Sebuah kecelakaan merenggut pengelihatannya. Dia merupakan dokter berbakat yang memiliki kecerdasan tinggi, tampan dan ramah menjadi pemarah.
Beberapa perawat yang dipekerjakan selalu menyerah setiap satu pekan bekerja.
Gistara, gadis yang baru lulus dari akademi keperawatan melamar, dengan gaji tinggi yang ditawarkan dia begitu bersemangat. Hampir menyerah karena tempramen si dokter, namun Gista maju terus pantang mundur.
" Pergi, adanya kamu nggak akan buatku bisa melihat lagi!"
" Haah, ya ya ya terserah saja. Yang penting saya kerja dapet gaji. Jadi terserah Anda mau bilang apa."
Bagaimna sabarnya Gista menghadapi pasien pertamanya ini?
Apakah si dokter akan bisa kembali melihat?
Lalu, sebenarnya teka-teki apa dibalik kecelakaan yang dialami si dokter?
Baca yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dokter dan Perawat 16
" Sorry Lex, meskipun lo bilang kek gitu ke gue, gue masih belum sepenuhnya percaya sama lo. Tapi gue sungguh berharap bahwa lo memang bukan dalang dibalik kecelakaan gue."
Haneul tersenyum kecil, dalam hati terdalamnya memang nama Alex sudah tidak jadi salah satu kandidat, namun dia tetap harus hati-hati.
Jilka benar kata Alex bahwa semua kamera pengawas tidak ada satu pun yang merekam sosok itu, maka dia sepakat bahwa orang yang melakukan adalah orang yang cerdik dan penuh perhitungan.
Akan tetapi ada sebuah ungkapan ' sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan terjatuh jua, ' serapi mungkin orang menyimpan bangkai, pasti baunya akan tercium juga', Haneul yakin pasti ada celah dibalik sempurnanya rencana itu.
Tok tok tok
Pintu ruangan Haneul diketuk. Ia merasa bahwa ini bukan kunjungan bagi dokter atau pun jam makan untuknya. Dan ia juga yakin bahwa itu bukan keluarganya, karena jika yang datang keluarga atau orang terdekat, mereka pasti akan menerobos masuk tanpa mengetuk pintu lebih dulu.
" Siapa? masuk!"
Tap tap tap
" Halo Dokter Han, apa kabar?"
" Dokter Sintia? Aah ya, kamu nggak perlu memanggilku Dokter karena saat ini aku tidak lagi menjadi dokter. Kamu bahkan lihat sendiri kan aku hanya pasien yang sedang terbaring lemah nggak berdaya."
Gluph!
Sintia menelan saliva nya dengan kasar. Rupanya hingga saat ini pun Han sama sekali tidak mau membuka diri untuknya. Rasa sedih menggelayuti hati Sintia. Wanita itu, sudah sejak lama ingin bisa dekat dengan Haneul, tapi Han yang terkenal ramah akan menjadi dingin kepada sesiapa saja yang mendekatinya karena memiliki maksud tersembunyi.
Dulu Han bisa berbicara dengan nyaman dengan Sintia. Namun saat mengetahui bahwa Sintia mengharapkan hubungan yang lebih, Han pun berubah menjadi dingin. Pria itu pun hanya bicara ala kadarnya kepada Sintia.
" Han, kenapa sih kamu selalu dingin sama aku?"
" Kayaknya aku nggak perlu jelasin kan Sin, kamu udah tahu apa alasannya. Inget, aku paling nggak suka orang penuh dengan kepura-puraan."
" Han, apa sih yang nggak kamu suka dari aku? Aku harus kayak gimana lagi buat kamu suka sama aku."
" Kamu nggak perlu ngelakuin apapun, karena mau kamu kayak gimana pun aku nggak akan suka sama kamu. Sin, kamu harusnya tahu bahwa urusan hati nggak bisa dipaksakan. Dan aku nggak suka sama cara kamu menebar rumor murahan tentang kita. Asal kamu tahu, kamu sama sekali bukan tipe ku."
Doeeeeng
Kalimat terakhir Han mungkin memang jahat dan menyakiti hati, tapi dia memang harus tegas. Dia memang tidak menyukai Sintia, dan Han sudah menolaknya dengan secara baik.
Akan tetapi Sintia malah semakin menjadi. Sintia mengabarkan bahwa dirinya sudah menjalin hubungan khusus dengan Han. Meskipun tidak secara gamblang, tapi isyarat dan kode dibuat Sintia hingga orang-orang beranggapan demikian.
Namun kabar itu semua terpatahkan ketika Han mengalami kecelakaan. Sintia tidak sekalipun mengunjungi Han, tentu saja semua itu karena Han yang melarang. Maka dari itu Sintia amat sangat kesal melihat Alex yang datang ke sana lebih dulu.
