NovelToon NovelToon
Luka Lara ( Pembalasan )

Luka Lara ( Pembalasan )

Status: sedang berlangsung
Genre:Murid Genius / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Bullying dan Balas Dendam / Putri asli/palsu
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: blue.sea_

Jika cinta pertama bagi setiap anak perempuan adalah ayah, tetapi tidak bagi Lara. Menurut Lara ayah adalah bencana pertama baginya. Jika bukan karena ayah tidak mungkin Lara terjebak, tidak mungkin Lara terluka.

Hidup mewah bergelimang harta memang tidak menjamin kebahagian.

Lara ingin menyerah

Lara benci kehidupan

Lara lebih suka dirinya mati

Di tuduh pembunuh, di usir dari kediamannya, bahkan tunangannya juga menyukai sang adik dan membenci Lara.

Lantas, apa yang terjadi? Apakah Lara mampu menyelesaikan masalahnya? Sedangkan Lara bukanlah gadis tangguh.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon blue.sea_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

34

"Kak, kak Gabriel." Sosok pemuda jangkung merasa terpanggil. Ia segera menoleh dan mendapati Alena tengah mengukir senyum menawan untuknya.

Sebenarnya Alena dan Gabriel satu angkatan. Hanya saja Alena selalu menggunakan embel embel kak pada teman teman angkatannya yang tidak begitu dekat dengan Alena.

Gabriel sama sekali tidak tersentuh dengan senyuman tersebut. Seorang siswi panutan dia SMA Aksara Bangsa menyapa dirinya lebih dulu. Ada apa gerangan? Tidak mungkin Alena hanya berbasa basi pada murid berandal seperti Gabriel.

Gabriel berdehem singkat agar Alena tidak perlu takut padanya. Gabriel menyadari ketakutan Alena dari tangan gadis itu yang sibuk meremat roknya.

Alena memberanikan dirinya. "Kak, kita bisa bicara?"

"Katakan."

"Gak disini kak, aku mau bicara empat mata sama kakak. Cukup kita berdua yang tahu." Alena segera menyeret Gabriel menjauhi keramaian, suasana sekolah memang tengah ramai apalagi di jam pulang sekolah seperti saat ini.

"Sepenting itu?"

"Kakak diem dulu ah." Alena mengerucutkan bibir ia tak ingin interaksinya dengan Gabriel saat ini memicu timbulnya rumor.

Jadi sekarang Alena membawa Gabriel ke taman belakang sekolah. Keduanya duduk di salah satu bangku panjang yang ada di taman. Taman tersebut sepi karena seluruh siswa pastinya berada di gerbang utama.

Alena menutup mata menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya. Sejuk, itulah yang ia rasakan, Alena sangat menyukainya, rasanya beban Alena juga ikut terbang terbawa angin. Sejenak Alena melupakan Gabriel yang ada di sisinya.

"Lo buang buang waktu gue Alena, kalo gak ada yang penting gue pergi."

Alena seketika tersadar, ada apa dengan dirinya? Kenapa ia melupakan tujuannya membawa Gabriel?

"Kak, bisa bantuin aku? Please aku butuh bantuan kakak." Alena berusaha menampilkan ekspresi imutnya agar Gabriel luluh.

( padahal aslinya mah keliatan amit amit jabang Kunti🤮🤮🤮 )

Alis Gabriel menukik tajam, hal apa yang membuat Alena sampai harus memohon seperti ini padanya.

Alena kemudian mulai menceritakan apa yang harus Gabriel lakukan.

"Oke, tapi Lo harus ingat di dunia ini gak ada yang gratis, Alena." Gabriel mencondongkan tubuhnya agar semakin dekat dengan Alena. Bahkan saat ini Alena dapat merasakan hembusan napas Gabriel menerpa wajahnya.

"Aku tahu kakak mau aku transfer berapa?"

"Lo pikir gue kekurangan uang?"

Ahh, Alena lupa tidak mungkin orang seperti Gabriel tidak mungkin kekurangan uang. Alena menghembuskan napas, tidak ada cara lain. "Oke aku tahu."

"Lo cantik Alena." Gabriel menjilati lidahnya, bagaimana ia tidak bersemangat jika seperti ini. "Jangan lupa gue nunggu lo."

