NovelToon NovelToon
About Rain And You

About Rain And You

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Duda
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ika Putri

Hujan deras di tengah malam menyatukan langkah dua orang asing, Dasha dan Gavin di bawah payung yang sama. Keduanya terjebak di sebuah kafe kecil, berbagi cerita yang tak pernah mereka bayangkan akan mengubah hidup masing-masing.

Namun hubungan mereka diuji ketika masa lalu Gavin yang kelam kembali menghantui, dan rahasia besar yang disimpan Dasha mulai terkuak. Saat kepercayaan mulai retak, keduanya harus memilih menghadapi kenyataan bersama atau menyerah pada luka lama yang terus menghantui.

Mampukah Dasha dan Gavin melawan badai yang mengancam hubungan mereka? Ataukah hujan hanya akan menjadi saksi bisu sebuah perpisahan?

Sebuah kisah penuh emosi, pengorbanan, dan perjuangan cinta di tengah derasnya hujan. Jangan lewatkan perjalanan mereka yang menggetarkan hati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ika Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

Akhir pekan itu, Bu Laras dan Pak Arman bersiap-siap untuk menuju Little Garden tempat yang mereka harap akan memberi jawaban atas rasa penasaran dan kerinduan yang sudah lama mengganjal hati Bu Laras. Meskipun suasana hati mereka campur aduk antara harapan dan kecemasan, mereka memutuskan untuk berangkat pagi-pagi, sebelum banyak pengunjung yang datang.

"Pak, doakan ya, semoga hari ini kita mendapat petunjuk lebih jelas," ujar Bu Laras sambil memeriksa tasnya, memastikan membawa foto lama Alesha.

Pak Arman hanya mengangguk, namun raut wajahnya juga mencerminkan keraguan. "Kita cuma bisa berusaha, Bu. Semua yang terjadi adalah takdir. Tapi kalau memang benar, kita akan siap."

Di sisi lain, Dasha dan Gavin memutuskan untuk menghabiskan hari dengan lebih santai di rumah. Dasha, yang sedang hamil, merasa tubuhnya sangat lelah setelah seminggu penuh dengan kegiatan.

"Aku nggak mau keluar hari ini, Vin. Rasanya capek banget," kata Dasha, meraih bantal dan bersandar di sofa.

Gavin tersenyum, meski sedikit kecewa. "Kalau gitu, kita di rumah aja. Aku bisa atur beberapa hal di sini. Nathan juga lagi asyik main di taman sama temannya."

Dasha mengangguk sambil tersenyum lembut. "Syukurlah dia senang main dengan teman-temannya. Aku juga ingin istirahat, biar energi bisa kembali."

Sementara itu, Nathan yang sedang bermain bola dengan teman-temannya di taman komplek, tampak ceria. Suaranya yang riang terdengar jelas dari kejauhan, sementara Gavin dan Dasha menikmati ketenangan rumah mereka. Nathan berlari ke sana kemari, sesekali tertawa lepas saat temannya berhasil melewatinya dengan bola.

"Eh, liat tuh, Nathan larinya cepet banget ya!" kata salah satu temannya. Nathan tertawa dan mengangkat kedua tangannya. "Gue bisa lari lebih cepat!"

Sedangkan di luar rumah, Bu Laras dan Pak Arman tiba di Little Garden. Mereka duduk di meja yang dekat dengan jendela, berharap bisa bertemu dengan pasangan muda yang mereka cari. Suasana di restoran itu hangat dan nyaman, dengan pencahayaan lembut yang memberi kesan tenang.

"Jadi, kita tunggu saja di sini, ya? Kalau mereka datang, kita bisa berbicara sedikit," ujar Pak Arman dengan suara rendah.

"Semoga hari ini ada jawaban, Pah," jawab Bu Laras dengan nada yang penuh harap.

Mereka menunggu dengan sabar, sementara waktu berlalu. Namun, tidak ada tanda-tanda pasangan muda itu datang. Bu Laras sedikit cemas, namun dia mencoba menenangkan diri. "Mungkin mereka datang nanti," gumamnya.

Tak jauh dari mereka, Dasha dan Gavin memilih untuk beristirahat di rumah, memberi ruang bagi kebersamaan keluarga yang semakin terasa berarti. Namun, dalam takdir yang tak terduga, mungkin saja pertemuan yang mereka tunggu itu sudah dekat, atau bahkan sudah berjalan tanpa mereka sadari.

.

.

.

.

.

Sesampainya di rumah, Pak Arman dan Bu Laras merasa lelah, meskipun kecewa dengan hasil pertemuan tadi. Mereka telah berharap begitu banyak, namun tak ada jawaban yang mereka temui. Ketika memasuki rumah, suasana hangat menyambut mereka. Dua anak laki-laki mereka, Arief dan Dito, beserta istri mereka dan dua cucu kecil mereka sedang berkumpul di ruang tamu. Kehadiran keluarga yang begitu akrab dan penuh tawa seketika mencerahkan hati Bu Laras dan Pak Arman.

