NovelToon NovelToon
Diam-Diam Sayang

Diam-Diam Sayang

Status: sedang berlangsung
Genre:Berbaikan / Diam-Diam Cinta
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Nurul Widyastutik

Rivandra,, menjadi seorang penerus perusahaan besar membuatnya harus menjadi dingin pada setiap orang. tiba-tiba seorang Arsyilla mampu mengetuk hatinya. apakah Rivandra akan mampu mempertahankan sikap dinginnya atau Arsyilla bisa merubahnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Widyastutik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 28

Rivandra meletakkan cincin pertunangannya dengan Katty di atas nakas. Lalu berjalan ke arah jendela. Ini sudah lewat tengah bahkan hampir shubuh tapi Rivandra tidak bisa memejamkan matanya. Rasa lelah di raganya tidak bisa menyatu dengan kantuknya.

Apalagi setiap kali memejamkan matanya, terbayang Arsyilla yang tadi nampak elegan dan cantik.

"Harusnya kamu yang menjadi pengantinku, Syilla." gumamnya sedih.

*****

"Boleh aku keluar sekarang?" tanya Shayna ragu saat Rivandra masih mengajaknya untuk meeting di ruangannya.

"Memangnya mau kemana?" tanya Rivandra tanpa menoleh.

"Aku ada janji makan siang dengan Syilla." jawab Shayna sambil menatap lekat ke arah Rivandra. Ingin tahu bagaimana respon Rivandra saat mendengar nama Arsyilla.

Shayna tersenyum getir saat melihat Rivandra untuk sepersekian detik terpaku saat Shayna menyebut nama Arsyilla.

"Pergilah." kata Rivandra singkat.

"Terima kasih. Apa mau titip sesuatu?" tanya Shayna sebelum keluar dari ruangan Rivandra.

"Bilang saja untuk tidak membelikan tunangan kamu itu kopi lagi." omel Rivandra, masih tanpa menoleh pada Shayna.

"Maksudnya?"

Rivandra menjadi salah tingkah, "Pergilah sebelum aku berubah pikiran, Shayna!" seru Rivandra kesal.

"Baiklah,, baiklah." jawab Shayna cepat.

Rivandra kembali termenung sendirian. Rasanya sangat ingin memeluk atau hanya sekedar menggenggam tangan Arsyilla saat ini. Rivandra mengambil ponselnya. Dan menghubungi pihak IT perusahaan. Dan meminta mereka mengirimkan salinan file rekaman cctv hari ini dari pagi sampai detik ini.

Satu email masuk ke laptop Rivandra, yang langsung di bukanya. Rivandra mencari sosok Arsyilla yang berdesakan di lift pagi tadi. Tapi, tidak ada. Kembali memutar rekaman cctv di waktu yang lebih pagi. Akhirnya Rivandra menemukan sosok Arsyilla. Bahkan dia sempat ke balkon selama setengah jam.

"Seperti biasa. Kamu memang sengaja menghindariku, Syilla." geram Rivandra kesal.

****

“Boleh aku pinjam ponselmu, Syilla?” tanya Shayna saat mereka makan siang bersama.

“Untuk apa?”

“Aku ingin mengkonfirmasi sesuatu? Mana?" kata Shayna sambil mengulurkan tangannya ke arah Arsyilla

“Ada apa sih?”

“Apa ada kelanjutan hubungan kalian?”

“Kalian? Maksudnya siapa nih, Shay?” tanya Arsyilla bingung.

“Kamu dan kakakku.”

“Hah...?? Baru semalam kakakmu bertunangan, Shay. Masa kamu sudah melupakannya.”

“Tapi kenapa si Rivan itu selalu mengingatkanku agar melarangmu membeli kopi latte untuk Pak Zaen? Kenapa si Rivan tahu kalau kamu selalu membeli kopi untuk Pak Zaen?” protes Shayna heran.

