Ketika dunia manusia tiba-tiba terhubung dengan dimensi lain, Bumi terperangkap dalam kehancuran yang tak terbayangkan. Portal-portal misterius menghubungkan dua realitas yang sangat berbeda—satu dipenuhi dengan teknologi canggih, sementara lainnya dihuni oleh makhluk-makhluk magis dan sihir kuno. Dalam sekejap, kota-kota besar runtuh, peradaban manusia hancur, dan dunia yang dulu familiar kini menjadi medan pertempuran antara teknologi yang gagal dan kekuatan magis yang tak terkendali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rein Lionheart, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 32. Pintu ke Masa Depan
Kael berdiri di depan gerbang yang telah lama terlupakan oleh banyak orang. Pintu besar itu terbuat dari logam yang sudah tergerus oleh waktu, namun masih terlihat kokoh. Cahaya dari senja memantulkan kilau samar di permukaan gerbang, seperti sebuah lambang dari masa depan yang telah lama terpendam. Ceryn berdiri di sebelahnya, matanya memandangi pintu itu dengan rasa was-was, tapi juga harapan yang tak terucapkan.
"Apa ini?" tanya Ceryn, suaranya penuh keingintahuan.
Kael mengangguk perlahan. "Ini adalah salah satu tempat yang ditemukan oleh tim pemberontak. Tempat yang katanya menyimpan salah satu artefak yang bahkan Arkemis belum berhasil temukan. Ini bisa menjadi kunci untuk apa yang kita cari—sesuatu yang lebih kuat dari apa yang kita punya sekarang."
Ceryn menatap pintu yang sudah begitu tua, tak tahu apa yang ada di baliknya. Namun, dalam hatinya, ia merasa bahwa mereka sudah berada di ujung dari sebuah perjalanan yang jauh lebih besar.
"Jadi, ini alasan kamu memakai armor itu lagi, ya?" Ceryn melanjutkan, memandang Kael dengan penuh perhatian. "Aku tahu kamu sudah melangkah jauh, tapi masih ada bagian dari dirimu yang tak terjawab. Bagian yang masih mencari sesuatu untuk melengkapi semuanya."
Kael menatap Vanguard-9 yang sudah dipasangkan dengan lebih sempurna daripada sebelumnya. Armor itu kini bukan hanya sebuah pelindung—ia adalah simbol dari keberanian Kael untuk melangkah ke dunia yang penuh ketidakpastian. Teknologi yang lebih maju telah menyatu dengan tubuhnya, memungkinkan Kael untuk bertahan dalam pertempuran yang lebih berat dan menghadapi ancaman yang lebih besar. Namun, ia tahu bahwa hanya dengan menguasai setiap lapisan kekuatan dalam dirinya dan armor ini, ia bisa benar-benar menghadapinya.
"Aku tahu," jawab Kael pelan. "Tapi ini bukan hanya tentang aku lagi. Ini tentang semua yang akan kita hadapi. Dan aku rasa, ini adalah waktu yang tepat."
Kael kemudian melangkah maju, jari-jarinya bergerak di atas panel kontrol di samping pintu. Begitu ia menekan beberapa tombol, suara gemuruh terdengar dari dalam, diikuti dengan desiran angin dingin yang keluar dari celah-celah pintu yang terbuka perlahan. Di dalamnya, sebuah ruangan besar terbentang, penuh dengan teknologi yang tampaknya jauh lebih canggih daripada apa pun yang pernah dilihat Kael.
Begitu memasuki ruangan itu, mereka disambut oleh pandangan mesin-mesin besar yang mengelilingi mereka. Mesin-mesin itu tak bergerak, tetapi terdapat jejak-jejak energi yang samar, menunjukkan bahwa sesuatu di dalamnya masih aktif, menunggu untuk diaktifkan.
"Ini... ini bukan hanya teknologi," kata Kael, matanya bersinar tajam. "Ini mungkin adalah sisa-sisa dari dunia yang menghilang. Mereka tidak hanya meninggalkan artefak—mereka meninggalkan sesuatu yang lebih besar dari itu."
Ceryn mengedarkan pandangan, mencoba memahami apa yang ada di hadapan mereka. "Tapi, kenapa hanya sekarang kita menemukannya? Apa yang membuat tempat ini terlupakan?"
Kael menggenggam erat tangan, merasakan kegelisahan yang datang begitu saja. "Mungkin karena ini adalah bagian dari kekuatan yang harus kita hadapi. Mungkin ini adalah kunci dari ancaman yang lebih besar."
