Pertemuan antara lelaki bernama Saddam dengan perempuan bernama Ifah yang ternyata ibu kosnya Ifah adalah gurunya Saddam disaat SMA.
Ingin tau cerita lengkapnya, yuk simak novelnya Hani_Hany, menarik loh... jangan lupa like, komen, dan ajak para readers yang lain untuk membaca. yuks
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 7
"Sebenarnya kak, ada mi yang mau lamar k kak. Kalau kita bagaimana kak, sudah siap kah?"
"Kalau saya mau ku kasih selesai dulu S2 ku de, kalau mau ki menunggu. Karena harus k juga kumpulkan uang de, belum paka juga bicara sama orang tuaku de." ucap Brian menjelaskan, dia anak bungsu dan ibunya telah wafat.
"Maaf ya kak mungkin kita tidak bisa lanjut ke jenjang lebih serius." ujar Ifah tidak enak hati.
"Ya sudah gak apa² de." jawabnya lesu.
"Permisi, ini pesanannya." ucap penjual bakso lalu meletakkan pesanan Ifah dan Brian di atas meja.
"Terima kasih pak." ucap mereka bersama. "Makan lah." ujar kak Brian.
"Hhmm kakak juga." ucap Ifah lalu makan baksonya. "Maafkan aku ya kak, aku gak bisa menerimamu karena pesan almarhumah harus mencari calon suami yang lengkap kedua orang tuanya." batin Ifah.
Usai makan mereka pulang melewati pantai.
"Singgah dulu yuk dik?" tanya kak Brian.
"Boleh kak." jawab Ifah dibelakang dengan suara agak keras. Akhirnya mereka berhenti tepat dibawah pohon, banyak orang lalu lalang menggunakan kendaraan beroda dua mau pun beroda empat.
"De, sudah tidak ada betul kah kesempatanku? Coba pikirkan ulang de." ucap Brian memelas. "Belun paka pernah bahas ini ke ayahku de. Kita tau sendiri kan kalau ibuku sudah tidak ada? Mungkin aku akan sampaikan ke Rektor tentang niat baikku ke kita de. Asal mau sabar ki!" imbuhnya.
"Maaf ya kak. Mungkin memang Ifah bukan jodoh kakak. Ifah bukan yang terbaik buat kakak, Ifah akan doakan semoga kakak dapat yang lebih baik dari Ifah." ucap Ifah tidak enak hati.
"Ya sudah jika itu keputusanmu de, semoga itu yang terbaik." jawabnya dan Ifah hanya tersenyum lega.
"Semoga niatmu memang tulus mendoakan aku kak." batin Ifah. "Karena dari pancaran matanya terlihat ada kesedihan yang mendalam." imbuhnya.
"Ayo aku antar pulang." ucap kak Brian mencoba tersenyum dan baik² saja, Ifah mengangguk mengiyakan.
"Apa sedalam itu cintamu untukku kak? Maaf ya kak." batin Ifah. Mereka pulang, Ifah diantar hingga didepan kosnya.
"Terima kasih kak." ucap Ifah.
"Iya. Aku langsung ya!" ucap kak Brian.
Ifah masuk dengan perasaan lega karena sudah menyampaikan niatnya pada kak Brian.
"Cie habis jalan sama siapa tuh?" ledek Suci.
"Sstt dilarang kepo ya!" jawab Ifah sambil tersenyum.
***
Beberapa hari kemudian Ifah bertemu dengan Saddam.
"Dimana ki?" tanya Saddam melalui chat.
"Di kos kak, ada apa?" tanya Ifah balik.
"Aku di depan, turun lah." ujarnya.
"Hm tunggu ya!." balasnya lagi.
"Ada apa ya kak Saddam tiba² di depan kos?" batin Ifah bertanya².
Ifah berganti pakaian lebih sopan lalu turun ke lantai satu tepatnya depan kos untuk menemui Kak Saddam.
"Maaf lama ya? Ada apa kak? Kok tiba² chat ada didepan?" tanya Ifah beruntun.
"Tanyanya satu per satu de, kamu gak lama kok tapi cukup buat menunggu. Hehehe." ucapnya bercanda. "Begini, aku mau kasih ini." dia sodorkan dua cincin imitasi berwarna kuning emas. "Tadi dari kerja lalu singgah ditoko beli ini dan sekalian singgah disini deh." ucap Saddam menjelaskan.
"Wah bagus. Kenapa keburu beli ginian kak?" tanya Ifah sambil menutup mulutnya dengan telapak tangannya. "Terlalu berlebihan kak." imbuhnya.
"Ini sebagai bukti kalau aku serius de. Kamu mau pake? Sini jari manisnya." ucap Saddam lalu Ifah menyodorkan jari manisnya sebelah kiri.
"Nah kan pas." ucap Saddam lagi.
