Ailen kaget setengah mati saat menyadari tengah berbaring di ranjang bersama seorang pria asing. Dan yang lebih mengejutkan lagi, tubuh mereka tidak mengenakan PAKAIAN! Whaatt?? Apa yang terjadi? Bukankah semalam dia sedang berpesta bersama teman-temannya? Dan ... siapakah laki-laki ini? Kenapa mereka berdua bisa terjebak di atas ranjang yang sama? Oh God, ini petaka!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
~ 32
Julian menarik napas dalam-dalam setelah menerima telepon dari Tuan Rego. Dia lalu melirik spion samping, datar.
"Mengapa wanita dan cinta begitu merepotkan?" Julian ingin heran, tapi tak ada kesempatan untuk berlarut dalam keheranan tersebut. "Sudah menemukan pasangan yang begitu sempurna, malah berkhianat dengan siluman buruk rupa yang jelas tak sepadan dengan Tuan Derren. Sekarang disaat Tuan Derren berpaling dan menemukan wanita lain, dia malah menggila dan menjual air mata seolah menjadi yang paling tersakiti. Aku jadi penasaran akan seperti apa reaksi Nyonya Zenaya jika tahu kalau calon menantu yang begitu dibanggakan sering tidur dengan pria lain."
Setelah menemui beberapa orang yang biasa menangani pernikahan, Julian bergegas pergi ke rumah sakit guna menjemput dokter Juria. Tepat ketika baru tiba di rumah sakit, dia malah menerima laporan yang membuat suasana hatinya menjadi buruk. Kini Julian hanya bisa berharap semoga dokter Juria tidak membuat masalah yang bisa memantik emosinya.
"Dokter Juria, aku bersumpah akan mematahkan kakimu jika berani membuatku kesal. Huh!"
Hatchiii
Juria yang sedang menunggu pesan balasan dari Ailen, tiba-tiba bersin. Dia lalu mengerutkan kening, teringat dengan ucapan kedua orangtuanya.
(Ayah dan Ibu bilang jika kita bersin tiba-tiba, itu ada seseorang yang sedang memikirkan kita sambil menahan kesal. Siapa ya? Jadi penasaran)
"Duhh Ailen, kau itu sebenarnya pergi ke mana sih. Kenapa tidak membalas pesanku atau menelpon balik. Tahu tidak, aku dan dokter Fredy kelimpungan mencarimu ke sana kemari," gerutu Juria antara panik dan juga kesal. Tidak biasanya sahabatnya itu menghilang tanpa kabar. Ini adalah yang pertama kali.
Sreettt
"Eh, apa-apaan ini!" pekik Juria kaget saat seseorang menarik tangannya dari samping. Segera dia melakukan serangan-serangan balik dengan menghantamkan ponsel ke kepalannya.
Tap
Dengan gerakan yang sangat cepat, Julian berhasil menangkis serangan dokter Juria. Dia lalu menghempaskan tangannya dengan kuat lalu menatapnya dingin. "Hanya sebatas ini kemampuanmu menghadapiku?"
"Kau!"
Napas Juria seketika menderu begitu melihat siapa pelaku yang berani menyentuhnya tanpa ijin. Sambil mengelap tangan yang tadi disentuh oleh Julian, dia mengomel.
"Dasar tidak punya sopan santun. Apa kau tidak pernah diajari bagaimana cara bersikap pada wanita? Tindakanmu barusan bisa aku laporkan sebagai kasus pelecehan. Mau?"
"Lakukan saja kalau kau punya bukti. Aku tak keberatan menghadiri sidang," sahut Julian santai.
"Pasti kau akan menyuap hakim supaya tidak memenjarakanmu 'kan?"
"Jangan menuduh. Aku bisa balik melaporkanmu dengan kasus pencemaran nama baik."
Gluk
Juria menelan ludah. Lawannya bukan orang bodoh.
"Ikut aku!" Julian tak mau membuang waktu. Bosnya sedang menunggu, sesegera mungkin dia harus sudah kembali guna mengurus perlengkapan pernikahan.
"Ke mana?"
"Orang yang banyak bertanya biasanya tak panjang umur. Patuh saja. Aku tidak berniat jahat."
"Siapa yang tahu apakah kau berniat jahat atau tidak. Secara, raut wajahmu begitu dingin. Kau seperti psikopat," tandas Juria tak segan-segan melayangkan tuduhan. Enak saja main mengajaknya pergi. Dikira dia wanita apaan.
"Nona Ailen. Kau sedang mencarinya 'bukan?"
(Hah? Darimana Julian tahu kalau aku sedang mencari Ailen? Jangan-jangan .... )
"Aku tidak seperti yang kau pikirkan. Ikut aku, maka kau akan tahu apa dan kenapa Nona Ailen bisa menghilang," ucap Julian tanggap akan pikiran buruk di dalam kepala Juria. Sabar sabar.
