NovelToon NovelToon
Gadis Incaran Sang Mafia

Gadis Incaran Sang Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / CEO / Dikelilingi wanita cantik / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: Vebi Gusriyeni

SEKUEL dari Novel ENGKAU MILIKKU
Biar nyambung saat baca novel ini dan nggak bingung, baca dulu season 1 nya dan part khusus Fian Aznand.

Season 1 : Engkau Milikku
Lanjutan dari tokoh Fian : Satu Cinta Untuk Dua Wanita


Gadis manis yang memiliki riwayat penyakit leukemia, dia begitu manja dan polos. Mafia adalah satu kata yang sangat gadis itu takuti, karena baginya kehidupan seorang mafia sangatlah mengerikan, dia dibesarkan dengan kelembutan dan kasih sayang dan mustahil baginya akan hidup dalam dunia penuh dengan kekerasan.
Bagaimana jadinya ketika gadis itu menjadi incaran sang mafia? Sejauh mana seorang pemimpin mafia dari organisasi terbesar mengubah sang gadis?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menyusup Ke Ruangan Bawah Tanah

Gavino memasuki mobilnya, dia tersenyum dan mengecup singkat pipi Zoya.

“Kita mau kemana lagi?” tanya Gavino.

“Kita akan ke alamat yang ditunjukkan oleh gadis ini.”

“Hah?” Zoya melihat ke belakang diikuti oleh Gavino.

“Dia siapa Zee?” tanya Gavino heran.

“Dia Urfi, dari India, dia diculik dengan beberapa gadis lainnya untuk dijual ke sini Gavin, kita harus membantunya.”

“Ini mustahil Zee, pasti ada orang kuat di melatarbelakangi penculikan itu.”

“Kamu kan juga orang kuat Gavin.”

“Zee, masalah seperti ini kita tidak bisa gegabah, bisa-bisa nanti malah kita yang kena imbasnya.”

“Aku mohon Gavino, kasihan dia dan gadis lainnya.”

“Zee, ini semua pasti pekerjaan mafia, ini sudah hal lumrah bagi mereka, perdagangan manusia dan penculikan bukanlah hal yang baru dalam kehidupan mafia Zee.”

“Kamu juga begitu?”

“Aku tidak pernah terlibat dalam perdagangan manusia serta penculikan, organisasiku hanya bergerak dibidang senjata, obat-obatan terlarang, perjudian, pembunuh bayaran dan lainnya. Jadi aku tidak ada hubungan dengan perdagangan manusia dan penculikan.”

“Terus ini bagaimana?”

“Biarkan saja, ini bukan urusan kita.”

“Kamu ini nggak punya hati ya, ya udah biar aku aja sendiri yang bantu Urfi.” Zoya akan membuka pintu mobil namun ditahan oleh Gavino.

“Baiklah, tapi sebelum itu kita harus cari tau dulu siapa mereka, kita tidak bisa menolong dia malam ini.” Zoya tersenyum dan mengangguk.

“Aku akan meminta anak buahku mencari tahu semuanya, sekarang lebih baik kita pulang.”

“Iya.”

“Lalu dia ini akan di bawa kemana?” tanya Gavino.

“Kalau aku bawa ke mansion uncle Miller, nanti papa malah ngelarang aku buat bantuin dia.”

“Aku akan sewakan hotel untuknya malam ini.”

“Baik banget calon suami orang.” Zoya tersenyum pada Gavino.

“Syukriya bhaijan, didi,” ucap Urfi.

“Dia bilang apa?” tanya Gavino karena dia tidak mengerti bahasa Urfi.

“Terima kasih kakak,” jawab Zoya.

“Ooh.”

Gavino mengantarkan Urfi ke hotel dan memesan satu kamar untuk Urfi, ketika di depan hotel, satu peluru berhasil menembus betis Urfi sehingga Urfi tersungkur dan Gavino kaget, dia melirik ke arah mobil dimana Zoya berada.

Karena tembakan berlangsung lama dan terus menerus, Gavino berusaha membawa Urfi untuk berlindung terlebih dahulu, apalagi saat ini Urfi sedang terluka.