"Papah, Mah! Kalian sudah pulang?" Rendy yang pertama kali melihat mereka segera berdiri dan menyambut kedua orang tuanya. Dito, yang sedang bermain dengan anak – anak juga menghampiri. Semua wajah ceria itu seakan menjadi obat bagi hati mereka yang sedang penuh dengan kekhawatiran.

"Selamat datang mah pah" ujar Dito dengan senyum lebar. "Lagi pada ngapain nih? Manda sama mbk Fani baru saja masak bareng, mau coba?"

Pak Arman tersenyum lelah, namun senang melihat keluarga lengkapnya. "Terima kasih, kami baru saja pulang dari luar" jawab Pak Arman sambil duduk di kursi dekat meja makan.

Bu Laras yang masih tampak sedikit murung, namun merasa tenang dengan kehadiran anak-anak dan cucu-cucunya, mulai mengalihkan perhatiannya. "Kami tadi pergi ke Little Garden. Tapi, sayangnya, kami nggak bertemu siapa-siapa yang kami cari," ungkap Bu Laras dengan nada lesu. "Sebenarnya, kemarin Mamah ketemu sama perempuan muda, wajahnya sangat mirip dengan Alesha. Tapi... ya... kami nggak bisa bertanya lebih lanjut."

Rendy yang duduk di samping ibunya, menatapnya dengan prihatin. "Maksudnya, kalian merasa dia mirip dengan Alesha, kan? Tapi nggak ada jawaban apa pun?" tanyanya dengan lembut.

"Benar Rendy" jawab Bu Laras, mencoba menahan air mata yang hampir keluar lagi. "Mungkin hanya perasaan aku saja. Tapi ada sesuatu dalam hatiku yang bilang kalau itu dia."

Pak Arman menambahkan, "Kami berharap bisa mendapatkan jawaban, tapi tampaknya hari ini bukan waktunya. Semua yang terjadi pasti ada alasan. Kami cuma bisa berusaha dan berdoa."

Dito yang mendengar cerita itu merasa ikut terharu. "Kadang kita memang nggak bisa mengatur semuanya mah. Tapi mungkin ada jalan lain yang menunggu. Jangan terlalu sedih, ya."

Melihat keluarga yang penuh kasih ini, Bu Laras merasa sedikit tenang. Mereka mungkin tidak menemukan apa yang mereka harapkan hari itu, namun dukungan dari anak-anak dan cucu-cucu mereka memberi kekuatan baru. Bu Laras menarik napas dalam-dalam dan memaksakan senyum.

Bu Laras sambil merangkul Rendy dan Dito. "Mungkin kita memang belum menemui jawaban hari ini, tapi harapan itu masih ada. Aku percaya Tuhan akan memberi petunjuk pada waktunya."

Setelah makan bersama, suasana semakin hangat. Cucu-cucu mereka berlarian dengan ceria di sekitar rumah, mengisi ruang dengan tawa dan kebahagiaan. Meski hati Bu Laras masih dipenuhi harapan dan kerinduan, kehadiran keluarga membuatnya merasa lebih kuat untuk menghadapi hari-hari yang akan datang. Mungkin pertemuan itu hanya satu bagian dari perjalanan panjang mereka, dan tak ada yang bisa dipaksakan. Tetapi, Bu Laras tahu, selama dia masih memiliki keluarganya, dia akan terus berusaha mencari kebenaran.

Rendy, yang mendengar cerita ibunya dengan penuh perhatian, merasa ada sesuatu yang tak bisa ia abaikan. Sebagai anak sulung, ia merasa memiliki tanggung jawab untuk membantu orang tuanya, terutama ibunya, yang masih terjebak dalam kerinduan terhadap putri mereka dan juga adiknya yang hilang bertahun-tahun lalu. Setelah mendengar bahwa perempuan yang ditemui ibunya bernama Dasha dan suaminya bernama Gavin yang disebut-sebut sebagai pemilik mall tempat mereka bertemu Rendy memutuskan untuk mencari tahu lebih banyak lewat anak buahnya Rendy merupakan seorang pengusaha jadi dia juga bisa dengan mudah mendapatkan informasi tersebut dari orang suruhannya.

Pagi berikutnya, setelah sarapan bersama keluarga, Rendy menyelinap ke ruang kerjanya di rumah. Ia membuka laptop dan mulai mencari informasi tentang Gavin dan Dasha, serta koneksi mereka dengan mall yang disebutkan ibunya. Beberapa kali ia melakukan pencarian di internet, akhirnya ia menemukan profil Gavin yang memang tercatat sebagai salah satu pemilik dari Sapphire Mall, sebuah pusat perbelanjaan yang cukup terkenal di kota mereka.

