Ashana Keyra Zerrin dan Kafka Acacio Narendra adalah teman masa kecil, namun Ashana tiba-tiba tidak menepati janjinya untuk datang ke ulang tahun Kafka. Sejak saat itu Kafka memutuskan untuk melupakan Asha.
Kemana sebenarnya Asha? Bagaimana jika mereka bertemu kembali?
Asha, bukankah sudah kukatakan jangan kesini lagi. Kamu selalu bertindak sesuka hati tanpa memikirkan orang lain. Aku butuh privasi, tidak selamanya apa yang kamu mau harus dituruti.” Ucapakan Kafka membuat Asha bingung, pasalnya tujuannya kali ini ke Stanford benar-benar bukan sengaja menemui Kafka.
“Tapi kak, Asha ke sini bukan sengaja mau menemui kak Kafka. Asha ada urusan penting mau ke …” belum selesai Asha bicara namun Kafka sudah lebih dulu memotong.
“Asha, aku butuh waktu untuk menerima semua ini. Walaupun untuk saat ini sebenarnya tidak ada kamu dalam rencanaku, semua terjadi begitu cepat tanpa aku bisa berkata tidak.” Asha semakin tidak mengerti dengan yang diucapkan Kafka.
“Maksud kak Kafka apa? Sha tidak
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Anfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 2. Pulang ke Indonesia
Dokter Andrew dan Argan lebih dulu berangkat ke Jakarta untuk bertemu dengan tim yang akan menjadi rekan mereka dan mempersiapkan hal-hal yang mungkin dibutuhkan Key juga Amoora. Akan lebih mudah bagi mereka berdua nanti untuk menyesuaikan diri saat datang ke rumah sakit ketika beberapa hal sudah siap. Selain itu karena Argan akan lebih sering mengikuti tindakan operasi jadi akan lebih baik untuknya berangkat lebih dulu bersama guru tersayang mereka yang tak lain adalah dokter Andrew.
Mereka bertemu dengan tim dokter dari rumah sakit harapan, melakukan meeting juga breafing terkait hal-hal yang akan mereka lakukan selama beberapa bulan kedepan. Tujuannya agar tidak terjadi miskomunikasi dan dapat saling mendukung satu sama lain. Mereka sudah berkumpul dalam ruangan meeting khusus jantung.
“Selamat siang dokter Andrew.” Direktur rumah sakitlah yang menyapa dan mulai memperkenalkan satu persatu tim yang ada di divisi jantung dan bedah jantung.
“Dokter Andrew perkenalkan, ini dokter kafka. Salah satu bedah jantung terbaik di rumah sakit kami.” Kafka mengulurkan tangannya untuk berkenalan
“Saya Kafka, mohon bantuan dan kerjasamanya dok.” Dokter Andrew membalas mengulurkan tangannya juga.
“Saya Andrew, salam kenal dan mohon kerjasamanya juga ya dok.” Kemudian dokter Andrew memperkenalkan Argan pada semua yang ada diruangan itu, termasuk pada dokter Kafka.
Argan merasa pernah melihat Kafka, namun dia lupa dimana pernah bertemu atau melihatnya. *Argan baru pertama bertemu Kafka ya guys, tapi dia pernah melihat foto Kafka sebagai screen layar macbooknya Key dulu, dulu ya guys sebelum Key mengalami kecelakaan.*
Argan dan Kafka saling berkenalan satu sama lain, mereka akan menjadi satu tim ke depannya. Jadi menumbuhkan hubungan dan komunikasi dengan baik harus dilakukan. Meskipun Argan masih berusaha mengingat-ingat dimana dia pernah melihat Kafka. Dokter Andrew memang sengaja memilih dokter Kafka bersama timnya untuk tindakan operasi lima pasiennya, tentunya dengan berbagai pertimbangan. Bahkan Argan sudah diminta untuk ikut dalam operasi yang akan dilakukan dokter Kafka lusa.
Argan baru saja merebahkan dirinya dikasur apartemennya. Seminggu sebelumnya memang dia sudah minta orang kepercayaan keluarganya untuk mencarikan 2 apartemen siap huni untuk dirinya juga Amoora. Untuk Key tentunya dia akan tinggal di rumahnya setelah sekian lama tidak pernah pulang ke Indonesia. Baru saja memejamkan mata, suara ponsel membangunkannya.
“Nyet, gimana hari pertama di sana?,” lebih tepatnya Argan, Key dan Amoora sedang melakukan video call. Argan menceritakan breafing pertamanya dengan tim bedah jantung rumah sakit harapan.
“Not bad, lusa gue akan mulai operasi pertama dengan tim mereka.”