"Kau menculiknya ya?" tuduh Juria sambil menyipitkan mata. "Mengaku saja. Ailen tak kembali ke rumah sakit usai pamit membeli sesuatu di luar. Apa itu ulahmu?"
"Ya."
"Y-ya? Hei!"
"Tuan Derren yang memberikan perintah. Jika ingin protes, silahkan sampaikan langsung pada yang bersangkutan. Aku tak punya waktu."
"Tapi kau .... "
Belum sempat Juria menyelesaikan ucapannya, tangannya sudah lebih dulu ditarik keluar oleh Julian. Tenaganya yang tidak sebesar pria ini, membuat Juria hanya bisa pasrah mengikuti. Dia bahkan tak berani melawan saat pria ini memintanya masuk ke dalam mobil dengan cara menggerakkan kepala. Juria merasa terintimidasi.
"Beritahu aku apa yang sebenarnya terjadi pada Ailen. Cepat, atau aku akan melompat dari jendela ini," ancam Juria antara penasaran dan juga takut. Takut kalau-kalau Julian ingin menculiknya.
"Malam ini Tuan Derren dan Nona Ailen akan menikah. Berhubung Nona Ailen hanya sebatang kara, aku menyarankan untuk menjemputmu sebagai perwakilan keluarga. Kalau kau merasa keberatan, silahkan melompat dari jendela mobil ini. Pastikan tidak meninggal karena aku tak mau dicap sebagai pembunuh!" Respon Julian sangat dingin. Bahkan terkesan tak manusiawi.
Juria melongo seperti orang idiot. Dia syok. Tetapi bukan karena perkataan Julian yang tak keberatan dia melompat dari mobil, melainkan tentang Ailen yang akan menikah dengan Tuan Derren malam ini juga. Catat! MALAM INI. Astaga.
"Kenapa diam? Tidak jadi melompat?"
"Hah?"
"Tidak jadi melompat dari mobil ini?" Julian mengulangi perkataannya. Dia sangat tahu kalau dokter Juria terkejut mengetahui kabar kalau sahabatnya akan menikah dengan bosnya.
"Melompat?" Juria membeo bingung. Sedetik kemudian barulah dia sadar aoa maksud ucapan Julian barusan. "Yakkkk!! Apa-apaan kau! Apa maksudmu memintaku melompat dari mobil ini hah!"
"Kau sendiri yang bilang begitu. Kenapa jadi menyalahkan orang lain?"
"Aku yang bilang?"
Otak Juria blank. Saking dia terkejut mendengar kabar Ailen yang akan menikah, dia sampai lupa untuk membahasnya. Baru ketika Julian kembali membahas masalah itu, Juria memberikan respon.
"Apa ini pernikahan paksa? Setahuku Ailen tidak menyukai Tuan Derren. Kenapa bisa tiba-tiba menikah?" tanya Juria dengan intonasi suara yang sudah stabil. Sekarang bukan lagi saatnya untuk berteriak tidak jelas. Nasib sahabatnya sedang jadi taruhan.
"Tidak ada paksa-memaksa dalam pernikahan mereka. Tuan Derren menyukai Nona Ailen dan ingin bertanggung jawab atas sesuatu hal. Harusnya kau tidak berpikir buruk," jawab Julian cukup takjub melihat cara dokter Juria mengendalikan emosi. Wanita sungguh membingungkan.
"Aku tidak berpikir buruk. Hanya ... Eh tunggu dulu. Apa maksudnya ingin bertanggung jawab atas sesuatu hal? Apa diantara Tuan Derren dan Ailen pernah terjadi sesuatu? One night stand mungkin,"
Julian menoleh. Dia menatap lama ke manik mata dokter Juria sebelum akhirnya kembali fokus mengemudi.
"Jangan bilang yang aku katakan adalah benar. Ayo jawab!" desak Juria sambil menelan ludah. Jika tebakannya tak meleset, berarti saat di club orang yang telah membungkus Ailen adalah Tuan Derren. Ya Tuhan, mujur sekali nasib sahabatnya. Sekalinya tidur dengan pria, langsung konglomerat kaya raya yang tampan tak tertolong. Ini sih jackpot namanya.
"Mungkin,"
"Ayolah, Julian. Jangan menggantung rasa penasaranku. Karena jika bukan karenaku, Tuan Derren tidak akan mungkin bertemu dengan Ailen."
"Maksudnya?"
Juria kicep. Hampir saja dia membongkar perbuatannya yang telah memberi obat perangsang pada Ailen ketika mereka berada di club.
"Oh, jadi kau orang yang telah membuat Nona Ailen hilang kendali ya?" ucap Julian langsung bisa menebak hanya dengan melihat reaksi dokter Juria. "Aneh. Kau dan Nona Ailen sama-sama bekerja di bagian kesehatan. Bagaimana bisa tidak tahu efek dari obat perangsang?"
"Em itu ... aku ... aku .... "
"Konyol!"
"Yakkk!"
***