Berawal dari pernikahan yang dipaksakan dan berujung rumah tangga yang di hancurkan oleh pelakor...
Apakah Anita akan menangis dan merebut kembali suaminya??
Ohh.. tidak harga diri itu penting menurut Anita jika memang suami nya lebih memilih pelakor itu yaa serahkan saja itung-itung membantu orang yang tidak mampu mencari mendamping hidupnya. Dan memberikan barang bekas nya pada orang lain selagi masih bisa di manfaatkan kenapa tidak?
Agar tak mubazir ucap Anita.
Jahat memang mulut Anita mengatakan jika suaminya adalah barang, tapi dengan begitu ia tau apa saja yang di lakukan suaminya di luaran sana.
Apalagi soal selingkuh dan KDRT yang pernah di lakukan oleh suaminya semakin membuatnya yakin untuk menyumbangkan suaminya itu kepada orang yang lebih membutuhkan.
Dan kalau dipikir selingkuh itu macam penyakit yang tak ada obatnya selain mati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EVI NOR HASANAH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 Kekasaran Ardi
Flash back off...
"Assalamualaikum Bu Yati"
"Walaikum salam ada Bu Sindy?"
"ada apa ada apa bayar hutang mu katanya seminggu ini sudah lewat dua hari, mau di bayar kapan?"
"belum ada Buk saya kemarin sudah ngomong sama Ibu untuk meminta tambahan waktu seminggu lagi dan itu juga akan saya bayar dengan bunga sesuai kesepakatan Bu".
" nggak nggak saya butuh uangnya, cepat kalau enggak Tv saya bawa".
Anita yang kebetulan lewat di depan rumah Bu Yati pun menoleh memperhatikan suara ribut- ribut dari arah rumah Bu Yati, Anita pun melangkahkan kaki nya menuju ke rumah Bu Yati yang ternyata sudah banyak orang yang menonton.
Anita mendekati Bu Yati yabg seperti tersudut di maki-maki oleh Bu Sindy.
"kenapa Buk?" tanya Anita pada Bu Yati dengan berbisik.
"Bu Sindy minta uangnya yang kemaren saya pinjam mbak, tapi saya belum ada uang saya sudah minta perpanjangan waktu kata Bu Sindi oke tapi kenapa udah lewat dua hari baru di tagih?" ucap Bu Yati menjelaskan.
"berapa utangnya Ibuk?"
"tiga ratus ribu mbak beserta bunganya dan denda lambar bayar total empat ratus ribu" ucap Bu Yati dengan nada memelas.
"nih Buk pake dulu uang ku" ucap Anita dengan meyerahkan lembaran uang yang di gulungnya pada genggaman Bu Yati.
"tapi mbak saya nggak punya uang buat gantinya"
"udah nggak papa Buk di pikir nanti aja" ucap Anita.
Setelah di yakinkan Anita Bu Yati pun maju menyerahkan uang yang tadi di sempilkan oleh Anita ke genggamannya.
"ini Buk lunas ya" ucap Bu Yati sembari menghitung lembaran uang merah yang ternyata totalnya lima ratus ribu, yang empat ratus ribu nya ia serahkan pada Bu Sindy.
"gitu dong dari tadi, saya kan nggak perlu teriak-teriak ngomelin situ" ucap Bu Sindy dengan mengambil secara cepat uang pemberian Bu Yati dan langsung pergi meniggalkan rumah Bu Yati yabg ternyata sudah banyak orang.
"astaga hutan cuman empat ratus ribu aja heboh nya kalau nagih kayak sudah hutang empat ratus juta aja, di pakein bunga lagi dasar rentenir" ucap Bik Nah.
"empat ratus ribu juga uang kan" ucap Bu Sindy enteng.
"makasih ya Mbak Anita, kalau nggak ada mbak mungkin orang itu belum pulang".
" sama-sama Buk".
"nanti kalau anak saya sudah kirim uang saya langsung kembalikan ke mbak uangnya" ucap Bu Yati.
"iya Buk saya pulang yaa" ucap Anita pamit untuk melanjutkan perjalanan nya mencari kitab suci. Eh !
***
"b4ngsat orang tua sudah bau tanah saja belagu, aku cuma minta gajih ku yang sudah dua bulan di tahan, karena nggak di kasih aku ambil sendiri di kasir".
" baik kalau begitu saya juga mau kamu kembalikan uang kios yang tempo hari kamu ambil dengan mengancam kasir saya".
"uang apa? Bapak jangan asal tuduh pak, mana buktinya kalau aku ambil uang kios?"
"Pak Jan" ucap Pak Adi memanggil salah satu karyawannya yang paling lama bekerja bekerja di situ, dan tugas dari Pak Jan adalah menjaga cctv kios oleh karena itu Pak Jan jarang terlihat di kios karena ia berada di ruang kendali cctv yang berada di ruang bawah.
Setelah di tampilkan rekaman cctv bukti kalau Ardi memang mengambil uang di kasir dengan mengancam kasir itu di putar, raut wajah Ardi yang semula menantang kini berubah pias dan pucat pasi.
Karena sudah kepalang basah, Ardi lalu pergi dengan mengendarai roda empat dengan logo Greenhijau itu pun masih milik Pak Adi mertuanya, mobil tersebut di serahkan pada Ardi karena Ardi yang bekerja merangkap sebagai supir di kios.
