Novel ini lanjutan dari novel "TOUCH YOUR HEART" jadi jika ingin nyambung, bisa mampir dulu ke novel Author yang itu.
Nizar adalah seorang pilot muda yang tampan, kehidupan Nizar seakan kiamat kala melihat kedua orang tuanya meninggal secara bersamaan. Hidup Nizar seakan hampa bahkan sifat Nizar pun berubah menjadi dingin, cuek, dan juga galak.
Nizar dan adiknya Haidar harus melanjutkan hidup meskipun terasa sangat sulit tanpa kehadiran kedua orang tuanya. Hingga pada akhirnya, seorang wanita cantik tiba-tiba hadir di kehidupan Nizar dan memporak-porandakan perasaan Nizar.
Siapakah wanita cantik itu? apakah wanita itu mampu mengembalikan semangat hidup Nizar atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 14 Mulai Dekat
Binar menghembuskan napasnya kasar. "Maaf ya, aku jadi curhat," ucap Binar.
"Tidak apa-apa, jika memang itu bisa membuat hatimu lega, keluarkan saja," sahut Nizar.
Binar pun meneguk air minum yang diberikan oleh Nizar, lalu menoleh ke arah Nizar. "Terus, kalau kamu bagaimana?" tanya Binar.
"Aku? memangnya aku kenapa?" Nizar balik melayangkan pertanyaan kepada Binar.
"Kamu 'kan minta ponsel diganti karena itu pemberian orang tua kamu, kayanya ponsel itu sangat berarti untukmu," ucap Binar.
Nizar tersenyum, lalu dia menatap ke arah depan dengan tatapan menerawang. "Iya, karena hanya ponsel itu satu-satunya benda kenangan dari Mama yang masih bisa ku sentuh," sahut Nizar.
Binar mengerutkan keningnya, dia menatap Nizar dengan tatapan bingung. Nizar yang merasa ditatap, balik menatap Binar lalu mengacak-acak rambut Binar membuat Binar kaget. "Kedua orang tuaku sudah meninggal, jadi jika aku sedang rindu kepada mereka, aku suka melihat ponsel itu," ucap Nizar.
Binar terkejut kala mendengar ucapan Nizar, dia benar-benar merasa bersalah kepada Nizar karena sudah merusak ponselnya. "Maaf, aku tidak tahu kalau ponsel itu kenangan dari Mama kamu," lirih Binar.
"Tidak apa-apa," sahut Nizar.
"Oh iya, kalau boleh tahu kedua orang tua Mas meninggal karena apa? sakitkah?" tanya Binar.
Nizar menggelengkan kepalanya. "Tidak, paginya jemput aku di bandara dan sorenya mereka pergi meninggalkan aku dan adikku untuk selamanya. Kamu tahu tidak, mereka meninggal dalam posisi berpelukan," sahut Nizar dengan senyumannya.
"Hah, serius?" ucap Binar tidak percaya.
"Iya, dan itu membuat aku terharu banget. Cinta mereka begitu sangat sejati, selama hidup pun mereka jarang sekali bertengkar keduanya saling menyayangi dan melengkapi," ucap Nizar dengan mata yang berkaca-kaca.
Melihat Nizar sedih, Binar reflek mengusap pundak Nizar membuat Nizar terkekeh. "Sorry, aku memang suka cengeng jika sudah menyangkut orang tua," ucap Nizar.
"Tidak apa-apa. Bagaimana kalau mulai sekarang kita berteman," ucap Binar dengan mengulurkan tangannya.
Tanpa berpikir panjang, Nizar pun dengan cepat membalas uluran tangan Binar. Keduanya saling melempar senyum satu sama lain, Binar baru pertama kali ini mempunyai teman pria tidak jauh berbeda dengan Nizar, jangankan teman wanita, punya kenalan wanita pun Nizar tidak ada. Bahkan sama pramugari yang sehari-hari dengannya saja, Nizar sama sekali tidak pernah bertegur sapa walaupun pramugari itu semuanya fans dia.
"Sudah malam, lebih baik sekarang kita pulang. Aku gak mau ya, pengawal kamu itu mukulin aku lagi," canda Nizar.
Binar terkekeh. "Pak Suga baik tahu, kamunya saja yang belum kenal sama dia," sahut Binar.
"Baik apanya, dia cuma baik sama kamu doang kalau sama orang lain mana ada dia baik," ucap Nizar.
Lagi-lagi Binar tertawa, Nizar pun akhirnya memilih untuk mengantarkan Binar pulang. Sementara itu, di kediaman Dewa pesta sudah selesai. Virlo dan Vero duduk di ruang tamu, sedangkan Atta sudah pulang ke rumahnya. Tidak lama kemudian, Dona datang bergabung dengan kedua anaknya.
"Papa mana, Ma?" tanya Virlo.
"Dia sudah tidur, mungkin kelelahan," sahut Mama Dona.
"Ma, tadi Papa lihat gak kalau Kak Binar bawa pria?" tanya Vero.
"Lihatlah, namun Papa kalian berusaha diam karena Papa kalian gak mau menghancurkan lamaran kamu," sahut Mama Dona.
"Virlo yakin, itu bukan pacarnya tapi pria bayaran yang dia bayar untuk memanas-manasi Atta dan Vero," ucap Virlo.
