NovelToon NovelToon
BALAS DENDAM SI BUNGSU

BALAS DENDAM SI BUNGSU

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Balas Dendam / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Teen School/College / TKP / Trauma masa lalu
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: cerryblosoom

Satu demi satu kematian terjadi di sekolah.

Jika di waktu biasa, orang tua mereka akan langsung menuntut balas. Tapi bahkan sebelum mereka cukup berduka, perusahaan mereka telah hancur. Seluruh keluarga dipenjara.

Mantan anak yang di bully mengatakan, "Jelas ini adalah karma yang Tuhan berikan, atas perbuatan jahat yang mereka lakukan."

Siswa lainnya yang juga pelaku pembully ketakutan, khawatir mereka menjadi yang selanjutnya. Untuk pertama kalinya selama seratus tahun, sekolah elit Nusantara, terjadi keributan.

Ketua Dewan Kedisiplinan sekaligus putra pemilik yayasan, Evan Theon Rodiargo, diam-diam menyelidiki masalah ini.

Semua kebetulan mengarahkan pada siswi baru di sekolah mereka. Tapi, sebelum Evan menemukan bukti. Seseorang lebih dulu mengambil tindakan.

PERINGATAN MENGANDUNG ADEGAN KEKERASAN!!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cerryblosoom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 35 ADA UDANG DIBALIK BATU

"Dengarkan aku, nyonya tidak akan berbuat salah, pada murid tuan. Jadi, ayo kamu ikut aku."

Aria mengangguk, dia pun mengikuti, sejak awal tujuannya untuk ini, jadi bagaimana mungkin dia tak akan ikut. Penolakan awalnya hanyalah kepura-puraan belaka. Agar tidak ada yang curiga akan niatnya.

Rumah kepala sekolah memang dekat dengan sekolahan. Meski begitu dibutuhkan 30 menit untuk berjalan kaki. Dan 5-10 menit menggunakan kendaraan beroda empat atau dua.

Saat ini di kediaman kepala sekolah.

Aria baru saja tiba, dia keluar dari dalam mobil. Matanya langsung menangkap nyonya rumah yang datang menyambutnya.

"Lihat, nyonya sangat baik, dia langsung keluar untuk menyambutmu," bisik Meera di samping.

"Hmm, baik?? Atau ada maksud lain," batin Aria sinis.

Tapi dia tak menunjukkan di ekspresinya. Mimik wajahnya masih seperti anak polos yang tidak tahu apa-apa. Saat itu Meera di sebelahnya kembali bicara. Kali ini dengan suara keras.

"Nyonya lihat siapa yang aku bawa," seru Meera bersemangat.

"Untuk apa kamu berteriak keras-keras. Aku juga melihatnya," tegur Helena dengan senyuman. "Apa dia anak yang sudah membantuku, Meera?"

"Ya, nyonya. Namanya Aria," balas Meera memperkenalkan. Di dalam mobil keduanya memang sempat saling berkenalan.

Helena maju selangkah, medekati Aria tapi tidak terlalu dekat, dia lalu berkata, "Aria, ya, terima kasih. Tante benar-benar sangat berterima kasih. Entah bagaimana jika kamu tidak ada saat itu. Tidak ada yang bisa kuandalkan diantara asistenku."

"Ihh, nyonya."

Helena melirik dengan raut bercanda, "Itu benar kan. Apa jadinya jika tidak ada Aria saat itu," dia lalu kembali menatap Aria, dan berkata, "Aria sangat membantuku. Jadi aku harus berterima kasih dengan baik."

"Nyonya pasti yang paling royal."

Helena hanya tersenyum, tak menolak ataupun menyetujui.

Aria menyaksikan dari samping bagaimana tuan dan bawahan saling berakting.

"Tidak perlu repot, nyonya. Aku hanya kebetulan lewat," kata Aria.

"Tidak bisa begitu. Meera bagaimana kamu menjelaskan tadi?" tanya Helena curiga.

Meera menggeleng dan berkedip-kedip, dia memberi isyarat dengan mulutnya, "Anak ini pasti basa-basi."

Melihat itu Helena tersenyum mengerti, "Yang jelas Tante akan memberimu hadiah. Kamu harus menerimanya."

Tiba-tiba seorang pelayan keluar dari dalam rumah. Dia mendekati Helena, lalu berbisik, "Semuanya sudah siap, nyonya."

"Baiklah," jawab Helena mengangguk.

"Ayo Aria kita masuk, Tante sudah menyiapkan cemilan, kita bisa menikmatinya, sambil mengobrol nanti."

Aria mengangguk, mengikuti dengan patuh.

...----------------...

"Silahkan dimakan, gadis-gadis biasanya suka makanan manis kan," kata Helena dengan senyum ramah.

Aria hanya mengangguk kecil, dia mengambil cupcake yang terlihat paling polos. Dengan semua mata yang tertuju padanya. Dia mulai makan dengan perlahan.

Helena tersenyum puas, matanya melirik pada pelayannya, mengisyaratkan mereka untuk pergi.

Kini hanya tinggal dia dan Aria, berdua saja.

"Bagaimana rasanya?" tanya Helena memulai basa-basi.

"Enak," jawab Aria singkat.

"Sudah kuduga kamu pasti akan menyukainya. Aku meminta kepala pelayan untuk memilihkan dessert terbaik...."

Aria hanya menatap menunggu tujuan sebenarnya dari semua ini.

"Ngomong-ngomong obat yang kamu berikan hari itu sangat efektif. Aku sudah tidak merasakan sakit. Bahkan dokter saja heran bagaimana bisa ada obat seperti itu," Helena memperhatikan ekspresi gadis di depannya.

Aria masih tenang seperti biasa, dia berkata, "Bagus, jika itu bisa membantu."