Brakkk...
Sesampainya di rumah Ardi pun membanting pintu mobil dan bergegas keluar menuju rumahnya.
"Putriiiiiiiii.... !" panggil Ardi dengan berteriak sekencang yang ia mampu.
Putri yang kaget akan teriakan suaminya ia pun tersentak dan kemudian lari dengan tergepoh- gepoh menuju suara panggilan suaminya.
"kenapa? Kenapa teriak- teriak?" tanya Putri keheranan.
"aku mau" ucap Ardi seraya membungkukkan badan Putri menghadap kancing celananya dan membuka sangkar p3rkutut nya.
"jangan begini yang bener Ardi" ucap Putri menolak ajakan Ardi. Ia tahu jika sudah meminta seperti ini Ardi akan sangat kasar dalam bermain.
"ayok cepat 3mut yang dalam"
Mau tidak mau Putri menuruti keinginan suaminya itu.
"ahhh... Hm... Lebih dalam hhh..."
Ardi yang tidak sabar akan sikap lambat Putri yang m3ngkulum p3rkutunya itu pun menjambak rambut Putri lalu memajukan bok0ng nya dengan cepat agar memudahkan p3rkututnya masuk lebih dalam.
Putri yang mendapat perlakuan tersebut sontak ingin muntah karena tersedak p3rkutut milik Ardi yang di paksa masuk lebih dalam.
Ardi pun menyeret tubuh Putri ke atas kasur melepaskan kain yang ada di badannya, lalu menjamah istrinya dengan kasar, ia memangut bib1r istrinya dengan kasar dan sesekali mengig1t kencang hingga keluar ca1ran mer4h melalui b1bir Putri.
Ardi membuka paksa s3gitig4 pengaman milik istrinya itu dengan sekali tarik, lalu ia memasukkan p3rkututnya dengan sekali hentakan hingga Putri menjerit dengan air mata yang lolos begitu saja.
"ahhh mmm.... Ahhh.. Sttt... Hhh..." pasutri itu begitu menikmati permainan panas di siang bolong, bukan mereka melainkan Ardi hanya Ardi yang menikmati permainan tersebut.
"pelan sakiit ahh... Pelan Ardi sakit... Hmm... Mptt.... sss..."
Putri yang meminta suaminya untuk berlaku lembut saat permainan pun hanya mendapatkan sumpalan bib1r dari suaminya, ia yang merasakan hentakkan yang kian keras hingga kepalanya terbentur dinding rumah pun hanya pasrah.
Tak hanya gunung k3mbar saja yang berg3tar karena hentakan dari suaminya namun badannya pun ikut tersentak, rasa perih di bagian mim3w dan sekujur tubuh karena Ardi yang terus memukul badannya sebagai pelampiasan saat memuaskan nafsunya.
Plakkk...
Plakkk....
Pakkk....
Tamparan yang terus di layangkan Ardi pada b0kong, tubuh, bahkan pipi istrinya pun tak terlewat, ia pun mengganti posisi menjadi gaya nung1ng.
Setelah berganti gaya ia pun dengan cepat memacu gerakkan b0kong nya agar cepat menuju puncaknya, ia menjambak rambut istrinya dengan kasar hingga istrinya itu mendongak keatas, lalu ia menjil4t t3linga istrinya sebagai pancingan agar istrinya itu juga merasakan ken1kmatan.
Gerakkan demi gerakkan yang hampir mencapai puncak, Ardi terus memacu b0kongnya dengan cepat sehingga tubuh istrinya terhentak-hentak dengan kasar.
Di rasa akan mecapai puncak ia menarik rambut istrinya dengan kasar lalu menghujam p3rkututnya dengan kasa4r dan akhirnya.
"ahhhhhh... Hhhmmm..... Hufttt...."
Setelah mencapai puncak dan memuncratkan l4har kedalam r4him istrinya Ardi langsung membaringkan badan dengan dada yang masih naik turun, seluruh badan kedua nya terlihat mengkilap karena keringat yang mengucur akibat permainan p4nas mereka.
Setelah Ardi membaringkan badan, Putri bergegas ke kamar mandi guna membasuh area m1mew dan sekalian mengguyur tubuh yang lengket karena keringatnya dan sang suami.
Di dalam kamar mandi Putri melihat bib1r, pipi, dan seluruh tubuhnya tampak kemerahan dan ada sebagian yang membiru mendekati warna hitam.
Padahal luka bekas siksaan Ardi yang kemarin saja masih belum sembuh di tambah lagi dengan perlakuan Ardi yang sekarang, Putri pun menangis dalam diam seraya mengguyur tubuh dengan air dingin yang ia harapkan dapat mengurangi rasa sakit yang di alaminya.
Sesaat terlintas nama Anita, mungkin karena ini mantan istri suaminya itu tidak mempertahan Ardi sebagai suaminya walau sudah di jelekan pula olehnya nya.
Putri sempat mengatakan jika Anita tak becus merawat Ardi suaminya, ternyata ini lah yang di dapatkan nya setelah menjadi istri sah Ardi yang ia ambil dari istri dan anaknya.