Hari itu adalah hari yang cerah tapi mendung, dengan matahari yang bersinar di antara awan. Pagi itu embun dingin panas menempel di daun-daun hijau. Hani dari kejauhan melepaskan kepergian saudara laki-lakinya ke tempat peristirahatan terakhir.
Hani dianggap gadis pembawa sial oleh keluarganya. Pria yang dekat dengan Hani, akan mati. Sepupu dan Kakak kandungnya adalah korbannya.
Apakah Hani adalah gadis pembawa sial?
Mengapa setiap pria yang dekat dengannya selalu saja dekat dengan kematian?
Ikuti jalan ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 Cinta Tapi Menyiksa
Dokter Arash memandangi ponselnya. Nampak sangat jelas saat ini Hani sedang menghubunginya. Dokter Arash dengan cepat mengambil ponselnya yang ada di lantai, tapi sayang teleponnya terputus. Dokter Arash menatap ke ruangan operasi.
"Hani? Siapa Hani?" tanya Risa.
"Seorang teman," jawab Arash pucat.
"Teman apa teman?" goda Risa.
"Hmmm, Dokter Arash, terima kasih banyak untuk hari ini. Jika Dokter ada kesibukan lain, silakan," kata Valdi.
"Oh iya, Risa, Valdi, aku harus ke kota B. Permisi,"
"Sampai jumpa," Risa melambaikan tangannya.
Valdi mengirim pesan singkat kepada Fadil.
Valdi : Kerja bagus.
Fadil : Maaf Bos. Nomornya tidak bisa dihubungi. Berkali-kali saya telpon di luar jangkauan.
Valdi terdiam. Lagi-lagi dia salah paham kepada Dokter Arash. Apakah nama orang yang baru saja menelpon Dokter Arash kebetulan sama dengan Hani? Siapa Hani yang baru saja menghubungi Dokter Arash? Valdi kembali duduk diam. Risa dengan setia menemani Valdi di depan ruangan operasi.
Dokter Arash jauh meninggalkan ruang operasi. Dokter Arash yakin yang barusan nelpon bukanlah Hani.
Dokter Arash mengetik pesan.
Arash : Siapa kamu?
Hani : Hani.
Arash : Jangan bohong.
Hani : Jangan ganggu Hani lagi. Pergilah ke alam baka.
Arash : Siapa kamu?
Hani : Malaikat maut, sampai jumpa di akhirat.
Arash hampir saja membanting ponselnya. Arash duduk di kursi tunggu yang ada di luar rumah sakit. Arash gelisah, dia ketahuan. Selama ini diam-diam Arash menyukai Hani yang pertama kali ditemuinya di pinggir jalan.
Arash mengingat pertemuan pertama mereka.
Hari Minggu Arash pergi ke taman kota. Arash melihat seorang gadis meloncat masuk ke dalam sungai. Saat itu Hani sedang menolong seekor kucing yang hampir saja tenggelam. Hani menceburkan diri ke dalam sungai ketika melihat seekor kucing yang sengaja dilempar ke dalam sungai. Orang itu marah karena si kucing mencuri ikannya.
Arash yang merasa kasihan melihat Hani yang basah kuyup, memberikan satu stel baju ganti yang ada di dalam mobilnya. Baju yang rencananya diberikan Arash kepada temannya. Entah kenapa sejak hari itu Arash sangat menyukai Hani. Diam-diam, ketika Hani berganti baju di dalam mobil Arash, Arash mengambil ponsel Hani yang kebetulan ranselnya berada di luar mobilnya. Arash menyimpan kontak Hani.
Hani berterima kasih kepada Arash atas bantuannya mengeluarkan Hani dari sungai dan pemberian bajunya. Mereka tidak saling berkenalan. Hani berpamitan sembari membawa kucing yang baru saja diselamatkannya.
Setiap hari Arash melacak keberadaan Hani dari ponselnya. Sepulang dari kerja Arash selalu menyempatkan diri melihat Hani dari kejauhan. Arash diam-diam memotret Hani. Isi kamarnya dipenuhi dengan foto-foto Hani. Arash cemburu melihat Hani dekat dengan dua pria yang selalu saja disisinya.
Arash semakin gila satu hari saja tidak melihat Hani. Hani seakan candu baginya. Perasaan suka berubah menjadi cinta. Cinta yang sama sekali tidak pernah Hani ketahui. Cinta yang tidak pernah Arash ungkapan. Cinta diam-diam yang menyesakkan dada. Cinta bertepuk sebelah tangan. Cinta sendirian.
