Berry Aguelira adalah seorang wanita pembunuh bayaran yang sudah berumur 35 tahun.
Berry ingin pensiun dari pekerjaan gelap nya karena dia ingin menikmati sisa hidup nya untuk kegiatan normal. Seperti mencari kekasih dan menikah lalu hidup bahagia bersama anak-anak nya nanti.
Namun siapa sangka, keinginan sederhana nya itu harus hancur ketika musuh-musuh nya datang dan membunuh nya karena balas dendam.
Berry pun mati di tangan mereka tapi bukan nya mati dengan tenang. Wanita itu malah bertransmigrasi ke tubuh seorang anak SMA. Yang ternyata adalah seorang figuran dalam sebuah novel.
Berry pikir ini adalah kesempatan nya untuk menikmati hidup yang ia mau tapi sekali lagi ternyata dia salah. Tubuh figuran yang ia tempati ternyata memiliki banyak sekali masalah yang tidak dapat Berry bayangkan.
Apa yang harus dilakukan oleh seorang mantan pembunuh bayaran ditubuh seorang gadis SMA? Mampukah Berry menjalani hidup dengan baik atau malah menyerah??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hilnaarifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Alice memakai seragam sekolah nya dan mengambil tas yang ia letakkan di atas meja belajarnya.
Dia masih sangat mengantuk tapi harus tetap pergi ke sekolah. Sungguh sulit menjadi seorang murid.
"Bagaimana dengan mu? Aku harus pergi ke sekolah sekarang"Ucap Alice pada
Serena yang sudah bersiap-siap juga.
Tentu dengan pakaian biasa yang Alice pinjamkan pada gadis itu.
"Gue mau pulang. Mungkin nggak akan masuk sekolah dalam beberapa hari"Jawab Serena pelan.
Alice hanya mengangguk paham, dia mengajak gadis itu keluar dari kamar dan segera turun ke bawah.
Ibu nya tidak ada di rumah, seperti biasa wanita itu sibuk dengan pekerjaan nya.
Sejak ibu nya berpisah dari sang ayah, Kanna memilih membuka butik sebagai mata pencahariannya.
Dia sudah tidak menjadi pemain Selo profesional lagi. Alice tidak perduli, selama dia bisa hidup. Alice mengambil beberapa potong roti yang sudah di olesi selai cokelat oleh pembantu nya.
Serena menjadi tidak enak namun Alice menyuruh gadis itu untuk mengambil apa saja yang ada di meja makan, dia tidak keberatan. Serena sangat berterima kasih pada gadis itu.
Sesaat kemudian, Alice turun dari mobil nya dan berjalan masuk ke dalam sekolah. Dia melihat sekolah nya sudah di penuhi dengan hiasan-hiasan untuk pekan olahraga nanti.
Kapan pertandingan nya akan di lakukan? Dia tidak mengetahui tentang hal itu. Serena sudah dia antar ke daerah sekitar rumah nya. Gadis itu berkata tidak perlu sampai ke rumah, Alice tidak banyak tanya dan menuruti kemauan Serena.
Tidak ada Gama di gerbang seperti biasa nya, Alice menjadi sedikit tidak bersemangat. Di tambah dia masih sangat mengantuk karena mendengarkan cerita dari Serena. Dia membiarkan dirinya di periksa oleh seorang gadis yang tentu saja anggota OSIS.
Tentang Serena, dia merasa gadis itu cukup malang. Dia bersekolah di SMA khusus kecantikan yang akan melahirkan para model sebagai profesi kedepannya.
Sayang nya, gadis itu tidak terlalu pintar dalam hal sosialisasi, itu sebabnya dia akan melakukan apapun agar bisa memiliki teman.
Hingga sebuah circle populer di sekolah nya mengadakan pertemuan atau pesta kecil-kecilan.
Dia di suruh ikut oleh ketua geng populer di sekolah nya tadi, awal nya Serena tidak mau namun demi bisa mendapatkan teman, gadis itu pun mengikuti perkataan si ketua geng.
Dan berakhirlah dia seperti itu, di jebak untuk para pemuda hidung belang yang ternyata anggota geng Jupiter.
Alice tidak perduli jika dia sudah membunuh orang dengan begitu mudah nya. Untuk nya, nyawa para mahluk hina seperti itu sangat lah tidak berharga.
Membunuh mereka hanya akan mengurangi hama saja, bukan menghabisi.
Selama mereka tidak mengganggu nya, dia tidak akan bergerak. Namun bila Jupiter mencari nya. Jangan salah kan dia, kalau-kalau dia membantai habis para mahluk biadab itu.