"Jadi, mereka memang pemilik mall itu," gumam Rendy, sambil mencatat beberapa informasi penting di notepad virtualnya. Ia merasa menemukan titik terang, namun masih belum cukup untuk memastikan semuanya. Rendy tahu, untuk menggali lebih dalam, ia harus bertindak hati-hati.

Rendy pun menghubungi beberapa kenalan yang bekerja di Sapphire Mall dan meminta bantuan untuk mengumpulkan informasi lebih lanjut tentang Gavin dan Dasha. Tidak butuh waktu lama, seorang teman Rendy yang bekerja di bagian keamanan mall memberitahunya bahwa mereka berdua memang pasangan muda yang sangat terhormat di lingkungan mereka. Namun, ia tidak mengetahui banyak tentang kehidupan pribadi mereka.

Beberapa hari kemudian, setelah mempersiapkan segalanya, Rendy memutuskan untuk menemui Gavin secara langsung. Ia tahu ini bukan hal yang mudah, dan bisa saja dianggap sebagai pengintaian yang tidak sopan. Namun, pikirnya, jika ini bisa memberikan jawaban bagi ibunya, ia harus berani.

Pagi hari ini Rendy pergi ke kantor Gavin dengan tujuan yang jelas untuk bertemu dengan Gavin.

Setibanya di sana, Rendy langsung menuju kantor manajemen, berharap bisa bertemu dengan Gavin secara langsung. Setelah beberapa saat menunggu, seorang staf memanggilnya, "Pak Rendy, Gavin baru saja datang, dia ada di ruang kerja. Saya akan memberitahukan dia kalau Anda ingin bertemu."

"Terima kasih," jawab Rendy, berusaha menenangkan diri.

Tak lama setelah itu, seorang pria berbadan tegap dan tampak ramah keluar dari ruang kerjanya. Gavin mengenali Rendy, karena mereka pernah berkenalan di beberapa acara sosial.

"Rendy, kan? Ada yang bisa saya bantu?" tanya Gavin dengan wajah datarnya “

"Terima kasih sudah meluangkan waktu, Gavin," kata Rendy, mengulurkan tangan untuk berjabat. "Sebenarnya, saya ingin berbicara tentang seseorang yang saya rasa mungkin kamu kenal."

Gavin mengernyitkan dahi, namun tetap tersenyum. "Tentu, siapa yang kamu maksud?"

Rendy mendalam, mengamati setiap kata yang keluar. "Ibu saya, Bu Laras. Beberapa waktu lalu, dia bertemu dengan seorang perempuan muda yang tampaknya sangat mirip dengan adik saya, Alesha. Ibu saya merasa sangat yakin. Kami hanya ingin tahu, apakah kamu tahu siapa perempuan itu?"

Gavin tampak terkejut mendengar nama itu. "Alesha? Beberapa hari lalu memang saya dan istri saya bertemu dengan seorang ibu – ibu di mall namun saya tidak tahu."

Rendy merasa sedikit lega mendengar respons Gavin yang tampak tulus. "Kami hanya ingin tahu apakah ada kemungkinan yang lebih dari kebetulan Gavin, sebetulnya ibu saya merasa bahwa istri kamu Dasha merupakan putri bungsu nya yang hilang 15 tahun lalu.”

Gavin berpikir sejenak, lalu mengangguk “ Saya paham maksud anda Pak Rendy beberapa waktu lalu saya mendapatkan informasi bahwa ada seseorang menunggu saya dan istri saya di Mall, namun secara kebetulan saya dan istri saya tidak berkunjung kesana karena ada hal lain.”

“Dan jika anda ingin mencari tahu informasi tentang istri saya anda bisa melihat informasi detailnya di Panti Asuhan Kasih Ibu pak, disana lah istri saya tinggal sampek lulus SMA. Saya rasa percakapan sudah cukup pak karena saya tidak akan memberikan infomasi lebih kepada orang asing.” Dan setelah itu Rendy pergi dari kantor Gavin karena dia tahu jika Gavin bukan lah orang yang mudah memberikan informasi tentang keluarganya.

Setelah percakapan itu, Rendy merasa sedikit lebih tenang. Ia tahu ini bukan akhir dari pencariannya, tapi setidaknya Gavin bersedia membantu. Ia segera pulang dan memberi tahu orang tuanya, terutama ibunya, bahwa mereka masih mencari lebih banyak informasi. Meskipun jawaban yang mereka cari masih jauh, Rendy merasa yakin bahwa jalan menuju kebenaran mulai terbuka.

1
Jihan Hwang
hai aku mampir...masih nyimak, mampir juga yuk dikarya ku/Smile/
polarbear
Terimakasih sudah membaca novel saya semoga suka ya temen-temen 😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!