Tahap Revisi
Karya pertama
Clara berprofesi sebagai seorang dokter yang sangat jenius di usianya yang masih 22 tahun sekaligus seorang ilmuan yang meracik obat dan racun, dia merupakan anak dari seorang mafia yang terkenal kejam no.1 di dunia.
Maka dari itu Clara di latih oleh orang tuanya untuk bisa beladiri. Tak hanya itu, Clara sosok gadis yang bermultitalenta nan juga cantik. Hingga pada suatu hari, Clara mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, hingga membuatnya kecelakaan dan terjun ke Jurang.
Dan saat itulah rohnya berpindah ke dimensi zaman dunia kuno menjadi seorang putri yang terbuang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keributan Selir Sun Yi
** Hay semua readers, kalau sudah baca jangan lupa tinggalkan jejak yah. Like, Komen, Rate, dan Vote yah.
Kalau boleh kasih hadiah juga yah****
Terima kasih...
Happy Reading guys....
Setelah membereskan semua peralatan operasinya, kemudian menyuruh Nuan untuk mensterilkan alat-alat tersebut.
Nuan sudah terbiasa dan paham dengan kata-kata aneh yang biasa keluar dari mulut nona nya, sedangkan Hanzo diberi tugas untuk mengumpulkan org*n dalam dari mayat yang didapat tadi, meskipun bertanya-tanya dalam hati untuk apa org*n dalam manusia ini dikumpulkan tidak mungkinkan untuk dimakan, Hanzo bergidik ngeri dengan pikirannya sendiri
Lain halnya Lian Wei yang berpikir 'lumayan kan masih dipakai jika ada yang membutuhkan' , tenang saja diruang dimensi Lian Wei terdapat alat khusus dari masa depan untuk menyimpan org*n dal*m manusia agar masih segar dan hidup.
Contohnya jantung tersebut masih berdetak meski telah lepas dari tempatnya, itulah canggihnya membuat Lian Wei berdecak senang.
Setelah melepas array pelindung, dia bergegas keluar ternyata disana sudah ada permaisuri, putra mahkota, pangeran kedua dan tangan kanan mereka masing-masing beserta pelayan.
"Wei'er bagaimana keadaan yang mulia kaisar?" Tanya permaisuri, raut wajah cemas tergambar di wajah cantiknya meski tidak muda lagi.
"Mama memang selalu cantik dan selalu setia sama papa" Kata Lian Wei dalam hati tersenyum.
"Yang mulia Kaisar sedang dalam pemulihan, yang Permaisuri bisa menjenguknya esok hari" Ucapan Lian Wei menjadi tolakan halus untuk semua yang ingin masuk melihat kaisar.
"Terimakasih sudah menyembuhkan yang mulia kaisar" Ucap permaisuri tulus memeluk tubuh Lian Wei.
"Sebaiknya, kita mengeluarkan seluruh racun yang ada ditubuh permaisuri, putra mahkota Yan Xu dan pangeran kedua Jun Mi" Kata Lian Wei setelah pelukan mereka terlepas.
"Tidak,tidak, sebaik Meimei beristirahat. Besok saja mengeluarkan racunnya" Tolak Putra Mahkota tegas, dia melihat wajah Lian Wei terlihat lelah dan sedikit pucat.
"Baiklah, Meimei akan beristirahat. Sebaiknya berita tentang pengobatan dan pemulihan kaisar jangan disebar dulu sebelum kaisar benar-benar pulih" Peringat Lian Wei, membuat semua mengangguk setuju, jika musuh mendengar mereka akan lebih waspada.
"Semua yang ada disini tutup mulut kalian! Telinga kalian seolah tidak mendengar apa-apa paham!" Tegas Putra Mahkota mengeluarkan aura mengintimidasi membuat ranah yang berada dibawahnya merasa sesak.
"Baik yang mulia Putra Mahkota" sahut mereka kompak.
"Kamar Kaisar sudah diberi array pelindung, jadi siapapun mencoba mendekatinya akan mati mengenaskan" Peringat Lian Wei dengan mata tajamnya, membuat para bawahan meneguk ludahnya susah payah.
Lian Wei bergegas ke arah pavilium bersama Nuan untuk beristirahat, setelah meminum air suci, dia langsung mengistirahatkan tubuhnya.
Keesokan harinya, Lian Wei bangun dengan keadaan yang segar bugar. Setelah mandi dan sarapan ala dirinya sendiri yaitu sandwich dan susu murni. Jangan tanya dimana dia mengambil roti dan susu, sebab semenjak ranah tingkatan kultivasinya naik, rumah tempat tinggal diruang dimensi pun ikut berubah. Terdapat supermarket yang jika di ambil akan kembali terisi.
Saat sarapan, permaisuri, putra mahkota shao Yan Xu dan pangeran kedua Shao Jun Mi datang ke kamarnya.
"Salam yang mulia permaisuri, putra mahkota dan pangeran kedua" hormat Lian Wei dan Nuan
"Maaf mengganggu waktu sarapan Wei'er" ucap permaisuri merasa bersalah.