Hah! Dia tidak takut dengan kepolisian, mereka tidak ada apa-apa nya.
Alice kembali berjalan melewati murid-murid yang telah di periksa. Barangkali karena mengantuk pikiran nya menjadi bercabang entah kemana, matanya selalu menutup dan terbuka setiap detik.
Takut jatuh, Alice memilih berjalan dengan pelan. Bahkan saat dia sudah berpindah dunia pun.
Bayangan kegelapan masih saja mengikutinya, dia masih terus mengotori tangan nya tanpa bisa berhenti.
Dia baru saja membunuh empat orang sekaligus hanya dalam hitungan detik. Jika dipikir-pikir, kenapa dia mau membentuk Serena waktu itu?
Tubuh ini terlalu lemah lembut. Kemana hati dingin nya? Apa karena memiliki orang tua dan menjadi seorang anak sudah mengendurkan penjagaan nya.
Tuk
Bahu Alice bergerak ke samping, seperti nya dia tidak sengaja menabrak orang. Namun kaki nya terus melangkah tanpa memperdulikan siapa yang ia tabrak.
"Sialan! Lo nggak punya mata ya?"Teriak gadis yang tidak sengaja di tabrak Alice. Dia menatap orang yang menabrak nya dengan tajam.
"Shutt, biarin aja ah. Jangan berurusan dengan dia"Ucap teman gadis yang baru saja Alice tabrak tadi.
Alice terus berjalan sambil mendengarkan pertengkaran di belakang nya. Suara di sekitar nya berdengung, kenapa tiba-tiba dia jadi seperti ini ya?
Tidak mungkin kurang tidur membuat nya lemah.
"Nggak bisa gitu dong! Dia harus minta maaf, sama gue."
Marah gadis itu sambil terus menerus
menunjuk ke arah Alice yang masih terus melangkah.
"Udah, ah. Biarin, lo juga nggak kenapa-kenapa"Bujuk temannya sambil menarik tangan gadis itu menjauh dari Alice.
Meski masih tetap menggerutu, dia pun mengikuti teman nya. Alice menguap, dia sangat mengantuk, tidur di lantai ini tidak masalah kan?
Alice tidak sadar dia berada di mana sekarang karena kaki nya terus melangkah bahkan melewati tangga menuju kelas nya.
Hampir saja gadis itu ingin berbaring di lorong jika tidak seseorang menahan tangan nya.
"Lo mau ngapain?"
Suara dingin menyadarkan Alice. Semua
terasa sunyi, Alice membuka mata nya dan melihat sekeliling.
Di depan nya ada pintu ruang OSIS, kenapa dia bisa disini? Tangan nya di tarik agar bisa berdiri dengan benar.
"Gama?"Tanya Alice pelan.
Pemuda di depan nya mengangguk, "Iya, ini gue. Muka lo pucat, sakit?"Kata pemuda itu bingung.
Alice menggelengkan kepala nya lemah, dia menguap pelan. "Kurang tidur doang"Jawab nya singkat.
Melihat itu Gama merasa ada yang tidak beres, dia pun memegang gadis itu dan menuntun nya menuju UKS di lantai bawah.
"Kita ke UKS aja, lo bisa istirahat disitu"Balas Gama datar.
"Em? Bisa tidur? Terus kelas nya bagaimana?"Tanya Alice penasaran.
Kepala nya mendadak sakit sekarang, ah,
ada apa sih dengan diri nya. Setengah jam yang lalu, dia bahkan masih bisa melompat ke sana ke mari. Tapi kenapa sekarang dia melemah, aneh.
"Nanti gue izin sama guru nya"Jawab Gama singkat.
Mereka sudah sampai di UKS dengan segera pemuda itu membaringkan tubuh Alice di atas tempat tidur, dia mengambil tas gadis itu dan membuka sepatu nya. Agar Alice bisa tidur dengan nyaman. Pemuda itu menyelimuti Alice dengan selimut disana.
Dia melihat gadis itu sudah menutup mata nya dan seperti nya telah tertidur. Cepat sekali, pikir nya.
Gama berbalik, dia mencari dokter penjaga UKS untuk memeriksa keadaan Alice.
Lima belas menit kemudian,
"Apa dia punya riwayat penyakit psikologis?"Tanya dokter pria itu pada Gama ketika dia telah selesai memeriksa Alice.
"Maksud nya, dok?"Gama tidak mengerti.
"Gadis ini seperti nya memiliki gangguan psikologis dan sedang dalam masa pengobatan. Namun, akhir-akhir ini dia tidak mengkonsumsi obat nya, itu yang membuat kondisi tubuh nya tiba-tiba melemah"Jelas dokter itu sambil memperbaiki kaca mata milik nya yang melonggar.
