Rasa bersalah karena sang adik membuat seorang pria kehilangan penglihatan, Airi rela menikahi pria buta tersebut dan menjadi mata untuknya. Menjalani hari yang tidak mudah karena pernikahan tersebut tak didasari oleh cinta.
Jangan pernah berharap aku akan memperlakukanmu seperti istri, karena bagiku, kau hanya mata pengganti disaat aku buta - White.
Andai saja bisa, aku rela memberikan mataku untukmu - Airi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8
White diantar Mama Nuri kedepan untuk menemui teman-teman satu timnya di kantor. Ini untuk pertama kalinya setelah White buta, karena saat masih dirumah sakit, White menolak kunjungan mereka. Saat menikahpun, White juga tak mengundang siapapun.
Hari ini, dengan sedikit paksaan dari Mama Nuri, akhirnya White mau menemui mereka. Bagaimanapun, White tidak boleh menutup diri terlalu lama. Dia harus kembali bersosialisasi.
Mereka menatap iba melihat White yang datang dengan dituntun mamanya. Pria yang dulu selalu tampak berwibawa dan percaya diri dalam hal apapun itu, terlihat sangat berbeda sekarang. Selain tubuhnya yang terlihat lebih kurus dan mata yang cekung, White lebih banyak menunduk.
"Wah, pengantin baru akhirnya menampakkan batang hidungnya nih," seloroh Arya. Dia dan 4 orang teman yang lain langsung berdiri untuk menyalami White dan Mama Nuri.
"Hai, White," sapa Andi dan langsung disusul oleh Dinar, Lian dan Budi. Mereka sengaja menyapa satu persatu agar White tahu siapa saja yang datang. Mereka dulu bekerja di tim yang sama dengan White sebagai leader. Papa Sabda memang tak langsung memberi White jabatan tinggi dikantor. Dia ingin putranya itu berproses lebih dulu, agar nanti saat dia berada diatas, dia tahu betapa sulitnya mencapai posisi itu.
"Hallo Pak White yang ganteng. Belum lupakan sama suara rekan satu tim yang paling cantik ini," ujar Helen yang ingin mencairkan suasana. Awal melihat White tadi, hampir saja dia menangis. Pria yang dulu amat dia kagumi, terlihat berbeda 180 derajat.
"Heh, jangan kecentilan," tegur Andi. "Ingat, White sudah menikah. Ngomong-ngomong, mana istri White, Tante?"
"Heh, tante!" Arya memukul lengan Andi sambil melotot. "Panggil Bu, dia istrinya Pak Sabda."
"Oh iya, maaf tante, eh Bu." Andi menepuk mulutnya yang suka kepeleset kalau ngomong.
Mama Nuri tersenyum melihat Andi yang salting. "Gak papa kok panggil tante. Justru tante malah seneng, biar lebih akrab." Mama Nuri menuntun White menuju salah satu kursi lalu membantunya duduk.
Lagi-lagi Helen mau menangis, dan yang lain tampak memalingkan wajah, tak tega melihat White yang tampak tak berdaya.
"Kita tadi mampir ketoko donat kesukaan kamu, White. Kita teman yang perhatiankan?" seloroh Andi.
"Ck, kita konon. Kamu gak ikut patungan kali," ledek Helen dan langsung disambut tawa oleh yang lain tapi tidak dengan White. Pria itu menjadi seperti sosok yang berbeda, tak sama seperti dulu yang bisa diajak becanda. "Istrinya White mana Tante, kita pengen kenalan."
"Pengen kenalan apa penasaran?" cibir Andi.
"Hehehe, dua duanya."
"Tak perlu terlalu penasaran, takutnya tak sesuai ekspektasi kalian," White akhirnya mengeluarkan suara. Dia berfikir pasti teman-temannya mengira jika istrinya secantik Raya. Dia takut jika mereka kecewa saat tahu jika Airi tak secantik itu.
"Bentar lagi dia kesini. Tadi masih bikinin minuman buat kalian," sahut Mama Nuri.
"Emang dirumah ini gak ada pembantu, Tante?" Lagi-lagi, Andi mendapat gaplokan dari Arya. Mana mungkin CEO dirumahnya gak ada pembantu. Pertanyaan yang sungguh memalukan.
"Ada, tapi Airi sendiri yang tadi menawarkan diri mau membuatkan kalian minuman."
"Wuih, baik bener," celetuk Andi. "Kayaknya spek bidadari nih."
"Aku bilang gak usah terlalu membayangkan yang tinggi, dia biasa saja," ujar White. Kenapa dia tiba-tiba gelisah. Takut jika teman-temannya meledek saat tahu Airi tak secantik Raya.