“Realy Argan? nanti crita lagi ya gimana tim mereka melakukan tindakan,” kali ini Key yang bersuara.
“Hmm .. udahan dong gue mau tidur dulu ni, ngantuk,” Key dan Amoora pun mengakhiri vidio call dengan Argan karena mereka tahu pasti dia lelah, selain hari pertama baru masuk kerja di tempat yang baru juga harus adaptasi dengan orang-orang baru.
Keyra mengantar Amoora kebandara untuk berangkat ke Jakarta, bukan Key yang menyetir ya disini. Mereka pergi menggunakan taksi, sampai saat ini Key masih belum bisa menghilangkan traumanya atas kecelakaan sembilan tahun lalu.
“Sampai ketemu 2 minggu lagi di Jakarta Key.” Amoora memeluk Key tanda berpamitan karena pesawatnya 10 menit lagi akan berangkat
“Hmm .. jaga diri, salam buat Argan dan dokter Andrew,” Key baru beranjak pergi setelah Amoora menghilang dari pandangannya. Dia berjalan menyusuri lorong-lorong yang ada di bandara changi singapura. Key sedang menunggu taksi yang dia pesan sambil menikmati pemandangan langit senja saat itu. Banyak yang dia pikirkan akhir-akhir ini, entah apa yang akan dia hadapi nanti saat kembali ke Jakarta. Dia berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa semua akan berjalan dengan baik, dia harus siap sekalipun harus berjumpa dengan Kafka.
Tidak perlu lagi lari menghindari kafka, sudah sembilan tahun mereka sama sekali tidak bertemu, juga tidak sekalipun Key berkomunikasi dengan Kafka. Selain karena dia sudah tidak punya nomor telepon Kafka karena ponselnya hancur saat kecelakaan, Key juga sudah lama tidak aktif dalam bermedia sosial. Selama sembilan tahun terakhir dia benar-benar fokus dengan pendidikan spesialis jantung anak, setelah lulus fokus di SGH untuk menangani pasien-pasiennya.
Selama dua minggu kedepan Key akan melalui hari-hari nya tanpa Amoora, jadwal Key juga sangat padat. Dia harus menyelesaikan beberapa jadwal operasi yang harus dia tangani, serah terima beberapa pasien yang saat ini masih ada dalam pengawasannya kepada dokter lain. Bukan tanpa alasan dia berangkat paling terakhir dari pada Argan juga Amoora, karena memang jadwalnya di rumah sakit Singapore General Hospital sangat padat. Bahkan tiga jam sebelum keberangakatannya ke Indonesia dia masih harus melakukan tindakan operasi bersama tim bedah jantung anak lainnya.
Saat ini Key sudah berada di terminal 3 bandara Changi singapura untuk flight menuju Jakarta menggunakan maskapai Batik Air, saat ini masih pukul 11.00 waktu singapura dan berarti di Indonesia masih pukul 10.00 wib. Key flight pada pukul 11.25 waktu singapura dan butuh waktu sekitar 2 jam untuk Key sampai di bandara Soetta karena ada beda waktu 1 jam antara singapura dengan indonesia. Jauh-jauh hari dia sudah menghubungi Rion untuk menjemputnya di bandara, sudah lama sekali dia tidak bertemu dengan adik bungsunya.
"Halo, ada apa Amoora?," ponsel Key berdering dan ternyata Amoora yang menelpon.
"Aku jemput dibandara nanti, landing pukul 12.25 kan?," untung saja saat itu Key belum mematikan ponselnya karena flight masih sekitar 20 menit lagi.
"Gak usah Amoora, Rion udah jemput ke bandara."
"Masalahnya sampai di Jakarta kamu harus langsung ke Rumah Sakit," Sontak saja Key ngomel ke Amoora, bagaimana tidak ngomel sementara belum sempat dia istirahat tapi sudah harus langsung masuk kerja.
"Haah, gila gak sih aku baru landing lho itu Amoora, masak iya harus langsung ke Rumah Sakit?."
Amoora menjelaskan kenapa Key harus langsung ke rumah sakit begitu tiba di Jakarta, karena Atlantik salah satu pasien rawat jalannya saat di singapura kemarin dilarikan ke rumah sakit harapan karena mengalami gejala yang lebih parah dari kondisi sebelumnya. Cukup sulit membujuk anak itu agar bersedia segera melakukan operasi perbaikan katup jantung. Dokter Andrew mengatakan satu-satunya kemungkinan untuk membuat anak itu bersedia untuk secepatnya bersedia di operasi adalah dengan mempertemukan dokter Key dengan Atlantika.