Gama mengerutkan kening nya, "Tapi kenapa?"Tanya Gama semakin bingung.
Dokter itu menyimpan senter kecil nya di dalam kantung seragam. "Ada yang memicu penyakit nya dan mungkin dia tidak menyadari itu"Jawab dokter tersebut.
"Sebaiknya jika dia sadar nanti. Katakan pada nya, dia harus meminum obat nya jika tidak kondisi nya akan terus seperti ini jika sedang kumat"Lanjut dokter itu lagi.
Dia pun segera pergi dari sana untuk melanjutkan pekerjaan nya yang lain. Gama terdiam mendengar penjelasan dokter tadi. Dia melirik Alice yang sedang tertidur dengan pulas, nafas gadis itu berhembus pelan.
Siapa yang menyangka bahwa gadis seceria Alice memiliki penyakit psikologis. Gadis ini memang penuh dengan teka-teki.
Pemuda itu mengelus kepalanya Alice dengan lembut, "Gue dapat kabar, ada empat orang anggota Jupiter yang mati kemarin malam. Pembunuh nya, seorang murid perempuan dari Dominic"Gumam Gama sambil menatap Alice lekat.
"Tidak tahu, apa itu ada hubungannya dengan mu. Tapi selama ini, belum ada murid sekolah ini yang berani melakukan hal seperti itu pada Jupiter"Lanjut nya.
Tangan nya berhenti mengelus, Gama menyentuh pipi Alice. "Jika itu lo..."
Pemuda itu tersenyum miring, "ini akan menjadi hal yang sangat... menyenangkan."
Gama menarik tangan nya dari wajah Alice. Dia segera pergi meninggalkan UKS, untuk mengizinkan pada guru Alice kalau gadis itu tidak bisa masuk untuk pelajaran nanti.
***
Alice membuka mata nya, dari tadi dia merasa hidung nya sangat gatal seperti ada yang menaruh sesuatu disana.
"Kamu bangun"Ucap sebuah suara dari
samping nya.
Alice segera terduduk dan terkejut ketika
mendapati diri nya di tempat aneh, lebih tepat nya dia sedang duduk di pinggir danau yang sangat luas.
"Aku dimana?"Gumam nya linglung.
"Di dunia mimpi meski aku lebih suka disebut sebagai alam bawah sadar"Jawab suara itu lagi.
Alice baru menyadari nya, dia segera melihat kesamping hampir saja jantungnya lepas ketika melihat seorang gadis yang sangat mirip dengan dirinya, sebagai Alice.
"Aku memang Alice yang asli"Ucap gadis tadi, dia menunjuk ke danau.
"Coba lihat diri mu, di pantulan air"Suruh nya pada Alice (Berry).
Dia segera melakukan hal yang di suruh oleh gadis yang mengaku sebagai Alice yang asli.
Dia membulatkan matanya ketika melihat bayangan yang ada di air. Wajah nya berubah menjadi Berry, dia segera mengalihkan perhatian nya pada Alice yang asli.
"Disini, kita akan menjadi diri sendiri"Ucap Alice asli.
Dia berdiri dan berjalan-jalan mengelilingi
taman luas di pinggir danau. Berry, bangun dan mengikuti gadis itu.
"Apa yang sebenarnya sedang terjadi disini?"Tanya nya dengan heran. Tadi dia ingat kalau dia berada di UKS bersama Gama, sekarang dia sudah ada disini.
"Tidak banyak. Aku akan menjelaskan secara singkat dan kamu simak baik-baik ya"Kata Alice santai.
Dia duduk di batu besar, Berry merasa heran dari mana batu itu muncul? Sedetik yang lalu itu tidak ada dan sekarang tiba-tiba muncul. Dia melihat sekelilingnya dengan aneh.
"Kamu, sudah mati."
Berry tahu itu, dia memutar mata malas,
dan memilih ikut duduk di batu yang lebih kecil.
"Jiwa mu pindah ke dunia novel. Sebenarnya, bagi kalian dari luar ini adalah novel. Tapi bagi kami, ini adalah dunia kami. Semua hidup dengan selayaknya manusia normal"Lanjut Alice.
Berry mengangguk, dia meminta Alice untuk melanjutkan ucapan nya.
"Hidup ku disini tidak begitu baik-baik saja. Setiap hari yang ku pikirkan hanyalah kematian, sungguh, aku tidakingin hidup. Dengan keadaan orang tua ku yang seperti itu, di tambah aku hanya seorang anak adopsi yang tidak tahu siapa orang tua kandung nya. Belum lagi, di sekolah aku menjadi bahan bullyan murid-murid lain nya."
