Dibiarkan, tidak dihiraukan, dimakzulkan. Hal itulah yang terjadi dalam kehidupan Keira yang seharusnya Ratu di kerajaan Galespire.
Dan setelah menjalani setengah hidupnya di penjara bawah tanah. Keira akhirnya menghadapi maut di depan matanya. Tubuh dan pikirannya tak sanggup lagi menanggung kesedihan. Membuat tubuh renta dan lemahnya menyerah.
Sebelum menghembuskan napas terakhir, Keira berjanji. Kalau bisa menjalani kehidupannya sekali lagi, dia tidak akan pernah mengabdikan diri untuk siapapun lagi. Apalagi untuk suaminya, Raja yang sama sekali tidak pernah mempedulikan dan menyentuhnya. Yang selalu menyiksanya dengan kesepian dan pengkhianatan. Dia akan menjadi Ratu yang menikmati hidup.
Setelah meninggal, Keira membuka mata. Ternyata dia kembali ke saat malam pernikahannya. Dia mengubah air mata yang menetes menjadi senyum. Dan mulai merencanakan kehidupan bahagianya. Menjadi seorang Ratu yang disukai banyak pria. Sehingga dia tidak akan pernah kesepian lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
William melihat Mary terus tertawa, menikmati semua pertunjukan yang disuguhkan oleh pemimpin wilayah Migesta. Semua penari yang ada di depan mereka memang memiliki kemampuan dan tampilan yang baik.
Lalu mata William menangkap ekspresi janggal di wajah Ratu. Seakan wanita asing itu sedang melihat mangsa baru. William menarik garis lurus pada pandangan Ratu dan sampai ke seorang penari dengan badan paling besar dan tinggi.
"Apa-apaan wanita itu?"
"Apa Raja?" tanya Mary merasa diajak bicara.
"Tidak. Pertunjukan api itu menakjubkan" kata William berusaha mengalihkan masalah. Untung saja dia tidak memperkenalkan wanita itu sebagai Ratu saat bertemu pemimpin Migesta. Atau dia akan dibuat malu akan kelakuan Ratu yang ... begitu memuakkan.
Pesta penyambutan bersamaan dengan jamuan makan berakhir dengan menyenangkan. Masing-masing orang telah kembali ke ruangan masing-masing. Tak terkecuali Mary. Hanya William yang tetap berada di dekat ruangan perjamuan dengan Malone. Membicarakan masalah pembunuhan Lord Tua beserta keluarganya.
"Pelayan yang bertugas membuat makanan tidak tahu tentang racun. Saya ragu mereka yang merencanakan semua ini, hanya saja ..." lapor Malone yang sengaja tertinggal di Rimegate sampai beberapa menit lalu.
William melihat Malone ragu melaporkan kelanjutan penyelidikannya.
"Katakan!"
"Ada seseorang dengan pakaian berbeda masuk ke dalam ruangan penuh makanan sebelum diantar ke ruang tahanan"
"Maksudmu?"
"Ada pelayan dengan pakaian berbeda masuk ke dalam ruangan makanan. Berarti orang itu bukan dari Rimegate"
"Pelayan istana?" tanya William segera menangkap maksud dari Malone.
"Benar, Raja"
William tersenyum sinis. Jadi, ada seseorang yang menginginkan kematiannya di istana? Siapa? Siapa yang berani ingin membunuhnya dengan cara licik seperti ini?
"Temukan dia!" perintah William.
"Baik Raja"
Malone membungkuk, memberi hormat lalu pergi lagi ke Rimegate. Mencari bukti atau petunjuk yang bisa digunakan untuk menangkap penjahat yang ingin membunuh Raja.
Sedangkan William pergi ke ruangannya. Dan terkejut dengan apa yang dilihatnya.
"Apa?"
"Bagaimana Raja? Apa saya sudah mirip dengan penari Migesta?" tanya Mary yang menggunakan pakaian penari Migesta. Terlihat begitu meriah dan tidak cocok untuk Mary yang polos.
"Aku lebih suka kau yang biasa"
"Apa? Jadi menurut Raja, Mary tidak cocok memakai semua ini?"
William maju dan berusaha menenangkan wanita yang dicintainya.
"Kau sangat cantik. Tapi semua aksesoris yang banyak ini menenggelamkan kecantikan mu. Kau memang diciptakan cantik walau tanpa semua aksesoris murahan itu" jelas William membuat Mary tersenyum dan memeluknya.
"Benarkah? Saya akan membuang semua aksesoris ini dan berubah polos untuk Anda" kata Mary lalu pergi ke kursi. Memerintahkan pelayannya untuk melepas semua aksesoris yang ada di rambut dan tubuhnya.
Sayangnya, pelayan itu sangat bodoh. Membuat semua aksesoris itu semakin sulit untuk dilepaskan. William melihat pelayan itu berjuang keras dan berubah sia-sia. Penampilan Mary semakin berantakan dari sebelumnya.
"Aku akan membantumu" kata William maju tapi langkahnya ditahan oleh teriakan Mary.
"Raja!! Sebaiknya Anda pergi sebentar. Biarkan saya menangani ini dan kembali menjadi seperti biasanya"
Daripada menambah keruh masalah, William memilih keluar dari ruangannya dan mencoba menghirup udara kering Migesta.