Urfi terus bicara dalam bahasa Hindi yang membuat Gavino semakin bingung dibuatnya.

“Berhentilah bicara karena aku tidak mengerti dengan apa yang kau katakan,” geram Gavino karena merasa pusing dengan ocehan Urfi.

Gavino begitu khawatir dengan Zoya, dia yakin kalau Zoya dalam bahaya saat ini. Beberapa pria mendekati mobilnya, Gavin ingin menyusul namun tembakan ke arah dia dan Urfi semakin menjadi.

“Sial, Zoya dalam bahaya.” Gavino menghubungi orang-orangnya untuk segera datang.

Mobil Gavino melaju meninggalkan pekarangan hotel, Gavin yakin kalau ada yang menyusup masuk ke dalam mobilnya membawa Zoya.

“Fuck!” umpat Gavino ketika mobilnya sudah menjauh, dia bergegas mencari mobil lain dan akhirnya dapat, Urfi dititipkan pada pelayan hotel dan dia mengejar mobil yang membawa Zoya.

Aksi kejar-kejaran pun terjadi, di dalam mobil Zoya berusaha melakukan perlawanan dengan mengandalkan ilmu bela dirinya selama ini dan kedua pria yang mengancamnya berhasil dia lumpuhkan.

Terakhir Zoya menggesekkan pisau ke leher pria yang tengah mengemudi lalu membuka pintu mobil dan mendorong pria itu keluar dari mobil dalam keadaan mobil masih melaju, Zoya mengambil alih kemudi dan melipirkan mobilnya.

Mobil yang dikendarai oleh Gavin akhirnya bisa menyusul Zoya, dia turun dan memeriksa kondisi Zoya, ada bekas kemerahan di leher Zoya yang diyakini kalau tadi salah seorang itu menggunakan tali untuk mencekik Zoya.

“Apa yang sakit?” tanya Gavino.

“Tidak ada, Urfi mana?”

“Aku meninggalkannya di hotel.”

“Lebih baik kita balik ke sana, aku yakin kalau mereka itu mengincar Urfi.”

“Iya, ayo.” Mereka mengendarai mobil masing-masing, sesampainya di hotel ternyata Urfi telah tiada di tembak oleh seseorang di bagian kepalanya.

Zoya merasa sesak melihat mayat Urfi, dia sangat kasihan dengan Urfi. Orang-orang Gavino juga sudah datang, mereka diminta oleh Gavino untuk melacak siapa yang telah menyerangnya di hotel itu.

Beberapa polisi juga datang untuk memeriksa dan membawa mayat Urfi ke rumah sakit.

“Kita harus selamatkan yang lain Gavin, mereka pasti sangat menderita saat ini.”

“Aku tidak yakin Zee, selama ini aku tidak pernah melewati batasanku dan menyerang orang yang tidak mengganggu ku, dengan aku menyelamatkan para gadis itu, sudah dipastikan mereka akan menjadi musuhku juga nantinya, itu berarti aku sudah mengusik bisnis organisasi lain.”

“Kenapa kamu dari tadi hanya memikirkan bisnismu? Ini bukan lagi masalah bisnis, ini masalah kemanusiaan Gavin.”

“Baiklah, aku akan coba membebaskan semua itu, tapi kita akan bergerak besok karena malam ini anggotaku akan mencari tau siapa penculik itu.” Zoya mengangguk, mereka semua kini kembali ke rumah tanpa menceritakan apapun pada keluarga Zoya.

...***...

Keesokan harinya Gavino dan Zoya siap untuk menjalankan misi membebaskan para gadis yang diculik itu. Gavino sudah mengetahui siapa dibalik penculikan tersebut.