"Sampai dimana, aku tertarik ke alam bawah sadar ini. Mungkin karena terlalu banyak mengkonsumsi obat penenang dari dokter psikologi ku. Aku tertidur. Namun dunia ini memiliki pemikiran yang lain, dia menarik jiwa mu dan memasukkan nya ke dalam tubuh ku."
Berry yang mendengar penjelasan Alice,
mendadak berpikir dunia memang segila itu.
"Mungkin, penyesalan dari jiwa mu yang terlalu kuat membuat dunia ini berpikir kamu perlu kesempatan. Dan, kenapa tubuh ku? Karena aku tidak ingin hidup lagi. Hanya saja, ini belum saat nya aku mati."
Berry sekarang paham. Di masa lalu, dia selalu ingin hidup dengan benar dan memiliki keluarga nya sendiri bersama suami dan anak-anak nya. Namun dia mati.
"Jiwa mu terpilih untuk menggantikan ku, Berry. Aku ikhlas, ini terakhir kali nya aku
berada di tubuh ini setelah itu, tubuh ini akan menjadi milik mu seutuh nya"Ucap Alice sambil tersenyum tipis.
"Hidup lah sesuai dengan apa yang kamu
mau dan jika kamu bertemu dengan orang tua kandung ku. Katakan pada mereka, aku sangat menyayangi dan merindukan mereka. Dan maaf karena tidak bisa bertemu mereka secara langsung, begitu juga dengan orang tua angkat ku."
Suasana menjadi lebih hening dan sedih.
"Lalu akhir diri mu dalam novel akan mati. Apakah aku juga akan mati untuk kedua kali nya?"Tanya Berry penasaran.
Hei tidak mungkin dia mati lagi kan. Itu sama saja tidak ada gunanya jika jiwa nya pindah kesini.
Alice terkekeh kecil, "Kamu tidak akan mati kecuali memang sudah ajal nya. Kamu bukan aku Berry, jiwa kita berbeda, takdir ku dan dirimu juga berbeda. Jadi jawaban nya tidak"Kata Alice santai.
Berry merasa lega mendengar itu setidaknya dia tidak mati dengan cara yang begitu menyedihkan.
"Bagaimana dengan mu? Apa yang akan terjadi selanjutnya?"Ucap Berry dengan memiringkan kepalanya mengawasi Alice.
Gadis itu tersenyum tipis, "Mungkin, aku
akan pergi ke tempat yang seharusnya aku berada"Jawabnya sederhana.
Berry tidak mengerti, namun dia tidak akan menanyakan hal itu lagi. "Aku akan ada di dunia novel selamanya?"Alice mengangguk mantap. "Ya, itu akan menjadi tempat mu selamanya sampai Tuhan memilih untuk memanggil mu"Jawab gadis itu, mendengar nya Berry sedikit merinding.
Dia sudah pernah merasakan hal itu sekali, setidaknya, dia mati secara normal nanti.
Alice melihat air danau bergetar pelan.
"Ini sudah saat nya aku pergi. Ingat Berry, setelah kamu bangun Alice akan menjadi identitas mu seutuhnya. Hidup lah dengan bahagia seperti yang kamu ingin kan selama ini. Terimakasih"Ucap Alice dengan tersenyum manis dan menundukkan kepala nya sebagai tanda terimakasih pada Berry.
Berry ingin mengatakan sesuatu namun tiba-tiba dia merasa sesuatu menarik jiwa nya. Dia tidak bisa melihat gadis itu lagi dalam sekejap dia kembali membuka mata.
Terpaan angin menghantam nya dengan kencang. Dia menarik nafas dalam-dalam dan membuang nya dengan brutal.
Sekarang dimana dia? Alice melihat sekeliling, ada sofa bekas, kursi dan meja rusak.
"Rooftop? Mengapa aku berada disini?"Ucap nya penuh rasa kebingungan.
Dia mencium bau asap rokok, Alice mengerutkan kening nya dan ingin menggaruk kepala yang tidak gatal itu.
Dia terkejut ketika menyadari kalau asap rokok itu dari tangan nya, lebih tepat nya dia sedang memegang sebuah rokok yang masih menyala.
Hei! Sejak kapan Alice merokok? Dan bagaimana dia bisa disini, pertama ada di
UKS, kedua ada di dunia mimpi dan sekarang ada di rooftop.
Hah... kepala nya mendadak pusing. Apa dia sudah gila ya? Haha, mungkin saja. Tidak tahu yang mana mimpi dan kenyataan sekarang.
Dia melirik ke bawah, ada dua batang rokok kecil yang seperti sudah habis di isap.