"Aku gak akan ingkar janji, apalagi kalo kakak berhasil."

Gabriel tersenyum miring, kemudian membisikkan sesuatu tepat pada telinga Alena. "Kalo gue berhasil, gue minta bonusnya."

Alena tersenyum, gadis itu berjinjit tapi sebuah suara mengalihkan dirinya.

"Loh, Lena aku cariin kamu kemana mana tapi ternyata kamu disini." Rey segera menjauhi Alena dari Gabriel. "Kamu kok bisa sama dia?"

Alena tersenyum menampilkan deretan giginya yang rapi. "Gak ada sih, tadi gak sengaja ketemu."

"Yaudah ayo, tapi kamu bilang mau makan siang bareng. Ntar keburu sore, Len." Rey segera merangkul bahu Alena mesra. Keduanya mulai menjauh dari pandangan Gabriel.

"Sayang banget Rey, padahal tunangan lo itu lebih dari segala-galanya dari pada cewek yang lo rangkul itu."

~-----~

Lara hanya bisa duduk termenung di apartemen. Arthur meninggalkan Lara sendirian karena ada urusan penting di perusahaannya. Sungguh Lara merasa suntuk. Lara adalah tipikal gadis yang tidak bisa diam ia harus melakukan kegiatan untuk mengusir rasa bosannya.

Jika hanya bermain hp ataupun menonton televisi itu tidak akan menghilangkan bosan.

"Gue telepon aja kali ya." Lagi lagi Lara menggigit bibir gemas, tangannya tidak ketinggalan melempar ponselnya asal ke ranjang. "Gue gengsi, tapi... Gak bisa, pokoknya gue telepon."

Mengesampingkan rasa gengsinya maka Lara memutuskan untuk menelepon Arthur. Ia bisa mati jika harus menahan rasa bosan. Beruntung Arthur bukanlah seleb yang sok sibuk, Arthur mengangkatnya pada panggilan pertama.

"Om, aku bosan."

"....."

"Aku mau jajan om."

"....."

"Oke, kalo gitu beliin aku jajanan dong om."

"....."

"Terserah om aja deh."

"....."

"Om tau gak arti terserah, artinya suka hati om mau beli apa."

"....."

"Makasih om."

Lara lantas keluar dari kamar, dia sudah tidak sabar menanti pesanannya datang. "Tapi kenapa gue bodoh banget ya, nanti kalo dia malah bawakan gue salad sayur gimana? Tapi gak mungkin, siapa juga yang gak kenal sama jajanan yang bisa meningkatkan mood cewek."

Mood Lara meningkat membayangkan jajanan kesukaan nya. Seperti inilah yang dikatakan bahagia itu sederhana.

Setelah beberapa waktu menunggu akhirnya Arthur datang bersama dengan Julian. Yang membuat Lara terkejut adalah ketika melihat kedua tangan Julian penuh dengan kantong plastik. Julian segera meletakkannya di meja.

"Om, ini apa?"

"Apalagi bukankah kamu bilang mau jajan."

Lara menatap jajanan di hadapannya dengan mata berbinar. Ia sungguh tidak membayangkan Arthur akan membawakan semua jenis jajanan kesukaannya. Mulai dari Cilok, batagor, telur gulung, siomay Bandung, es dawet, cendol, pempek, dan kebab.

"Ini gak kebanyakan?"

"Aku tidak tahu Lara apa yang harus aku beli, jadi aku membeli semua yang Julian sarankan."

'Kalo gini bisa kaya gue karena gak perlu mikirin uang buat beli jajan.' Batin Lara lupa diri.

Julian merasa ngeri melihat Lara yang tengah senyum senyum sendiri. "Lo kenapa?"

"Lagi menghayal jadi orang kaya."

Pletak

"Lo emang udah kaya dari zigot, bocah."

1
Listya ning
Haaaaiii
salam kenal
terus semangat
jangan lupa mampir ya
Alphonse Elric
Top markotop deh cerita ini, recommend banget!
yukio_gchs
Masuk ke dalam cerita banget.
ADZAL ZIAH
keren kak ❤ dukung karya aku juga ya kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!