Arsyilla tertawa mendengar perkataan Shayna, hingga Shayna mencubitnya agar berhenti tertawa. Kembali teringat permintaan Rivandra untuk tidak membelikan kopi untuk Zaen lagi, bahkan menyuruh Arsyilla sampai berjanji.

“Aku menunggu penjelasan!” tegur Shayna kesal.

“Dulu, aku memang sempat berpapasan dengan kakakmu saat membawa kopi titipan Pak Zaen. Sempat bertanya untuk siapa kopi itu. Waktu aku bilang itu titipan Pak Zaen. Kakakmu langsung meminumnya dan memperingatkanku untuk tidak membelikan kopi untuk Pak Zaen lagi,” jelas Arsyilla sambil tertawa.

“Dan kamu masih sangsi kalau kakakku mencintaimu? Apa kamu gak bisa lihat cemburu yang jelas-jelas dia perlihatkan?”

Tawa di wajah Arsyilla hanya menyisakan senyum. "Lalu, bagaimana denganmu? Apa kamu juga merasakan cemburu itu?"

Shayna berpikir sejenak, "Cemburu? Untuk apa aku cemburu pada kakakku sendiri?" protes Shayna heran.

"Bukan pada kakakmu, tapi pada Pak Zaen."

"Pak Zaen?"

"Kamu gak usah berpura-pura lagi. Bisa-bisanya kamu menyembunyikan hal ini dariku."

"Apa Pak Zaen mengatakan sesuatu?" tanya Shayna bingung.

"Iya."

"Apa itu?"

"Calon tunangan Shayna, ada di depan kamu sekarang, Syilla!" seru Arsyilla sambil menirukan gaya bicara Zaen.

"Iihhh,, Kak Zaen!!!" geram Shayna kesal.

Arsyilla menggenggam tangan Shayna, "Aku ikut senang melihatnya. Kalian berdua sangat serasi."

"Lalu, kakakku?"

"Kenapa dengan kakakmu?"

"Dia menyukaimu, Syilla."

"Apa kamu bisa mengatakannya di depan tunangan kakakmu atau bahkan di depan orang tuamu?" tegas Arsyilla.

Shayna terpaku dengan perkataan Arsyilla. Tentu saja dia tidak seberani itu mengungkapkan apa perasaan Rivandra selama ini.

"Shay, apa yang orang tua kita lakukan untuk kita, pasti yang terbaik untuk kita. Termasuk memilihkan pasangan yang cocok untuk masa depan kita."

"Mereka merasa cocok karena bisa menambah kekayaan mereka. Jangan kamu samakan orang tuaku dengan orang tua pada umumnya. Karena mereka ada hanya untuk diktator pada anak-anaknya! Apa ada orang tua yang mau menampar anaknya hanya karena anaknya protes untuk sekedar memberikan empati pada anak-anaknya, memahami perasaan anak-anaknya, tidak dengan seenak hati mengatur hidup kami? Kami manusia, Syilla. Kami bukan robot. Kami punya hati!" protes Shayna panjang, apalagi teringat saat bertengkar dengan papanya tempo hari.

Arsyilla berpindah tempat duduk di samping Shayna dan memeluknya. Bentuk protes yang hampir sama yang pernah di ucapkan Pak Zaen kemarin. Tidak membutuhkan waktu lama Shayna menangis di dekapan Arsyilla.

"Si Rivan terlalu berbakti pada orang tua diktator seperti mereka."

"Bagaimana pun juga mereka orang tuamu, Shay."

"Itulah yang membuatku malas berada di rumah. Aku ingin kos saja sama kamu, Syilla."

"Eeehh,,, jangan aneh-aneh ya kamu." tegur Arsyilla sambil melepaskan dekapannya pada Shayna.

Ada satu pelayan mengantarkan dua gelas kopi untuk mereka. Satu kopi latte dan satu kopi americano.

"Terima kasih." ucap Shayna.

"Untuk siapa kopi itu? Apa kakakmu titip kopi?" tanya Arsyilla heran.

"Gaklah, akhir-akhir ini si Rivan selalu mengajakku meeting. Aku jadi jenuh. Ngantuk. " keluh Shayna sambil mengambil kopi americano miliknya.