Dalam bidang akademik Arash tidak perlu diragukan. Tapi dalam bidang percintaan, Arash masih baru. Arash begitu sombong, menganggap semua wanita akan bertekuk lutut kepadanya. karena dia seorang Dokter berpenghasilan tinggi dan kaya. Memang dalam kehidupan nyata, banyak yang mengejar cinta Arash, tapi tidak satu pun dari mereka yang Arash suka.
Entah mengapa setelah melihat Hani, Arash langsung suka. Lama-lama menjadi cinta. Tapi lama kelamaan cinta Arash berubah menjadi benci. Benci karena Hani begitu mudahnya akrab dengan pria lain. Sampai-sampai Arash berpikir untuk memberikan hukuman kepada Hani. karena Hani hanya milik Arash seorang.
Sore itu Arash melihat Hani keluar dari rumahnya bersama dengan seorang pria yang lebih tua dari Hani. Mereka sangat akrab, tertawa bersama. Arash mengikuti mereka. Mereka berhenti di minimarket.
Arash membayar seorang pria mabuk untuk menabrak Hani. Ya sasaran Arash adalah Hani. Ketika Hani keluar dari minimarket, pria mabuk itu hendak menabrakkan mobilnya ke arah Hani, tapi Eky berhasil mendorong jauh Hani. Eky terpental, tubuhnya berguling-guling di aspal. Dan pria mabuk itu kembali melindas tubuh Eky sampai Eky kehilangan nyawa.
Tidak sampai di situ, Arash sangat terobsesi kepada Hani. Arash berniat untuk menculik Hani. Arash berpura-pura menanyakan alamat kepada Hani di saat Hani sedang berada di luar pagar rumahnya. Ketika Hani lengah, Arash menutup wajah Hani dengan saputangan yang sudah diberikan obat bius. Hani pingsan tidak sadarkan diri. Arash dengan cepat mengangkat tubuh Hani.
Usaha Arash sia-sia karena Dani berhasil mengejarnya dan merebut kembali Hani. Sempat terjadi tarik-menarik antara Arash dan Dani. Dani menarik Hani. Dani sempat melayangkan tendangan keras ke perut Arash. Arash marah dan menikam jantung Dani dengan sebuah belati.
Arash menulis di sebuah kertas 'Hani Gadis Pembawa Sial' dan kertas itu dikalungkan Arash di leher Hani. Kemudian Arash melempar batu ke kaca rumah Hani. Dari situlah keluarga Hani mulai percaya bahwa Hani adalah pembawa sial. Arash tertawa riang ketika mengetahui Hani diusir keluarganya.
...----------------...
Arash mengepalkan tangannya. Seandainya saja Valdi tidak ada, Hani akan mati di tangannya. Arash marah melihat Hani rela mengorbankan nyawanya demi pria yang baru saja ditemuinya.
"Gawat, ponsel Hani ditemukan seseorang. Orang itu pasti akan melaporkan ku. Pekerjaan ku terancam. Hani, nikmati sisa harimu. Aku akan kembali,"
Arash memasukkan ponselnya ke dalam jaket. Arash melangkahkan kakinya keluar dari rumah sakit. Arash berdiri di pinggir jalan sambil menunggu taxi lewat. Arash memperhatikan billboard di seberang jalan. Billboard yang akan diturunkan oleh beberapa orang. Dalam hati Arash bertanya, bagaimana rasanya kejatuhan billboard. Arash tersenyum sendiri.
Tiba-tiba saja awan hitam berkumpul. Langit gelap berkelabu. Angin bertiup kencang. Terdengar suara riuh gemuruh. Titik-titik bening dari langit mulai berjatuhan. Petir menyambar tiang billboard. Para pekerja billboard menghentikan pekerjaan mereka. Mereka memilih menyelamatkan diri.
JGEEEER!
Kembali petir menyambar tiang billboard. Billboard yang tadinya berdiri kokoh perlahan mulai merunduk. Semua orang berlarian mencari tempat yang aman. Arash memilih kembali ke rumah sakit. Arash ikut berlari seperti orang-orang.
Angin semakin kencang, hujan semakin lebat. Terdengar suara pecahan kaca dari gedung seberang jalan. Semua orang menjerit ketakutan. Para pengendara motor banyak menepikan motor mereka karena tidak sanggup menahan kuatnya tiupan angin.
Salah satu pohon besar yang ada di pinggir jalan jadi amukan angin. Ranting-rantingnya berterbangan tak tentu arah mengikuti kemana angin melemparnya.
Dan kali ini nampak lah putaran angin melewati billboard yang tiangnya patah. Billboard itu berputar-putar dalam pusaran angin. Dengan entengnya billboard yang berat itu menari di dalam pusaran angin. Angin itu murka dan melemparkannya tepat ke arah Arash yang berlari.
BRAAAAKK!
AAGGGGHHH!
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...