Sudah lah, dia bahkan tidak akan bertanya dari mana itu berasal. Dia baru saja ingin menghisap rokok di tangan nya namun tiba-tiba suara pintu di buka dengan kasar di belakang nya. Alice segera berbalik waspada.
Disana Gama berdiri dengan nafas yang terengah-engah. Pakaian pemuda itu sedikit berantakan dengan rambut yang acak-acakan serta keringat yang membasahi kening nya.
Ada apa dengan nya, pikir Alice terkejut.
Gama menatap tajam Alice terutama ketika dia melihat ada sebatang rokok di tangan gadis itu.
"Buang itu"Ucap nya dingin.
Alice menaikan alis nya bingung, apa yang harus dia buang? Melihat tidak ada pergerakan dari gadis itu, Gama terlihat semakin marah.
Dia mendekati Alice dengan cepat dan
mengambil rokok yang ada di tangan gadis itu dan segera membuang nya sembarangan. Alice cukup terkejut dengan sikap Gama.
"Lo dari mana aja? Dan rokok? Berani-beraninya"Ucap Gama marah.
Betapa panik nya Gama ketika dia kembali ke UKS dan tidak melihat Alice disana. Dia
bertanya pada dokter penjaga namun pria itu juga tidak tahu keberadaan Alice.
Gama mencari ke semua tempat dari kantin, taman, lapangan, ruang guru, OSIS dan seluruh sekolah. Tapi tidak satu pun keberadaan Alice dia temukan.
Dengan rooftop sebagai pilihan terakhir nya. Dan dia pun menemukan Alice namun yang membuat nya lebih marah, gadis ini sedang merokok. Apa yang ada di pikiran gadis aneh ini sih?
Alice menjauh dari Gama, "Apaan sih? Suka-suka gue dong, mau ngapain. Kenapa lo yang marah?"Ucap Alice kesal.
Sedetik kemudian dia sadar, cara bicara nya telah berubah. Gama juga sedikit terkejut ketika mendengar Alice berbicara dengan informal.
Gadis itu teringat dengan apa yang di katakan oleh Alice asli, dia akan menjadi pemilik tubuh ini seutuhnya ketika bangun.
Mungkin salah satu nya, hal ini lah yang di maksud gadis itu.
Wajah Gama mendatar, "Merokok di larang disini. Gue bisa masukin lo ke BK karena
itu"Ucap pemuda itu tidak senang.
Alice membulatkan mata nya, masuk BK? Ah, dia tidak mau lagi pergi kesana. Dia harus kabur kalau begitu kan?
Melihat gadis di depan nya yang bergerak sedikit demi sedikit menjauh dari nya, Gama segera mengetahui niat terselubung itu, dia menahan tangan Alice.
"Jangan coba-coba lari hukuman lo bakal makin besar kalau lo kabur lagi"Ucap nya
datar.
Alice mendengus, sekarang apa? Dia harus pasrah gitu?
Perut Alice berbunyi, dia baru ingat. Tadi pagi, hanya makan beberapa lembar roti saja. Sekarang sudah siang, pantas saja perut nya berbunyi.
Alice menatap Gama sedih, "Gama, lapar"Ucap nya dengan nada yang di imut-imut kan.
Wajah pemuda itu tetap datar namun jika di lihat lebih dekat pipil mata nya membesar dan telinga nya memerah.
Dia menghela nafas, tidak tahan juga jika ditatap seperti itu oleh Alice.
"Ya sudah, ayo ke kantin"Ucap pemuda itu mengalah.
Seharusnya dia marah disini kan? Sudah dibuat lelah karena mencari gadis ini kesana kemari. Alice tersenyum senang, dia pun menarik tangan Gama untuk pergi dari rooftop.
Pemuda itu hanya pasrah dan mengikuti Alice.
Angin kembali berhembus dan menerbangkan abu rokok yang bertengger di atas semen.
***
Beberapa saat yang lalu, Alice tiba-tiba membuka mata nya dan terbangun dari tempat tidur di UKS.
Tanpa kata, dia segera pergi dari sana dan
berjalan menuju rooftop sekolah. Di perjalanan, dia mengambil sekotak rokok dari saku anak murid yang melewati nya, murid itu tidak sadar.
Sesampainya di atas, Alice segera menghidupkan rokok itu dengan mancis yang dia curi dari atas meja UKS.
Gadis itu menghisap rokok tersebut dengan santai dan menghembuskan asap nya pelan.
Tidak ada yang tahu, bagaimana Alice bisa melakukan hal aneh seperti ini.
^^
tp yg baca ko dikit y..
yooo ramaikan hahhlah