Tak lama kemudian, terdengar suara derap langkah yang makin mendekat. Fokus mereka langsung kearah sana. Tak lama kemudian, seorang wanita cantik muncul dari dalam dengan senyuman yang menawan. Kedua tangannya memegang nampan berisi minuman berwana orange.
Airi tersenyum pada mereka lalu meletakkan minuman satu persatu kehadapan masing-masing.
"I-ini istrinya White, Tante?" tanya Helen. Mendengar suara Helen yang sepertinya terkejut, White makin yakin jika Airi jelek.
"Iya," jawab Mama Nuri. "Namanya Airi."
Mereka berdiri lalu bergiliran menyalami Airi sambil menyebutkan nama.
"Karena sudah ada Airi, Tante kebelakang dulu ya," pamit Mama Nuri dan langsung diangguki oleh mereka.
Airi menggantikan posisi Mama Nuri, duduk disebelah White.
Andi dan Budi terus menatap Airi, dan baru berhenti saat Arya menegurnya. "Jaga pandangan kalian. Jangan mentang-mentang White gak lihat, kalian bebas melototin istrinya."
"Maaf," ujar Andi dan Budi bersamaan. Airi hanya tersenyum menanggapi permintaan maaf mereka. "Maaf White, kita gak ada maksud apa-apa kok, apalagi mau ngelecehin istri kamu," lanjut Andi. "Kami hanya sedang mengagumi makhluk ciptaan Tuhan. Istri kamu beneran cantik White, spek bidadari. Raya mah lewat."
White menoleh ketempat Airi duduk. Dia hanya tersenyum getir, menganggap jika semua orang sedang membohonginya demi menjaga perasaannya. Dia tetap yakin, Airi tak secantik itu, apalagi lebih cantik dari Raya.
"Oh iya, kita makan donat yuk." Helen membuka kantong keresek berisi sekotak donat. Dia mengangkat kotak tersebut dan menyodorkan pada Airi. "Ini donat kesukaan White."
Airi bingung mau memilih varian yang mana, dia tak tahu sama sekali kesukaan suaminya. Melihat itu, Helen langsung paham. "White suka yang green tea."
"Oh, terimakasih." Airi mengambil sebuah donat dengan toping greentea. Dia berbisik pada White untuk membuka mulut agar dia bisa menyuapinya. Karena ini didepan teman-temannya, White menuruti kemauan Airi. Dia membuka mulutnya dan membiarkan Airi menyuapinya.
White terkejut saat sudut bibirnya disentuh oleh jemari yang sangat lembut. Airi membersihkan glaze yang mengenai sudut bibir dan pipinya menggunakan jemari.
"Astaga, mesra sekali pengantin baru ini," ujar Helen yang ikutan baper.
"Airi, kenapa kamu gak ikutan makan?" tanya Arya yang sejak tadi hanya melihat Airi menyuapi White, tanpa ikut mencicipi.
"Aku diet, sementara tak makan makanan yang terbuat dari tepung," bohong Airi. Dia paham jika White tak akan mungkin mau jika mereka berbagi 1 donat bersama sama.
White sedikit lega, sejak tadi dia agak sedikit ragu mau menerima suapan Airi, takut jika didonat itu ada bekas gigitan Airi.
Mereka menikmati donat bersama sama, kecuali Airi, yang hanya melihat dan menelan ludah saja.
"Oh iya White, apa kamu kenal dengan Lovely?" tanya Andi.
"Lovely?" White mengerutkan kening, mengingat ingat apa dia punya kenalan bernama Lovely.
"Putri pemilik SE Corp," lanjut Andi.
"Oh dia," White mengangguk. "Aku hanya tahu, tapi tidak kenal."
"Kau yakin tidak kenal?" tanya Andi lagi.
"Iya, aku tidak kenal. Tapi dia selebgram yang populer, jadi aku tahu, meski tidak kenal."
Airi yang dulunya bekerja di SE Corp, jelas tahu siapa itu Lovely dan kebetulan mereka kenal. Tapi Airi diam saja, takut dikira sok kenal, karena Lovely sangat populer.
"Aneh," Andi mengetuk ngetuk kepalanya.
"Apanya yang aneh?" tanya Helen.
"Kemarin dia mentraktir semua orang dicafe," jawab Andi.
"Terus dimana letak keanehannya. Diakan emang banyak uang," Arya ikut komentar.
"Bukan itu masalahnya. Tapi dia mentraktir semua orang untuk merayakan pernikahan White dan Airi."
Teman-teman White seketika melongo karena heran. Beda dengan Airi, dia paham kenapa Lovely melakukan itu. Gadis itu pasti sangat bahagia melihatnya menikah, karena sejak dulu, Lovely mengejar Ryu, mantan kekasih Airi.
ada haidar anak rania
lovely anak saga
ryu anak meo
anak asep jg nongol bentar/Good/