EKSKLUSIF HANYA DI NOVELTOON.
Nanda Maheswari tak pernah menyangka bahwa ia akan mengandung benih dari Langit Gemintang Laksono tak lama setelah pria yang ia cintai secara diam-diam tersebut merudapaksa dirinya karena emosi dan salah paham semata. Terlebih Langit saat itu di bawah pengaruh alkohol juga.
"Aku benci kamu Nan !!" pekik Langit yang terus menggempur Nanda di bawah daksa tegapnya tanpa ampun.
"Tahu apa kamu soal cintaku pada Binar, hah !"
"Sudah miskin, belagu! Sok ikut campur urusan orang !"
Masa depannya hancur berantakan. Kehilangan kesucian yang ia jaga selama ini dan hamil di luar nikah. Beruntung ada pria baik hati yang bersedia menutupinya dengan cara menikahinya. Tetapi naas suaminya tak berumur panjang. Meninggal dunia karena kecelakaan.
"Bun, kenapa dunia ini gelap dan kejam?"
Takdir semakin pelik bagi keduanya. Terlebih Langit sudah memiliki istri dan satu orang anak dari pernikahannya.
Update : Setiap Hari.
Bagian dari Novel : Sebatas Istri Bayangan🍁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 - Bermain Bersama
"Nama Papaku Charlie, Om. Lengkapnya Charlie Hudson. Tapi Papa sudah meninggal saat Bunda melahirkanku," jawab Elang lirih.
"Tapi ayahku masih hidup, Om. Laksono namanya," batin Elang sendu.
Ya, Elang tak mengatakan nama ayah kandungnya. Sebab ia teringat pesan Bundanya.
"Nak, Bunda mohon dengan sangat. Jika ada orang lain siapa pun itu yang bertanya padamu nama ayah kandungmu dan juga nama Bunda, jangan menyampaikan pada mereka. Kamu bisa menyampaikan nama Papa Charlie dan nama Bunda Ari," pinta Nanda pada Elang saat pertama kali Elang mengetahui nama ayah kandungnya dari bibir Nanda.
"Kenapa Bun?" tanya Elang.
"Kelak jika Elang dewasa nanti pasti mengerti dan memahami maksud Bunda. Semua demi kebaikan kita bersama, Nak. Bunda sangat sayang sama Elang. Anak Bunda yang baik hati ini mau kan melakukan permintaan kecil Bunda tadi ?"
"Baik, Bun. Elang janji akan lakuin semua perintah Bunda. Elang sayang Bunda banyak-banyak," ucap Elang yang dibalas pelukan hangat oleh Nanda pada tubuh putranya tersebut.
Sepintas di benak Langit saat menatap wajah Elang seakan melihat rupa dirinya sendiri sewaktu kecil. Namun ia berusaha untuk berpositif thinking dan melupakan perasaan aneh tersebut. Namun sejujurnya ia masih cukup tergelitik dengan sosok Elang. Bocah lelaki yang menjadi anak spesial seperti Ara, putrinya.
"Nama Papamu mirip nama bule. Tapi kalau Om sepintas lihat, wajahmu sangat pribumi. Apa mungkin kamu mirip ibu kamu?"
"Iya, Om. Mungkin aku lebih mirip ke Bunda. Soalnya Bunda orang Indonesia asli. Tapi sayang, aku belum bisa lihat wajah Bunda yang cantik." Elang seketika tertunduk lesu dan suaranya terdengar sendu.
"Yang beri nama kamu Elang pasti Bundamu ya? Kan kamu bilang Papamu sudah meninggal sewaktu Bunda melahirkanmu,"
"Iya, Om. Bunda yang beri nama aku Elang,"
"Aku baru sadar nama kita agak mirip, Om. Mungkin Bunda suka dengan nama Elang," ujar Elang seraya tersenyum tipis.
"Mungkin juga Bunda sangat mencintai Ayah. Jadi aku diberi nama Elang biar jadi anak yang kuat," batin Elang kembali sendu.
"Ehm, nama Bundamu siapa Nak? Siapa tahu Om kenal. Hehe..."
"Nama Bundaku, Ari. Apa Om mengenalnya?"
Deg...
"Kenapa nama Bundanya mirip panggilanku kalau lagi ngerjain Nanda?" batin Langit seketika teringat bayangan masa lalunya saat ia berkuliah di UGM.
☘️☘️
"Ih kamu resek banget sih, Lang. Jorok tahu!!" omel Nanda sewaktu mereka berdua makan di warung langganan dekat kampus sambil menunggu Binar selesai kelas.
Langit membuang bekas tisu yang terdapat ingusnya di depan Nanda. Untung makanan Nanda dan Langit belum datang ke meja mereka. Alhasil Nanda pun mengomel pada Langit.
Sebab Nanda tipe wanita yang selalu rajin bersih-bersih dan merapikan sesuatu. Sedangkan Langit memang tipe rapi pada penampilan luarnya saja namun aslinya dirinya sering membuat kamar berantakan dan malas membereskan.
Langit sedang pilek hari itu karena kemarin dirinya kehujanan saat pulang dari kampus ke kosannya. Kebetulan Langit selalu ke kampus naik motor. Ia bisa saja meminta mobil pada orang tuanya. Namun ia memilih bersikap sederhana karena yang ia tahu Binar menyukai laki-laki yang tak memanfaatkan kekayaan dan kekuasaan orang tua.
Alhasil ia ingin bersikap sebagai laki-laki yang hidup sederhana. Tentu dengan maksud dan tujuan agar Binar melihatnya. Tujuan terakhir tentu berharap suatu hari nanti ia mampu mengutarakan cinta pada Binar dan dibalas oleh wanita tersebut yang juga menjadi sahabatnya.