“Dia Souza, mafia asal Cina yang memang memasok banyak gadis untuk dijual ke berbagai negara, dia juga melakukan penculikan diberbagai negara, kita harus hati-hati. Semua gadis itu berada di sebuah club malam yang terletak di pusat kota ini, aku sudah membuat janji dengan Souza malam ini, selama aku berbincang dan membuatnya sibuk, kamu dan Jeremi akan menyusup ke dalam ruangan dimana para gadis itu di sekap, kamu paham kan Zee?” Zoya mengangguk, dia dan Jeremi siap untuk menjalankan misi ini.

Jeremi adalah orang kepercayaan Gavino yang mengurus organisasi di London, dia pria tangguh yang sudah tidak diragukan lagi kemampuannya dalam menyerang lawan.

Malam harinya mereka siap untuk menjalankan rencana pembebasan itu, Zoya dan Jeremi datang ke club itu dengan santai seperti para pengunjung lainnya, dia dan Gavino datang berpisah.

Zoya dan Jeremi melihat situasi terlebih dahulu, sangat banyak pengawal di dalam sana dan mereka semua memiliki senjata, karena kelihaian Jeremi, dia bisa menyelundupkan dua senjata, satu untuknya dan satu lagi untuk Zoya.

Gavino datang lalu berjabat tangan dengan Souza, mafia asal Cina itu menyambut baik kedatangan Gavino, mereka datang berbincang dan mulai membicarakan mengenai bisnis, Gavino juga dikawal oleh beberapa anak buahnya, sama seperti Souza.

Souza sudah sedikit berumur, sekitar 50 tahunan namun masih tetap tegas dan berwibawa.

Jeremi memberikan kode agar dia dan Zoya bertindak. Mereka mulai menuju ke ruangan dimana para gadis itu di tahan, namun tak semudah yang mereka pikirkan, ruangan itu ternyata tidak bisa dimasuki oleh sembarang orang, Jeremi dan Zoya mengenakan topeng khusus untuk masuk ke dalam, karena semua pengawal itu memiliki topeng.

“Mau apa kalian?” tanya pengawal pada Jeremi dan Zoya.

“Kami diperintahkan oleh Tuan Souza untuk memeriksa para gadis itu sebelum dikirim ke Amerika,” jawab Zoya.

“Kartu pengenal?”

Jeremi dan Zoya memberikan kartu akses agar bisa lolos dari pengawal itu. Mereka mendapatkannya dari Gavino, sebelum ke club, Gavino sudah membunuh beberapa orang anak buah Souza dan mengambil kartu akses dan topeng mereka.

Pengawal itu mengizinkan Jeremi dan Zoya masuk, ternyata mereka diarahkan ke sebuah lemari kecil dan saat dibuka ternyata itu adalah pintu sebuah ruangan yang begitu gelap, mereka menuruni beberapa anak tangga dan melewati lorong sempit.

Dari lorong itu sudah terdengar beberapa teriakan dan tangisan, Zoya yakin kalau itu adalah para gadis yang diculik oleh Souza. Jeremi dan Zoya tiba di ujung lorong, Jeremi membuka pintu dan melihat ruangan begitu luas, di sana ada ratusan gadis yang dirantai dan sekitar 30 pengawal yang berjaga.

Zoya sangat ngilu ketika melihat seorang gadis dipakai secara bersamaan oleh tiga orang pria, para pengawal itu benar-benar melampiaskan nafsu mereka pada gadis-gadis tersebut, mereka dijadikan budak seks oleh sebelum dijual. Teriakan kesakitan mereka juga menggema namun hal itu semakin membuat para pengawal tersebut semakin meruda paksa mereka.

“Zoya, kendalikan ekspresimu, jangan sampai mereka mencurigai kita,” bisik Jeremi pada Zoya yang saat ini menatap mereka dengan tatapan kasihan.

“Iya.” Zoya kembali mengendalikan kondisi wajahnya.

Jeremi dan Zoya mendekati seorang pria yang mereka yakini adalah kepala pengawal di sana. Ruangan itu terletak di ruangan bawah tanah yang lumayan jauh ke bawah sehingga jika para gadis itu teriak atau disiksa, tidak akan terdengar keluar apalagi di atas adalah club yang suara musiknya sangat membisingkan telinga.

...*** ...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!