Tak pernah dia sangka akan melihat seorang wanita yang berjalan dengan suara gemericik yang merdu. Wanita itu tampak begitu cantik dengan semua aksesoris dan baju khas Migesta.
"Ratu" katanya mengetahui siapa wanita itu.
Tak lama, wanita itu berlari ke sebuah arah. William mengikuti arah yang dituju oleh Ratu dan menemukan Simon Woods dan Rupert Wickham. Menggunakan pakaian yang senada dengan Ratu dan pelayannya.
Menaiki sebuah kereta kuda terbuka dan pergi begitu saja. Apa yang mereka lakukan? Kemana wanita itu pergi?
Segera William memerintahkan prajurit membawa kuda miliknya. Kemudian melesat mengejar kereta Ratu. Sampai ke pusat kota yang ramai dan meriah.
Karena semua orang menggunakan pakaian khas Migesta, William memilih menggunakan jubahnya dengan penutup kepala. Menyembunyikan identitasnya sebagai Raja Galespire. Mencari Ratu yang menghilang setelah turun dari kereta.
Berkat keberuntungannya, William akhirnya menemukan Ratu. Sedang menari dengan banyak orang di tengah jalan kota Migesta. Wajahnya penuh dengan kegembiraan yang tidak pernah William lihat sebelumnya.
Kemudian muncul Simon dan Rupert yang memberikan minuman pada Ratu.
"Apa mereka ingin mati?" katanya ingin sekali menghukum dua pria bodoh yang memberikan minuman sembarangan itu. Tapi William menahan diri dan hanya melihat dari tempat yang tersembunyi oleh bayangan.
Ratu semakin gembira saat minuman mulai mengambil alih tubuh. Membuat wanita itu tidak menyadari bahwa Simon mendekat. Dengan berani, Simon mendekati Ratu. Membuat tubuh mereka menempel erat. Dan tangan Simon ... Meraba bebas perut Ratu yang terbuka.
Perlahan William menghunus pedangnya dan siap untuk memotong tangan Simon ketika Rupert maju dan memegang bahu Simon. Seakan memberi peringatan pada delegasi Galespire kurang ajar itu bahwa apa yang dilakukannya telah melewati batas.
Simon hanya tersenyum dan menjaga jarak aman dengan Ratu. Tidak berpindah tempat atau menjauh.
"Sialan" kata William cukup keras.
"Apa katamu?"
Tidak William kira, umpatannya didengar oleh pria lain. Yang juga berada dalam pengaruh minuman keras. Terpaksa William pergi dari tempat itu dengan meletakkan kepercayaan pada Rupert, anak penasehat yang menghabiskan seumur hidup di istana.
Namun William tidak beranjak dari tempatnya sampai akhirnya wanita itu kembali. Berjalan dengan lunglai tanpa kehadiran pelayannya. Ratu melihatnya, tapi mengira William adalah salah satu prajurit Migesta. Dan ... Menciumnya.
"Kau pikir siapa aku?" tanyanya tidak mendapatkan tanggapan. Hanya sebuah senyum manis yang terjuntai di wajah Ratu.
William menarik Ratu mendekat, membuat ciuman mereka menjadi liar dan tak terbendung lagi. Lalu mereka melanjutkannya di dalam kamar.
Berbeda dengan Mary, semua aksesoris Ratu begitu mudah dilepaskan. Hanya sekejap saja, William menindih tubuh Ratu yang polos. Melanjutkan apa yang ingin dia lakukan di hari kedua di gua.
"Ahh" desah Ratu membuat gairah William memuncak. Dia tidak lagi berpikir dan menikmati apa yang seharusnya dia dapatkan dari wanita miliknya.
Dan saat peluh berganti kepuasan, Ratu menjatuhkan kepala di dadanya. William tersenyum dan memeluk wanitanya hingga matahari datang menyapa.
William membuka mata saat Ratu melakukan hal yang sama. Mereka saling bertatapan sampai wanita itu memilih untuk mendorong dirinya sendiri menjauh.
"Kenapa Anda melakukan ini? Kenapa?" tanya Ratu lalu turun dari ranjang dan mencari sesuatu untuk menutupi tubuhnya.
"Apa maksudmu?" tanya William tidak mengerti. Mereka baru saja menjalani malam yang penuh gairah tapi Ratu tampak menyesal.
"Anda tidak menyukai saya. Anda bahkan tidak memperkenalkan saya sebagai Ratu, lalu apa yang ... . Bukankah seharusnya Anda melakukan semua ini dengan wanita yang ada di ruangan Raja?"
William maju, mendorong wanita itu ke dinding dan menekannya dengan keras.
"Aku hanya menikmati tubuhmu. Yang kau tawarkan sendiri semalam kepadaku."
"Hanya menikmati tubuh saya?" tanya wanita itu seperti mencari sesuatu dari dalam diri William. Sebuah pengakuan. Tapi dia tidak akan membuat wanita itu senang.
"Kau hanyalah sebuah tubuh bagiku. Tidak lebih dari itu!" katanya lalu melepaskan Ratu. Memakai semua pakaiannya dan pergi dari ruangan Ratu. Lalu berdiri di ujung lorong, memikirkan bagaimana wanita itu akan menerima semua ucapannya.
"Persetan!!" umpatnya lalu kembali melangkah pergi.