Arsyilla mengambil pena warna di tasnya. Lalu menggambar icon matahari yang cerah. Dan menambahkan dua mata, satu hidung, satu mulut dan juga dua alis yang terlihat menunjukkan ekspresi sedang marah.

"Kalau kamu ngantuk, lihat saja wajah itu, pasti kamu akan selalu mengingat Pak Rivandra yang sedang melihatmu dengan marah." gurau Arsyilla.

Shayna tertawa melihat gambar Arsyilla. Bukan menertawakan apa yang dia bicarakan. Tapi membayangkan ekspresi Rivandra saat melihat gambar ini.

“Ayo kita kembali!” ajak Shayna sambil berdiri. Tidak sabar ingin melihat reaksi Rivandra.

"Ayo!" jawab Arsyilla.

*****

"Masuklah, Syilla!" seru Zaen saat melihat Arsyilla yang mengetuk pintu ruangannya.

"Ini kopi titipan Pak Zaen." kata Arsyilla sambil meletakkan kopi itu di atas meja Zaen.

Zaen segera meminumnya. "Heeemmm,, manis seperti yang bawa. Rivan, apa kamu mau mencicipinya?!" seru Zaen ke arah samping kanannya.

Spontan Arsyilla menoleh ke arah yang di tunjukkan Zaen. Arsyilla terpaku saat melihat Rivandra tengah menatapnya dengan sorot mata yang tajam. Tangannya bersedekap seolah ingin menunjukkan dia memang sedang marah.

"Aku akan kembali ke kantorku. Kita bicarakan nanti!" seru Rivandra sambil melemparkan satu berkas ke meja Zaen. Tanpa menoleh ke Arsyilla.

Arsyilla menelan ludahnya getir. 'Maaf, aku tidak tahu kalau Mas Rivan ada di sini.' batin Arsyilla sedih.

Zaen tertawa melihat ekspresi Rivandra yang selalu cemburu setiap kali dia bicara dengan Arsyilla.

"Permisi, Pak." pamit Arsyilla sambil keluar setelah Zaen menganggukkan kepalanya saat dia menyudahi tawanya.

****

Shayna menoleh saat ruangan Rivandra di buka dengan kesal. Shayna menatap Rivandra yang nampak marah dan langsung duduk di kursinya. Shayna segera membereskan berkas-berkasnya. Takut dengan Rivandra yang sedang marah sekarang ini.

Rivandra menghela nafas panjang untuk menenangkan emosinya. Sejak pulang dari Yogya, Arsyilla selalu bisa membuat emosi Rivandra tidak stabil. Apalagi sikapnya yang menghindari Rivandra makin membuat hatinya sakit.

Dilihatnya kopi amricano yang ada di sampingnya. Teringat permintaannya pada Arsyilla tempo hari.

'Kalau kamu masih bandel membelikan kopi untuk Zaen, kamu juga harus membelikan kopi satu lagi untukku.'

"Apa maksudnya ini? Kamu menyindirku?!" seru Rivandra saat melihat gambar Arsyilla. Dan menunjukkannya pada Shayna.

"Bukan aku yang gambar kok!" elak Shayna.

"Lalu siapa? Kan kamu yang bawa, Shay."

"Memang aku yang bawa, tapi Syilla yang menggambarnya. Aku kembali ke mejaku. " jawab Shayna dan segera keluar dari ruangan Rivandra.

Jawaban Rivandra membuat hatinya terasa nyeri tapi tidak di pungkiri senyum pun tersungging di bibirnya setiap kali melihat gambar itu.

1
budak jambi
harta tidak akn di bawa mati tuan danie..jgn egois jd ortu pikir kn perasaan ank biar kn mereka milih jln hidup mereka
Davi 04
cerita bagus
Nurul Widyastutik: terima kasih kak
total 1 replies
Sumar Tono
Luar biasa
Nurul Widyastutik: terima kasih🙏🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!