"Setuju, Vero juga berpikiran seperti itu. Vero yakin kalau Kak Binar masih belum bisa move on dari Kak Atta," sahut Veronika.
"Mama lihat pria itu dari kalangan biasa-biasa," ucap Mama Dona.
"Memang orang miskin dia, pekerjaannya saja hanya seorang supir," sahut Virlo.
"Astaga, kasihan banget si Binar. Ternyata pria yang dia cintai lebih memilih Vero, sama kaya Papanya, lebih memilih Mama dibandingkan dengan wanita gila itu," ucap Mama Dona dengan senyumannya.
"Virlo yakin, sebentar lagi Papa akan memberikan harta kekayaannya untuk kita. Dan kita akan hidup enak terus," ucap Virlo dengan penuh percaya diri.
"Tidak bisa Virlo, selama anak kurang ajar dan wanita gila itu masih hidup, kita tidak akan dapat apa-apa bahkan kalau kita tidak bisa menyingkirkan mereka, selamanya kita tidak akan dapat harta Mas Dewa sepeser pun," sahut Mama Dona.
"Kita harus secepatnya singkirkan mereka berdua," ucap Virlo.
"Kak Virlo jangan macam-macam, kakak mau ngelakuin apa sama Kak Binar dan Mamanya?" ucap Vero tidak setuju.
"Anak kecil jangan ikut campur," sahut Virlo.
***
Keesokan harinya....
Dikarenakan ini hari libur, Binar memutuskan diam di rumah Mamanya. Binar sudah satu minggu lebih tinggal di rumah Mamanya dan tidak mau pulang. Saat ini, Binar sedang membujuk Mamanya untuk makan.
"Ma, Mama makan dulu ya, biar Mama gak sakit. Tubuh Mama kurus banget, Binar sedih melihatnya," ucap Binar dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Yulia masih terdiam dengan tatapan kosongnya, membuat Binar semakin merasa sedih. Tiba-tiba, pintu kamar mamanya terbuka dengan sangat kencang membuat Binar dan suster tersentak kaget.
"Bagus, mau sampai kapan kamu di sini? kamu sudah mengabaikan peringatan dari Papa, Binar!" bentak Papa Dewa.
Yulia yang awalnya melamun, tiba-tiba menoleh kala mendengar suara pria yang sangat dia cintai itu. "Mas, akhirnya kamu pulang juga." Yulia bangkit dan langsung memeluk Dewa dengan sangat erat.
"Apa-apaan ini, lepaskan saya, Yulia." Dewa berusaha melepaskan pelukan dari mantan istrinya itu.
"Aku sangat merindukanmu, Mas," ucap Yulia yang masih memeluk Dewa.
Tiba-tiba Dona masuk dan dengan cepat melepaskan pelukan Yulia dengan paksa, bahkan Dona mendorong Yulia membuat Yulia tersungkur ke lantai. "Astaga, Mama!" pekik Binar.
Binar segera meraih tubuh Mamanya, begitu pun Suga yang langsung masuk ketika mendengar suara teriakan Binar. "Dasar wanita gila, saat ini Mas Dewa bukan suamimu lagi jadi kamu jangan pernah memeluk suamiku!" bentak Mama Dona.
Dewa terdiam, dia kaget dengan apa yang sudah dilakukan oleh Dona. Dewa memang menolak untuk dipeluk karena saat ini status mereka sudah bukan suami istri lagi, tapi Dewa tidak tega melihat Dona bersikap kasar kepada ibu dari anaknya itu. Binar mengepalkan tangannya, darahnya langsung panas dan naik sampai ke ubun-ubun.
"Wanita tidak tahu malu, berani kamu menyentuh Mamaku! aku akan membunuhmu sekarang juga!" teriak Binar dengan deraian air matanya.
Binar mengambil gelas dan hendak memukul Dona dengan gelas itu tapi Suga dengan cepat memegang tubuh Binar. "Nona, tenanglah," ucap Pak Suga.
"Lepaskan aku Pak, aku akan membunuh wanita pelakor itu!" teriak Binar dengan terus meronta-ronta.
"Istighfar Binar, kamu kesurupan, ya!" bentak Papa Dewa.
"Kalian benar-benar manusia tidak punya hati, Mama aku gila gara-gara kalian dan sampai kapan pun aku benci sama kalian dan tidak akan pernah memaafkan kalian!" teriak Binar dengan deraian air matanya.
"Tuan, Nyonya, maaf lebih baik kalian pergi dulu soalnya saat ini kondisi Nona Binar sedang tidak baik-baik saja," ucap Pak Suga.
"Anak sama Ibu sama-sama gila," hina Mama Dona.
"Apa kamu bilang!"
"Sudah Ma, lebih baik sekarang kita pergi dulu. Binar, Papa akan kembali lagi ke sini," ucap Papa Dewa.
Dewa pun akhirnya membawa Dona pergi, napas Binar masih terlihat ngos-ngosan menahan emosi. Sedangkan Yulia, dia menangis di ujung ranjang sembari memeluk lututnya sendiri. Binar menghampiri mamanya, lalu memeluknya dengan sangat erat.
"Binar tidak akan pernah memaafkan Papa, sampai kapan pun," gumam Binar.