Tidak pernah Jingga bayangkan bahwa masa mudanya akan berakhir dengan sebuah perjodohan yang di atur keluarganya. Perjodohan karena sebuah hutang, entah hutang Budi atau hutang materi, Jingga sendiri tak mengerti.
Jingga harus menggantikan sang kakak dalam perjodohan ini. Kakaknya menolak di jodohkan dengan alasan ingin mengejar karier dan cita-citanya sebagai pengusaha.
Sialnya lagi, yang menjadi calon suaminya adalah pria tua berjenggot tebal. Bahkan sebagian rambutnya sudah tampak memutih.
Jingga yang tak ingin melihat sang ayah terkena serangan jantung karena gagalnya pernikahan itu, terpaksa harus menerimanya.
Bagaimana kehidupan Jingga selanjutnya? Mengurus suami tua yang pantas menjadi kakeknya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Savana Alifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
APA YANG TERJADI?
Alex sontak terbangun saat ia menyadari bahwa dirinya tertidur di tempat yang asing baginya. Entah bagaimana ceritanya, kenapa ia bisa tidur di rumah itu. Seingatnya, semalam ia tengah berbincang-bincang dengan Hardi seraya minum kopi di lengkapi dengan pisang goreng hangat. Lalu bagaimana ia bisa tertidur?
"Apa aku masih di rumah nyonya Jingga?" gumamnya.
Dalam kebingungan pria itu mencoba mengingat semuanya. Perlahan kejadian semalam mulai ia ingat, ia pamit ke kamar mandi pada Hardi, lalu berpapasan dengan Mega yang baru saja keluar kamar.
Kemudian ia terkejut saat mendapati Mega tengah duduk di meja makan. Karena memang kamar mandi itu terletak tak jauh dari dapur dan meja makan.
Mereka tak saling menyapa, tapi saat itu Mega mengajaknya bicara dan menyuguhkannya secangkir teh jahe yang katanya buatan ibu.
Alex tentu senang, teh jahe itu mengingatkannya pada sang ibu yang saat itu pasti tengah sendirian dan menunggunya pulang. Karena kedua adiknya tengah berlibur ke rumah neneknya di Surabaya.
Lalu setelah itu, ia tak ingat apapun. Ia bahkan tak ingat apa yang Mega bicarakan. dan sekarang, ia seperti orang linglung duduk di atas ranjang. Entah bagaimana juga ia bisa ada di kamar itu?
Di tengah kebingungan itu, pintu kamar terbuka. Hardi datang dan tersenyum, "Sudah bangun nak?" tanyanya.
Alex mengangguk, pria itu masih tampak bingung.
"Semalam kamu pingsan di dapur," jelas Hardi. "Karena kami tidak tahu nomor ponsel keluargamu, kami membawamu ke kamar ini. Maaf jika kamarnya kecil dan tidak senyaman kamarmu," ucap Hardi lagi.
Mendengar penjelasan Hardi, kerutan di kening Alex semakin tajam. "Pingsan?" ulangnya. Dan Hardi mengangguk sebagai jawaban. Seumur-umur baru kali ini Alex pingsan, apa daya tahan tubuhnya selemah itu? Sampai hal memalukan terjadi, ia tak sadarkan diri di rumah orang.
"Mungkin kamu kelelahan, terlalu keras bekerja juga tidak baik nak. Akhirnya kamu sakit kan?"
Sakit? tapi anehnya, Alex tak merasakan sakit apapun. Suhu tubuhnya bahkan normal-normal saja, lalu apanya yang sakit?
Kepalanya terasa mau meledak memikirkan dirinya kenapa, dan apa yang terjadi sampai ia tak sadarkan diri.
"Maaf, Tuan. Sepertinya saya harus cepat pulang, ibu saya pasti mencemaskan saya. Terima kasih sudah membiarkan saya tidur disini, maaf saya sudah merepotkan," ucap Alex, ia menyingkap selimut yang menutupi setengah tubuhnya. Hendak beranjak namun lagi-lagi ada yang aneh.
"Ayah, nak. Jangan tuan!" ralat Hardi, ia tak suka mendengar Alex memanggilnya tuan. Panggilan itu terlalu WAH untuknya. "Dan satu hal lagi, kamu sama sekali tidak merepotkan kami. Lagi pula yang merawat mu semalam Mega, ayah dan ibu tidak kuat ngantuk. Jadi kami beristirahat di kamar," jelas Hardi.
Alex membelalakkan matanya, penjelasan Hardi membuat otaknya bekerja keras untuk mengumpulkan puing-puing peristiwa yang menurutnya aneh.
"Mega?" batinnya, ia lalu menunduk dan kembali menutup selimut yang semula ia singkap. Kemudian menoleh pada Hardi yang masih menatapnya. Pria paruh baya itu tampak mengerutkan dahinya.
"Ada apa nak?" tanya Hardi.
"Tidak, ayah. Tidak apa-apa. Apa, apa aku boleh numpang mandi?" tanya Alex, entah mengapa ia jadi gugup.
"Tentu, nak. Sebentar, ayah akan meminta ibu membawa kamu handuk yang baru."
Alex mengangguk, ia menghela nafas panjang, masih berusaha mencerna apa yang sebenarnya terjadi dengan dirinya.
**Hai semua, salam kenal dari Mak. Semoga kalian suka dengan ceritanya, Mak tunggu komen kalian, like dan jangan lupa subscribe. Dan untuk yang tidak menyukai cerita ini, kalian boleh skip aja yah.. Atau kasih aku masukan supaya aku bisa memperbaiki tulisan ini. Suka sedih kalau ada yang nilai cerita mak buruk, bikin Mak down. Tapi balik lagi ke diri masing-masing, memang tidak semua orang bisa menerima dan menyukai apa yang kita buat. Mak jadikan itu motivasi ya ges ya..
Semoga kita semua di beri kesehatan dan rezeki berlimpah..amiin❤️❤️**