" Kamu bener-bener ya Han, apa kamu tahu apa yang kamu alami sekarang ini karma buruk atas perlakuanmu pada ku."
" Buahahahah, kamu lucu Sintia. Apa yang terjadi padaku tidak ada hubungannya sama sekali tentang penolakan ku. Semua sudah jadi takdir Allah, dan aku sadar akan hal itu. Kalau kamu udah selesai, sebaiknya segera keluar dari ruanganku. Aku butuh tidur, aah iya Sintia aku lupa tanya. Apa kamu masih mau sama aku yang buta ini, ku rasa nggak deh."
Meskipun Haneul tidak bisa melihat ekspresi wajah Sitia, tapi melihat gerakan Sintia yang membalikkan badan sambil menghentakkan kaki, ia tahu bahwa wanita itu sangat kesal.
Cekleek
Tap tap tap
" Haah siapa lagi?"
" S-saya Dokter Han. Saya Eida."
" Aah Eida, masuk Ei. Gimana kabarmu."
Hiks
Suara isak tangis tiba-tiba memenuhi ruang rawat Ham, Eida yang merupakan asisten Han sekaligus residen senior di departemen bedah menangis tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Tentu saja hal itu membuat Han kebingungan.
Dua wanita yang datang ke ruangannya ini sungguh sangat bertolak belakang. Sintia yang menggebu-gebu, dan Eida yang sangat melankolis.
" Ei, udah jangan nangis gitu. Nanti dikiranya orang kamu aku apa-apain lagi. Heh dasar anak ini masih aja cengeng nggak jelas. Eida, kamu tuh dokter bersikaplah lebih berani. Jangan selalu melibatkan perasaanmu begitu."
" Hiks, ma-maaf Dok. Saya kan nggak tega lihat Dokter Han begini. Beneran sayan nggak nyangka Dokter dalam situasi yang seperti ini. Kami Departemen Bedah sangat kehilangan Dokter Han."
Mendengar ucapan Eida membuat Han tersenyum lebar. Ia merasa senang karena masih ada yang mengingatnya. Namun entah mengapa Han tetap masih terus berhati-hati. Bukannya dia tidak percaya pada orang-orang yang berada di departemennya, hanya saja saat ini semua bisa saja menjadi tersangka.
" Haah, aku seneng kalian masih ingat aku. Ku pikir kalian akan seneng kalau aku nggak lagi di sana. Secara kan kalian merasa tertindas dan kesulitan kalau ada aku. Kalian jarang istirahat kan?"
" Eeeh nggak ya Dok, kami beneran kehilangan Dokter Han. Aah berasa kayak nggak ada nahkodanya, kayak hilang arah gitu. Apalagi Dokter nggak mau dijenguk. Nah ini nih Dok, anak-anak nanya, kalau Dokter udah pulang, kita boleh jenguk nggak?"
Eida tampak hati-hati dalam meminta izin untuk menjenguk. Rumor yang mengatakan bahwa Han menjadi sangat tempramental tentu saja membuatnya sedikit takut. Pasalnya ia juga tahu bagaimana Han kalau sedang marah.
Maka dari itu, dia sangat gugup. Dia takut tapi bagaimanapun amanat dari teman-teman sedepartemennya harus ia sampaikan.
" Ya, kalian boleh datang ke rumah. Tapi ingat, nggak usah sok-sokaan bawa buah tangan. Kalian tahu kan kalau aku nggak suka yang seperti itu."
" Siap baik Dok, saya akan sampaikan ke mereka. Uuugh, anak-anak pasti seneng banget deh Dok. Nah kalau gitu saya permisi Dok. Selamat istirahat."
Eida tersenyum, ia lalu pamit undur diri. Pasalnya Eida pun mencuri waktu istirahatnya untung datang mengunjungi Han. Ya dia sedikit nekat, padahal beberapa rekan berkata bahwa bisa jadi dia akan ditolak mentah-mentah.
Tapi Eida mengacuhkan hal tersebut. Dia sudah lama menjadi asisten Han, dan bagi Eida, Han adalah seorang guru yang luar biasa.
" Haah Dokter Han, dari dulu memang nggak berubah. Beliau tidak pernah suka kalau diberi gift. Saat ada pasien kelas VVVIP mau ngasih gift aja ditolak. Sungguh sangat berbeda bukan sama aku hehehe. Ah kalau temen-temen ku kasih tahu bahwa kita boleh nengok. pasti mereka seneng. Jadi ayo kembali ke departemen dan ngasih tahu mereka."
TBC
Lanjuut