Obsesi dan cinta memang beda tipis seperti cinta dan benci. Namun banyak orang yang terlambat menyadari akan hal tersebut.
"Tolong buangin ingusku," pinta Langit yang senang menjahili Nanda.
"Idih males banget. Laki-laki kok jorok banget sih !"
"Tampilan saja kece badai tapi jorok. Piye toh Mas," ledek Nanda.
Namun Nanda tetap membuang tisu kotor milik Langit tersebut ke tempat sampah.
"Dasar Ari-Ari !"
"Kalau sudah ngomel kayak emak-emak yang kurang jatah bulanan saja," balas Langit.
"Ih, Lang. Namaku Nanda kok jadi Ari-Ari sih !" gerutu Nanda tak terima.
"Lah kan namamu Nanda Maheswari. Aku panggil Ari-Ari enggak masalah kan," jawab Langit seraya tersenyum tipis sengaja menggoda sahabatnya yang duduk di depannya. Melihat Nanda menekuk wajahnya dan bibirnya manyun semakin membuat Langit senang menggoda sahabatnya tersebut.
"Tau, ah. Males banget temenan sama kamu!" ketus Nanda seraya memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Jangan benci nanti jadi cinta loh," ledek Langit seraya terkekeh.
Deg...
Nanda terkejut mendengar kalimat Langit barusan. Tetapi ia tahu Langit hanya bercanda padanya.
"Aku memang sudah jatuh cinta sama kamu, Lang." Nanda hanya bisa bergumam dalam hati.
Nyalinya tak berani untuk mengucap cinta secara terbuka pada Langit. Ia merasa minder karena jarak antara dirinya dengan Langit seperti planet Bumi ke Pluto. Sangat jauh terbentang. Terlebih ia tahu jika Langit menyukai Binar. Maka ia hanya bisa menyimpan cintanya dalam hati secara diam-diam.
☘️☘️
Saat Langit akan menanyakan lebih lanjut pada Elang soal Bundanya, tiba-tiba Ara menginterupsinya.
"Papa," rengek Ara seraya mengerucutkan bibirnya.
"Kata na mau main. Ayo..." ucap Ara seraya menarik-narik lengan Langit.
"Oh, iya. Maaf sayang. Papa hampir saja lupa. Ayo kita berangkat bermain," ucap Langit penuh antusias.
"Holeee..." teriak Ara.
"Ayo Kak Elang. Kita main belcama," ajak Ara yang menggandeng tangan Elang.
"Hah," Elang pun membeo. Ia terkejut dan bingung.
Langit pun paham. Akhirnya ia menjelaskan pada Elang kalau Ara ingin mengajaknya ikut bermain.
"Gimana ya, Om?" Elang pun merasa tak percaya diri bermain bersama Ara dan Papanya. Ia sangat tahu jati diri keluarganya berasal. Hanya dari keluarga tak berpunya. Beda jauh dengan keluarga Ara yang ia prediksi pastinya kaya raya.
"Hiks...hiks...hiks..."
"Kak Elang main temenin Ala ya," rengek Ara seraya menangis di depan Elang.
Akhirnya Elang pun tak kuasa menolak permintaan Ara dan Langit. Mereka semua bergegas pergi dan Langit mengajak Elang serta Ara bermain di Trans Studio Bandung.
Elang, Ara dan Langit bermain sepuasnya di sana. Menikmati makan siang dan hampir banyak wahana anak-anak mereka coba. Senyum bahagia jelas terpancar pada ketiganya baik Langit, Elang dan Ara.
Bahkan saat Langit mengantar Elang pulang, dua bocah itu tertidur di bangku penumpang dengan saling berpelukan. Langit tersenyum melihatnya. Entah mengapa hari ini dirinya begitu bahagia melihat Ara yang tersenyum. Sebab putrinya itu tak biasanya, riang seperti hari ini.
Sebelum Elang tertidur di mobil, ia sempat menanyakan gang rumahnya. Hari sudah sore dan setibanya di depan gang, ia pun mengelus rambut Elang dan membangunkannya.
"Nak, sudah sampai." Langit pun berkata lembut saat membangunkan Elang.
Elusan tangan Langit pada rambutnya seketika membangunkan Elang.
"Hoam..."
"Eh, sudah sampai ya Om?"
"Iya, Nak."
"Makasih banyak ya, Om. Aku pulang dulu. Aku tadi lupa kabarin Bunda. Mungkin sekarang Bunda sudah pulang atau masih di jalan," ucap Elang.
"Bunda kamu kerja, Nak?"
"Iya, Om. Bunda kerja keras demi aku buat sekolah yang tinggi sekaligus biaya operasi mataku jika nanti sewaktu-waktu ada donor kornea mata yang cocok untukku," jawab Elang.
Terenyuh. Ya, itulah yang dirasakan Langit Gemintang Laksono mendengar bahwa ibu kandung Elang sosok wanita yang pekerja keras. Ditinggal pergi untuk selama-lamanya oleh suami tercinta tetapi mampu berdiri tegap dan mandiri di atas kakinya sendiri demi menghidupi anak spesial seperti Elang.
"Om antar kamu ke rumah ya?"
Bersambung...
🍁🍁🍁
trs bpk kandung ny nikah di jodohin nenek kandung nya yg mau mantu sederajad tapi asal muasalnya picik semua
kasihan alea uh salah jalan, langit juga tersiksa pnya mak rempong sombong gini