"Ya-ya, itu memang sangat bagus sekali. Tapi Tante penasaran satu hal, Meera berkata kamu tidak membeli obatnya di apotik, dia berkata kamu mengambil tanaman liar dan menumbuk nya sendiri, apa benar begitu?"

"Benar."

Helena berusaha menahan emosinya, bukan itu jawaban yang diinginkannya. Dia butuh Aria bicara lebih banyak. Tapi gadis ini menjawab dengan sangat singkat.

"Jadi benar, hey, Tante hampir tidak percaya saat mendengarnya. Ternyata ada tanaman yang sangat berkhasiat hanya dengan menumbuk nya saja. Bukankah jika diolah lebih baik itu akan menjadi obat yang luar biasa."

Aria berkedip, sekarang dia mengerti maksudnya. Helena menginginkan resep obatnya. Entah untuk apa dia menginginkannya, Aria tidak tahu.

"Itu hanya tanaman biasa yang biasa digunakan masyarakat dulu," kata Aria.

"Tanaman biasa?" tanya Helena curiga. Tidak mungkin rasanya jika itu hanya tanaman biasa. Apalagi masih digunakan oleh orang jaman dulu. Bukankah obat sehebat ini sudah meluas. Tapi rasanya dia tak pernah mendengarnya.

Aria mengangguk, "Orang jaman dulu biasa menggunakannya untuk memar. Karena mereka tidak memiliki uang untuk ke dokter. Aku hanya mencampurkan beberapa hal untuk memperkuat efeknya. Tidak kusangka akan membuat salep yang sangat bagus."

Mendengar hal itu mata Helena seketika berbinar. Itulah yang dia harapkan. Resep salep berkhasiat. Yang bisa efeknya dengan cepat terlihat. Obatnya akan sangat mahal jika dijual.

"Apa resepnya?" tanya Helena langsung.

"Itu," Aria pura-pura ragu untuk mengatakannya. Matanya melihat dengan kecurigaan.

Helena menepuk keningnya, dia tanpa sadar mengungkapkannya langsung. Buru-buru dia segera menjelaskan.

"Jangan salah paham. Begini ada orang tua di keluarga Tante yang baru saja jatuh. Tante sangat menyayangi nya. Jadi Aria, bisakah kamu memberitahu Tante apa resep salep itu."

"Emm, obat itu adalah warisan keluargaku," Aria kembali memasang ekspresi ragu-ragu, "Tapi, ayah mengajarkan untuk membantu orang lain."

Helena menjadi bersemangat, tapi kali ini dia mengendalikan dirinya dengan baik, dia berkata, "Ya, ayahmu mengatakan hal yang benar. Jangan khawatir, Tante akan menyimpan resep ini baik-baik. Tidak akan ada yang mengetahuinya. Ini hanya untuk orang tua di keluarga Tante."

"Lalu kenapa jika aku bohong, meski aku akan menjualnya nanti, anak ini tidak akan tahu itu adalah obatnya. Apa yang bisa diketahui siswa seperti ini. Aku hanya tinggal mencari tahu keluarga di belakangnya. Jika tidak ada masalah, semuanya akan lebih gampang. Jika perlu aku tinggal mengeluarkan sedikit uang. Selama aku menjual obat ini keluar negeri. Mereka tidak akan tahu keuntungan sebenarnya," batin Helena.

Helena sama sekali tidak tahu, setiap ekspresinya ditangkap oleh Aria.

"Kalau begitu aku akan beritahu resepnya," ucap Aria.

Helena mengangguk cepat, "Aku akan mengambilkan kertas dan pulpennya untuk kamu menulis."

"Tidak perlu, aku memilikinya disini," tolak Aria. Dia langsung mengeluarkan buku kosong di tasnya. Dia merobek satu lembar kertasnya.

Dengan cepat dia menuliskan nama tanaman, serta cara membuatnya. Semuanya sangat rinci dan jelas. Dia bahkan menambahkan ciri tanaman dan tanaman lain yang terlihat mirip.  Tulisannya hampir memenuhi seluruh kertas hingga di baliknya.

Saat Aria selesai menulis, Helena buru-buru mengambil kertasnya. Dia memegang nya seperti memegang harta karun. Jika saja pandangan bisa membakar. Tatapannya yang berapi-api itu. Pasti akan membakar kertasnya.

Aria membiarkannya, hanya menatapnya dalam diam.

Helena melihat tulisannya, walaupun tidak mengerti nama tanaman disana, dia yakin gadis ini tidak akan berbohong. Tulisan sepanjang ini dan dalam waktu yang singkat. Bagaimana mungkin seseorang bisa mempersiapkannya. Sudah jelas ini adalah resep yang nyata. Dia melihat Aria dengan gembira.

"Tante akan simpan resep ini, terima kasih, Aria," ucapnya tulus.

"Sama-sama. Tante harus segera memberikannya pada orang tua Tante. Agar cepat sembuh," balas Aria.

"Tentu saja, aku pasti akan segera memberikannya," setelah semua tujuannya selesai, Helena merasa tidak perlu meladeni gadis kecil di depannya lagi, dia lalu berkata, "Emm, ada hal yang harus Tante lakukan. Kamu nikmati saja makanan disini. Tante akan tinggal dulu sebentar. Tidak apa-apa kan."

"Tidak apa," jawab Aria seadanya.

"Kamu memang anak baik. Kalau begitu Tante tinggal dulu. Kamu bisa tinggal disini selama yang kamu mau. Panggil Meera jika kamu butuh apa-apa."

Aria hanya mengangguk untuk mengiyakan.

Helena sudah tidak tahan berbasa-basi. Dia langsung pergi dari tempat itu. Dia harus segera menyerahkan resep ini pada para ahli untuk di cek.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!