perjuangan Lucas untuk melawan nasibnya sebagai karakter sampingan dalam novel, dengan menantang alur yang sudah ditetapkan dan mencari jalan untuk bertahan hidup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yarn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 Kekacauan di Istana
Keesokan harinya, Lucas memutuskan untuk mempercepat latihannya. Waktu yang ia miliki semakin singkat, dan tanda-tanda kehancuran sudah mulai muncul. Dengan energi yang semakin kuat mengalir dalam tubuhnya, dia tahu bahwa pertarungan yang akan datang adalah ujian terbesar dalam hidup barunya. Lucas menghabiskan hari-hari berikutnya mempelajari berbagai mantra dari Elder Reynard, berlatih tanpa henti hingga tenaganya hampir habis.
Namun, meskipun Lucas sudah jauh lebih kuat dari sebelumnya, sebuah perasaan tidak tenang terus menghantuinya. Dalam novel, takdir Lucas Valenhart sudah tertulis dengan jelas. Bahkan dengan kekuatannya yang baru, dia tidak yakin apakah dirinya bisa menghindari kematian yang sudah tertulis.
"Apa kau masih meragukan dirimu sendiri?" tanya Reynard suatu malam, saat mereka duduk di depan perapian setelah sesi latihan yang panjang.
Lucas menghela napas panjang. "Aku tahu banyak tentang apa yang akan terjadi. Aku tahu kapan, di mana, dan bagaimana segalanya akan berakhir. Namun, semakin dekat aku dengan peristiwa itu, semakin aku merasa bahwa takdir terlalu kuat untuk diubah."
Reynard menatapnya dengan tajam. "Takdir memang sesuatu yang sulit dihadapi. Namun, kau sudah berjalan jauh, lebih jauh dari apa yang mungkin dicapai oleh banyak orang. Jika kau terus meragukan dirimu sendiri, maka kau akan jatuh pada nasib yang sama. Namun, jika kau percaya pada kekuatan dan pilihanmu, kau bisa mengubah segalanya."
Lucas merenungkan kata-kata Reynard, dan seketika itu, dia merasa keteguhan hatinya kembali. “Kau benar. Jika aku terus menganggap diriku hanya sebagai karakter sampingan, aku tidak akan pernah bisa mengubah apapun."
Malam itu, Lucas menghabiskan waktunya dengan membaca kembali Arkana Kuno: Kekuatan yang Terlupakan. Dia mempelajari mantra yang paling rumit dan berbahaya, meski tubuhnya mulai terasa kelelahan. Mantra-mantra itu bukan hanya untuk pertahanan, tapi juga untuk menyerang. Lucas menyadari, jika dia ingin bertahan hidup, dia harus siap untuk melawan, bahkan jika itu berarti harus melawan siapa pun—termasuk protagonis dari cerita ini, Damien Everhart.
Waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Keluarga Valenhart dipanggil ke ibukota untuk menghadiri pertemuan bangsawan. Di novel, peristiwa ini adalah momen di mana musuh kerajaan melancarkan serangan mendadak, mengakibatkan banyak bangsawan tewas, termasuk Lucas Valenhart. Namun, Lucas sudah bersiap. Kali ini, dia tidak akan menjadi korban yang pasrah.
Saat kereta mereka mendekati ibukota, Lucas melihat langit yang masih tampak muram dengan awan hitam yang berputar. Dia duduk diam di dalam kereta, mendengarkan pembicaraan keluarganya yang terdengar begitu jauh. Lord Frederick berbicara tentang urusan kerajaan, sementara Clara bercerita tentang latihan sihirnya yang terbaru. Lady Evelynn sesekali tersenyum tipis tanpa menunjukkan ketertarikan yang sebenarnya.
Lucas, di sisi lain, mempersiapkan pikirannya untuk apa yang akan datang. Dia sudah tahu bagaimana serangan itu akan terjadi. Musuh akan menyusup melalui gerbang kota dan melancarkan serangan saat para bangsawan sedang berkumpul di istana. Dia harus bergerak cepat dan bertindak sebelum semuanya terlambat.
Sesampainya di ibukota, keluarga Valenhart disambut oleh barisan pelayan istana. Lucas tetap tenang, mengamati sekelilingnya dengan teliti. Dia tahu bahwa di antara para penjaga, ada beberapa yang sebenarnya adalah mata-mata musuh.
“Lucas, ayo cepat,” panggil Clara sambil menarik tangannya. Gadis itu tampak bersemangat untuk menghadiri pertemuan bangsawan, sebuah kesempatan yang jarang terjadi bagi seorang anak seusianya.
Lucas tersenyum tipis dan mengangguk. “Ya, aku akan segera menyusul.”
Malam itu, pertemuan besar berlangsung dengan mewah di istana kerajaan Valenor. Ruangan besar dipenuhi oleh para bangsawan berpakaian megah, dengan lampu-lampu kristal yang menggantung di langit-langit, memancarkan cahaya lembut. Lucas berdiri di sudut, mengawasi ruangan dengan waspada. Dia tahu bahwa dalam beberapa saat lagi, semuanya akan berubah.