“Jelaskan padaku nanti saat sudah sampai di Jakarta, pesawatku sudah mau flight.” Key memutuskan sambungan telponnya dengan Amoora dan dia segera bergegas menuju pesawat.
Perjalanan udara selama kurang lebih dua jam tanpa hambatan ditempuh Key dari singapura menuju bandar udara international Soekarno Hatta. Tepat pukul 12.25 wib key sudah landing di Jakarta, Rion dan Amoora juga sudah sampai di bandara sejak 20 menit lalu.
“Rion,” Amoora berlari menghampiri Rion, sementara itu yang punya nama tampak celingak celinguk karena mendengar Namanya dipanggil oleh seseorang.
“Kak Amoora. Kenapa disini?,” Tanya Rion saat melihat orang yang memanggilnya adalah sahabat kakaknya.
Dia menceritakan pada Rion tujuannya datang ke bandara untuk menjemput Key karena ada hal mendesak yang mengharuskan kakak Rion itu harus segera menuju rumah sakit begitu sampai di Indonesia. Key keluar dari arah pintu kedatangan dengan koper-kopernya itu dan di luar sudah menanti Rion juga Amoora. Key bergegas pergi dengan Amoora setelah mengambil beberapa barang yang harus dia bawa ke rumah sakit termasuk snelli dan baju scrubs nya. Sementara itu Rion pulang membawa koper-koper Key.
Butuh kurang lebih tiga puluh menitan dari bandara menuju rumah sakit harapan, Amoora dan key tidak terlalu banyak ngobrol. Selain karena Amoora harus fokus menyetir apalagi jalanan Jakarta yang cukup padat dijam-jam tertentu, dia juga tahu kalau Key belum cukup istirahat. Bagaimana tidak, tiga jam sebelum flight dia masih berada di ruang operasi setelah itu langsung bersiap menuju bandara agar tidak tertinggal pesawat. Bahkan sesampai di Indonesia bukannya istirahat tapi sudah harus pergi kerumah sakit.
“Masih tiga puluh menit kita sampai, kamu tiduran dulu saja,” Titah Amoora pada Key sambil memundurkan kursi duduk Key.
“Gak papa nih aku tiduran sebentar Oora? *Key lebih suka memanggil Amoora dengan sebutan Oora ya guys*
“Hu um, gak papa. Nanti aku bangunkan saat sampai,” Tidak butuh waktu lama untuk Key terlelap, meskipun saat ini sebenarnya dia cukup lapar tapi tidur lebih utama untuknya saat ini.
Mereka sudah sampai di parkiran rumah sakit saat dering telepon membuat Key terbangun dari tidurnya. Ternyata ponsel Amoora yang berdering, tampak nama Argan yang muncul dilayar ponselnya itu.
“Halo Nyet, ada apa? Masuk parkiran ini, sabar,” Teriak Amoora yang seolah tahu apa yang akan di tanyakan Argan. Sementara itu key tampak meregangkan tubuhnya, dia lebih tampak segar walaupun hanya istirahat tidur kurang lebih dua puluhan menit.
Argan terkekeh mendengar teriakan salah satu sahabatnya itu dari ujung telepon. “Ish .. belum di tanya sudah main jawab saja.”
“Oora, aku mau mandi dulu tapi ya.” Key adalah dokter spesialis jantung anak, jadi soal kebersihan dia benar-benar memperhatikan apalagi saat ini baru saja melalui perjalanan international. Jadi dia harus pastikan dirinya sudah bersih dan berganti pakaian baru.
“Bisa di ruangan kerja kita beb, ada kamar mandi pribadi.” Argan yang mendengar suara Key langsung saja berteriak dari ujung telepon karena Amoora meloud speker ponselnya. Key terkekeh mendengar teriakan sahabatnya itu.
“Sudah dulu Nyet, kita gak turun-turun dari mobil ini kalau kamu masih telepon.”
“Ok, aku tunggu disini.” Argan mengakhiri panggilannya.
Saat ini Key dan Amoora sudah berada di ruangan yang di sebut Argan, sementara Key sedang bersih-bersih dan berganti pakaian. Amoora menyiapkan rekam medis Atlantika, dia paham benar bagaimana sahabatnya itu bekerja. Setelah ini Key pasti akan langsung melihat rekam medis milik Atlantika. Key sudah siap dan tampak lebih segar dari sebelumnya.
“Sudah cantik tenang saja hahaha.” Amoora menggoda Key sambil memberikan rekam medis milik Atlantik.
“Hahaha, bukannya memang kita ini cantik ya?.” Dia menerima rekam medis kemudian sambil menarik Amoora untuk segera menuju ruangan meeting para dokter.