"Tak apa ibunda, mari duduk! Apakah ibunda sudah sarapan?" Tanya Lian Wei perhatian.
"Yah ibunda sudah sarapan, para pelayan yang bertugas memasak sesuai resep yang Wei'er berikan beserta bumbu-bumbunya" Jawab permaisuri senang dengan mata berbinar, dirinya tak perlu lagi makan-makanan hambar.
Mereka membiarkan Lian Wei sarapan terlebih dahulu.
Setelah mereka duduk, mereka merasa heran dengan makanan yang di santap oleh Lian Wei sebab baru pertama kali melihatnya
"Wei'er, kau makan apa?" Tanya putra mahkota Yan Xu penasaran, meskipun sudah sarapan tapi melihat Lian Wei menyantap makanan dia seperti ingin mencobanya.
Melihat Putra Mahkota dan pangeran kedua ngiler dengan makanannya Lian Wei berinisiatif menawarkan "Apakah Gege mau mencobanya?" Tawar Lian Wei.
"Bolehkah?" mata putra mahkota berbinar terang.
"Hem, cobalah" menyodorkan piring berisi sandwich yang kebetulan dia buat banyak.
"Ini sangat enak, sangat mudah jika dibawah dalam perjalanan" Puji putra mahkota saat sandwich sudah masuk kedalam mulutnya.
Pangeran kedua meneguk ludahnya, kemudian dia juga mengambil sepotong sandwich saat melihat Lian Wei memberikan kode untuk mengambilnya.
"Ini benar-benar enak" pujinya dengan mulut penuh makanan.
Permaisuri melihat kedua putranya seperti itu hanya menggelengkan kepala, sejak kapan kedua putranya makan banyak pikirnya.
Selesai dengan drama sarapannya, Lian Wei bersama rombongan permaisuri berjalan menuju pavilium, dari kejauhan mereka melihat prajurit berkumpul bersama selir Sun Yi dan pangeran ketiga.
Mereka melangkah kan kakinya sedikit cepat, menuju ke arah keributan.
"Lancang!" Teriak pangeran ketiga dengan suara menggelegar menunjuk para pengawal yang menjaga.
"Ada apa ini?" Tanya putra mahkota dengan nada datarnya. Mereka berbalik dan terkejut melihat putra mahkota bersama yang lainnya.
"Salam yang mulia permaisuri, Putra Mahkota, dan pangeran kedua" Sahut mereka kompak setelah sadar dari terkejutnya.
"Ada apa ini?" Tanya putra mahkota mengulang pertanyaannya tanpa mempedulikan salam mereka. Lian Wei melihat seorang prajurit tergeletak tewas dengan luka bakar, dia sudah tahu apa yang terjadi apalagi melihat mata dari selir Sun Yi.
"Kenapa prajurit itu bisa tewas?" Tunjuk Lian Wei pura-pura tidak tahu, dengan suara yang dibuat-buat terkejut.
Pandangan semua orang mengarah kepada arah tunjuk Lian Wei.
"Bukankah itu prajurit yang berjaga di kediaman perdana menteri kiri?" Tanya Putra Mahkota melihat lencana dari prajurit tersebut. Melihat situasi yang tidak menguntungkan selir Sun Yi segera mencari solusi.
"Putra Mahkota, prajurit ini hanya di utus untuk melihat keadaan yang mulia, sebab perdana menteri sangat khawatir keadaan yang mulia Kaisar tapi para pengawal ini melarang kami masuk bahkan membunuh prajurit dari kediaman menteri kiri" Selir Sun Yi menjawab dengan setenang mungkin meski masih terdengar panik jika orang mendengarnya dengan jeli.
"Oh seperti itu, bukankah prajurit yang berjaga sudah diberi tahu, bahwa jangan ada yang mendekat ke kamar yang mulia Kaisar" Putra Mahkota bertanya santai tapi membuat orang meneguk ludahnya kasar.
"Pengawal kau kesini!" Panggil putra mahkota pada prajurit yang berjaga, membuat selir dan pangeran ketiga diam-diam tersenyum mengira putra mahkota percaya dan membela mereka.
"Ya yang mulai putra mahkota" sahutnya membungkuk hormat.
"Ceritakan apa yang terjadi!" titah putra mahkota membuat selir Sun Yi dan pangeran ketiga melotot tidak percaya. Mereka mengira putra mahkota langsung menghukum nya.
"Ampun, putra mahkota, hamba dan teman hamba tadi berjaga dari malam. Saat pagi menjelang (Maksudnya subuh) tiba-tiba hamba mendengar teriakan dari arah belakang dan saat hamba pergi mengeceknya ternyata prajurit tersebut sudah tewas dalam keadaan seperti itu" Jelasnya menunduk sambil menunjuk prajurit yang tewas.
"Dia berbohong yang putra mahkota!" Teriak selir Sun Yi, matanya menyiratkan kepanikan. Membuat Lian Wei dan yang lainnya tersenyum dalam hati saat melihat seseorang menyeringai diam-diam.
"Kena kau"