Di tengah ruangan, di atas altar yang terbuat dari batu hitam, terdapat sebuah kotak besar yang terkunci rapat. Kotak itu dihiasi dengan simbol-simbol kuno yang berbinar, simbol-simbol yang sepertinya melampaui batasan dunia yang mereka kenal. Kael bisa merasakan getaran energi yang kuat dari dalamnya—sebuah energi yang tidak hanya berasal dari teknologi, tetapi juga dari kekuatan yang jauh lebih tua.
Tanpa kata, Kael melangkah maju dan menekan tombol di samping altar. Seketika, kotak itu terbuka dengan sendirinya, mengeluarkan cahaya biru yang menyilaukan. Di dalamnya, terbaring sebuah artefak yang tampaknya memancarkan energi tak terhingga—sebuah kristal besar yang terbungkus dalam lapisan logam futuristik. Bentuknya tidak biasa—seperti gabungan dari kekuatan alam dan teknologi tinggi yang telah disatukan dalam satu objek.
Kael mengangkat artefak itu dengan hati-hati, merasakan aliran energi yang mengalir melalui tubuhnya. Meskipun Vanguard-9 memberinya kekuatan, artefak ini terasa lebih kuat lagi—mungkin lebih kuat daripada apa pun yang pernah ia pegang. Bahkan ketika ia menyentuhnya, kael merasa seperti sesuatu yang lebih besar sedang mendekat, sesuatu yang telah lama tertidur dan sekarang mulai terbangun.
"Apa itu?" Ceryn bertanya, wajahnya penuh kekaguman dan kecemasan. "Apa yang kamu rasakan?"
Kael menatap artefak itu dengan penuh keheranan. "Ini bukan hanya sebuah artefak, Ceryn. Ini adalah jantung dari apa yang pernah ada sebelumnya. Ini adalah kekuatan yang belum pernah kita temui. Dan aku merasa... kita baru saja mengaktifkan sesuatu yang sangat besar."
Namun, saat Kael memegang artefak itu, ada sesuatu yang tak beres. Mata Kael terbuka lebar, merasakan sensasi yang lebih kuat mengalir dalam dirinya—sensasi yang bukan hanya datang dari teknologi atau energi. Sensasi itu lebih dalam lagi—seperti sebuah kekuatan jiwa, sebuah kekuatan yang berhubungan dengan sejarah dunia ini dan dunia yang telah bergabung.
"Sesuatu yang lebih besar... sedang datang," Kael berbisik, suara teredam oleh beratnya kehadiran yang mengisi ruangan itu.
Sambil mendalami artefak itu, Kael tahu bahwa ini adalah titik balik. Kekuatan yang ia pegang di tangannya bukan hanya akan mengubah hidupnya—tapi mungkin juga akan mengubah takdir dunia ini.
Kael merasakan getaran yang semakin kuat dari artefak itu. Sebuah gelombang energi yang menembus batasan tubuhnya, menjalar hingga ke kedalaman jiwanya. Seperti ada sesuatu yang terhubung langsung ke inti dirinya, sebuah entitas yang tidak hanya berbicara melalui kekuatan fisik, tapi juga melalui ingatan yang terpendam jauh di dalam kesadarannya.
"Kael..." suara Ceryn terdengar lirih di belakangnya, tetapi seolah teredam oleh suara yang lebih besar, suara yang datang dari dalam dirinya. "Apa yang terjadi?"
Kael menggenggam artefak itu lebih erat, menatapnya dengan pandangan yang penuh kebingungan dan kekhawatiran. Tanpa dia sadari, simbol-simbol yang menghiasi artefak itu mulai bersinar lebih terang, dan dalam sekejap, seluruh ruangan di sekitar mereka berubah. Ruangan besar yang semula dipenuhi oleh mesin tua dan teknologi kuno itu sekarang tampak seperti dilapisi dengan energi yang membengkokkan cahaya, menciptakan ilusi ruang yang tak terhingga.
Kael merasa terjebak dalam dunia yang terdistorsi. Ruang dan waktu terasa melorot, berputar, seolah segala sesuatu menghilang ke dalam sebuah lubang hitam yang tak terlihat. Dunia di sekelilingnya seperti terpecah-pecah, setiap sudut penuh dengan kilatan cahaya yang tak bisa dia pahami sepenuhnya.
"Sesuatu... salah," Kael bergumam, berusaha menenangkan diri. Ceryn memanggil namanya lagi, namun suaranya semakin jauh, tak terdengar jelas. Kael merasa dirinya seolah melayang di antara dimensi—sebuah batas tipis antara dunia nyata dan dunia yang tidak pernah dia ketahui.