marah padaku? Oke, Aku salah karena tidak menghubungi mu beberapa Minggu belakangan. Kau tahu kan Aku sangat sibuk, sayang. Dan Aku sungguh tidak sempat untuk memegang ponsel ku." Alesha mencoba untuk berkilah.
"Apa begitu susah untuk mengirimkan satu pesan kepada ku Al. Sebenarnya mana menurut mu yang lebih penting? Aku, atau pekerjaan mu itu?"
"Sayang, tentu saja Kau yang paling penting dalam hidup ku. Tapi Kau tahu kan, bahwa menjadi seorang model adalah...."
"Aku tidak ingin berdebat. Kita bicarakan ini nanti. Aku sedang berada di rumah Mama dan Papa." Bintang memotong ucapan Alesha. Lalu iapun segera mematikan panggilan tersebut.
Kini suasana hati Bintang menjadi begitu berantakan. Dan penyebabnya adalah Alesha. Kenapa kekasihnya itu lebih mementingkan pekerjaannya? Dan Bintang paling tidak suka bila di nomor duakan.
***
Kini mereka dalam perjalanan pulang ke rumah. Bintang tiba-tiba saja mengajak Via untuk pulang lebih dulu.
Via terus saja memperhatikan wajah Bintang yang nampak begitu dingin sejak tadi. Dalam hati Via terus berpikir apakah dirinya melakukan sebuah kesalahan, sehingga Bintang terlihat begitu dingin. Bahkan tak satu kata pun terucap di antara keduanya.
Sesekali Via melirik kearah Bintang yang nampak fokus menyetir mobil. Semua menjadi terasa begitu canggung.
Via berpikir keras. Bagaimana caranya ia bisa membuat suaminya bersuara lagi. Beberapa saat lalu, Bintang begitu hangat dan terus menggodanya. Namun sekarang tiba-tiba menjadi diam seribu bahasa. Mungkinkah di sampingnya itu sebenarnya bukanlah Bintang suaminya? Jangan-jangan ada alien yang turun ke bumi dan menyamar sebagai Bintang?
Via terus saja berpikir tentang hal-hal konyol dalam otaknya. Via memikirkan judul mengenai suaminya yang tiba-tiba saja terdiam.
"Suamiku adalah alien. Ah tidak-tidak, mana mungkin? Itu terlalu ngaco." Via menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia kembali berpikir dalam otaknya.
"Azab suami yang sering menggoda istri." Via menjadi geli sendiri dengan apa yang ia pikirkan. Hingga Via pun harus menahan tawanya mengenai hal-hal yang ia pikirkan tentang suaminya.
***