Dan benar saja, hanya beberapa menit setelah pidato Raja dimulai, teriakan terdengar dari luar istana. Ledakan keras mengguncang tanah, dan para tamu mulai panik. Lucas merasakan adrenalin mengalir dalam tubuhnya. Dia tahu inilah momen yang menentukan.
“Kalian harus keluar dari sini sekarang!” teriak Lucas kepada keluarganya.
Lord Frederick menatap Lucas dengan bingung. “Apa yang kau bicarakan?”
Namun, sebelum ada yang bisa merespon lebih jauh, pintu utama meledak terbuka, dan pasukan musuh menyerbu masuk. Para bangsawan berteriak ketakutan, sementara para penjaga berusaha melawan para penyusup.
Lucas meraih tangan Clara dan menariknya pergi. "Ayo, kita harus pergi sekarang!"
Clara, yang tampak ketakutan, mengikuti Lucas tanpa bertanya. Mereka berlari melewati lorong-lorong istana, menghindari pertempuran yang terjadi di sekitar mereka. Lord Frederick dan Lady Evelynn mengekor di belakang, mencoba melindungi diri mereka dengan pedang yang mereka bawa.
Di tengah kekacauan itu, Lucas bisa merasakan energi sihir yang kuat mendekat. Itu adalah Damien Everhart, protagonis dari novel, yang telah tiba di medan pertempuran untuk melawan musuh-musuh kerajaan. Namun, Lucas tahu bahwa dia tidak bisa bergantung pada Damien. Dia harus mengandalkan kekuatan yang telah ia pelajari sendiri.
Saat mereka sampai di halaman belakang istana, musuh berhasil mengepung mereka. Lord Frederick menghunus pedangnya, siap bertarung, tapi Lucas tahu bahwa itu tidak akan cukup. Mereka butuh sesuatu yang lebih kuat—sesuatu yang bisa mengubah arus pertempuran.
Tanpa berpikir panjang, Lucas memfokuskan energinya dan melantunkan mantra pelindung dari Arkana Kuno. Perisai sihir yang kuat muncul di sekeliling keluarganya, melindungi mereka dari serangan musuh yang datang bertubi-tubi.
“Lucas, apa yang kau lakukan?” tanya Lord Frederick dengan terkejut.
“Aku akan menjelaskan nanti,” jawab Lucas dengan suara tegas. "Sekarang, kita harus bertahan."
Musuh terus menyerang, tapi perisai Lucas bertahan dengan kuat. Namun, dia tahu bahwa kekuatannya tidak akan bertahan lama. Lucas memutar otak, mencari cara untuk melawan balik. Sementara itu, suara ledakan dan teriakan semakin mendekat.
Tiba-tiba, di depan mereka muncul sosok Damien Everhart, dengan pedang suci yang bersinar terang di tangannya. Dia melompat ke medan pertempuran, melawan musuh dengan kecepatan dan kekuatan luar biasa.
Lucas melihat Damien Everhart yang muncul dengan kehadiran yang megah, seperti cahaya di tengah gelapnya kekacauan. Damien bergerak cepat, pedangnya menebas musuh dengan presisi dan kekuatan, menghalau serangan-serangan musuh yang mengancam.
Namun, Lucas tahu bahwa meskipun Damien tampak sangat kuat, dia masih harus melawan musuh-musuh ini dengan semua yang ia miliki. Lucas fokus pada mantra serangannya, menggenggam energi sihir di dalam dirinya, dan meluncurkan serangan api yang membakar barisan musuh yang mencoba melawan Damien.
“Damien!” teriak Lucas, mencoba menarik perhatian Damien dari kerumunan. “Kami butuh bantuan! Kami tidak bisa bertahan selamanya!”
Damien melirik ke arah Lucas dan mengangguk, mengerti situasinya. “Tahan sebentar lagi!” teriak Damien kembali, sebelum kembali melanjutkan pertarungannya.
Lucas merasakan energi sihirnya mulai menipis, dan dia tahu dia tidak bisa bertahan selamanya. Dia terus memperkuat perisai pelindungnya, sementara Clara dan orang tuanya mencari tempat aman di balik perlindungannya.
Damien dengan cepat menghabisi musuh yang menghalangi Lucas, kemudian tanpa banyak bicara, ia masuk kembali ke dalam istana, meninggalkan Lucas dan keluarga Valenhart. Lucas tidak menyia-nyiakan waktu. Dia segera membawa keluarganya ke tempat evakuasi bersama keluarga bangsawan lainnya.
Setelah merasa keluarganya sudah aman, Lucas, dengan tekad yang kuat, memutuskan untuk kembali ke dalam istana. Dia tahu betul bahwa meskipun Damien adalah protagonis yang kuat, dia belum cukup kuat untuk mengalahkan semua musuh yang ada di dalam.
"Jangan pergi, Lucas! Itu terlalu berbahaya!" teriak Lord Frederick dengan nada cemas.
Lucas menoleh sejenak dan menghela napas. "Maaf, Ayah. Ada sesuatu yang harus aku lakukan."
Dengan tekad yang sudah bulat, Lucas tidak dapat dihentikan. Bahkan para prajurit kerajaan yang berusaha menahannya tak mampu menghentikan langkahnya. Tatapan mata Lucas yang penuh keteguhan membuat mereka mundur, seolah memahami bahwa dia memiliki peran yang lebih besar dalam pertempuran ini.