"Bagus kak. Jadi kakak serius? Tapi aku belum punya jawabannya kak!" seru Ifah serius.
"Iya aku serius de. Pakailah, jika memang nanti saatnya kamu menjawab kemudian kamu menolak maka kembalikan cincin itu padaku." ujarnya sambil tersenyum ramah.
"Baiklah." jawab Ifah singkat. "Aku ke atas ya kak." pamit Ifah lalu naik ke lantai dua dengan tersenyum. Saddam hanya mengangguk lalu tersenyum melihat tingkah Ifah yang malu².
"Kayaknya pertanda baik, semoga benar² baik." batin Saddam lalu meninggalkan kos Ifah.
Tiba dilantai dua Ifah dapat ledekan lagi.
"Kayaknya senior jatuh cinta." ledek Ocha.
"Kamu ini ada² saja Cha." jawab Ifah singkat lalu masuk kamarnya.
"Beneran kah kak?" teriak Ocha masih penasaran.
"Gak Cha, lagi dapat perhiasan saja!" jawab Ifah asal.
"Bagi² kak. Aku juga mau!" masih menyahut dan Ifah hanya diam saja lalu memotret cincin tersebut untuk diposting di wa.
"Tanda keseriusan." bagitu lah caption cincin di upload.
"Cie. Kak Ifah. Uhuy." komen Ocha yang utama.
"Ocha." teriak Ifah dari kamar sebelah.
"Yu hu." jawab Ocha dengan santainya, untung kos sedang sepi.
"Ocha dilarang berisik nah!" ucap Ifah saat nyemperin kamar Ocha.
"Iya kak. Tenang saja!" jawabnya sambil mengunci mulutnya dengan jari.
"Bagus. Aku percaya padamu!" ucap Ifah lalu keluar dari kamar Ocha. "Semoga dia gak ember." batin Ifah.
Banyak yang komen status Ifah di wa bahkan di fb juga. Mereka penasaran siapa kah gerangan yang dapat meluluhkan hati batu setelah ditinggal begitu saja oleh kekasihnya?
"Masih rahasia." jawab Ifah dari beberapa pertanyaan yang muncul dan diajukan oleh teman²nya.
Masuk pada bulan Desember 2017 kini waktunya Ifah makin dekat untuk memberi keputusan pada Saddam.
"Sebentar lagi waktunya de. Jangan lupa ya!" peringat Saddam melalui chat.
"Siap kak. Nanti kita pergi ke Masamba ya kak? Kita ziarah ke makam ibuku." balas Ifah sudah siap memberikan jawaban.
"Hari Ahad ya de kita ke Masamba karena Sabtu masih ada kerjaan. Tapi hari Sabtu jadwal ta menjawab pertanyaan ku." peringat Saddam.
"Iya kak. Jadwanya Sabtu tapi kalau pergi ke Masamba Ahad berarti jawabannya Ahad juga kak." balas Ifah.
"Ok de." Saddam mengakhiri percakapan mereka, hampir tiap hari mereka saling komunikasi, bertukar pesan dan saling menanyakan kabar.
Tepat pada hari Sabtu Saddam chat Ifah.
"Bagaimana jawabannya de, sudah siap jawab?" chat Saddam masuk pagi².
"Besok kak. Kan kesepakatan kalau jadi ke Masamba akan aku jawab." balas Ifah.
"Baik lah dik." balas Saddam lagi. Mereka melakukan aktivitas masing². Keesokan harinya mereka jadi berangkat berlima ada Ifah, Saddam, Nca (Adik Ifah), Novi (Adik Saddam), dan Galang teman Saddam.
"Kak, jemput temanku dulu yuk! Aku mau ajak dia." ucap Novi.
"Ok. Dimana rumahnya?" tanya Saddam sambil fokus mengendalikan kemudi.
"Ini ada dishare lokasinya." jawabnya.
"Ok. Daerah mana?" tanyanya lagi.
"Sebelum Lamasi besok kanan. Masuk dalam lorong dekat bengkel."
"Oh dekat itu." ucap Saddam.
Beberapa menit kemudian mereka sampai di rumah yang dituju, rumah teman Novi namanya Jesika.
"Itu rumahnya kak." tunjuk Novi.
"Ok. Dia sudah siap kah?" tanya Saddam lagi.
"Sudah tinggal dijemput saja."
"Bagus lah. Biasa itu perempuan lama." sahut Galang.
"Sudah siap mi dia kak." sahut Novi membela temannya. Berselang sepuluh menit datang temannya lalu masuk ke dalam mobil.
"Sorry lama, ada na suruhkan k mamaku." ucap Jesika tidak enak.
"Gak kok." jawab Novi dan yang lain jadi pendengar kemudian mobil melaju membelah jalanan yang tidak macet karena hari libur.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Happy Reading!