Mengisahkan tentang perjuangan hidup seorang gadis bernama Anindyta Kailila .
Dalam menggapai cita-citanya dengan
keadaan hidup yang sederhana.
Bekerja sebagai asisten seorang model papan atas, merupakan batu loncatan baginya untuk mengais rupiah dengan tetap harus pintar membagi waktu mengurus ayahnya yang sakit.
Jangan tanyakan tentang kisah cintanya.
Sebab semenit saja, otak dan hatinya tak pernah kosong, karena perintah dari sang model yang selalu datang bertubi-tubi.
Namun, apalah dayanya jika ternyata kegigihannya bekerja justru mempertemukannya dengan seorang CEO yang ternyata kekasih sang model.
Bahkan perasaan mereka tidak dapat di bendung untuk saling jatuh cinta.
Mungkinkah seorang asisten mendapatkan cinta seorang presdir bahkan kekasih bosnya sendiri...?
Ikuti ceritaku " Di Balik Layar"
Semoga di sukai pembaca.
Salam santun
salam sehat untuk semua
🙏🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EmeLBy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25 : RAHASIA KITA BERDUA
"Ah...ga usah. Aku juga lapar. Ga di minta masak juga. Aku bakalan tetap makan walau dini hari." Ujar Anin dengan santai.
"Ga takut gendut makan di jam segini?"
"Ga apa apa...aku kan cuma asisten model... jadi ga usah jaga body, hanya harus jaga stamina supaya tetap kuat menghadapi kenyataan hidup, ha ha ha."
Darel hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Karena sangat menikmati nasi goreng buatan Anin yang baginya benar benar enak.
"Anin."
"Iya pak... eh Mil."
"Terima kasih nasi gorengnya. Tapi tolong, nanti di tengah orang banyak kita bersikap biasa saja ya. Terutama di depan bos mu. Anggap saja pertemuan kita ini tidak pernah terjadi." Entah apa maksud Darel mengatakan hal itu pada Anin.
"Iya, aku paham. Aku juga sebenarnya masih sungkan dan belum percaya kalau aku bisa masak dan makan bareng CEO di tengah malam buta kayak gini." Ungkap Anin jujur.
"Anggap saja kamu sedang lembur, sama seperti saat kamu nyelesaikan proyek kompetisi beberapa bulan yang lalu." Ujar Darel sambil beranjak meninggalkan meja makan dan mengangkat piring bekas makannya.
"Sudah... letakkan saja di situ. Nanti aku yang cuci dan bereskan semuanya. Kamu buruan tidur aja."
"Baiklah. Sekali lagi terima kasih Anin."
"Iya... sama - sama. Selamat beristirahat ya." Ujar Anin ramah.
Anin kemudian mencuci, menyapu dan membersihakan sisa kotoran di meja bekas mereka makan. Sesungguhnya, Anin hanya pandai menguasai dirinya.
Sejak ia di kejutkan oleh Darel tadi sebenarnya lututnya hampir lepas karena terkejut. Jantungnya pun berdegup tak karuan. Secara, itu kali keduanya bertemu langsung dengan Darel. Bahkan kali ini mereka hanya berduaan. Untunglah Darel nampak santai, sehingga Anin bisa menyesuaikan keadaan.
Dan saat Anin memasak, otaknya selalu berpesan pada hatinya. "Ingat Anin kamu cuma asisten, jangan berharap lebih. Dia itu CEO dan dulu ia pernah cinta sama Felysia. Jadi jangan ngarep kalo dia akan suka kamu. Ingatlah.. asisten!!! Cuma tangan kanan yang sewaktu waktu bisa jadi tangan kiri😁 bahkan di tendang pergi. Kamu hanya orang di balik layar kesuksesan sang model. Tidak pantas beradu dengan orang yang sudah mempekerjakan mu..!!" Batin Anin terus bermonolog agar dia tau akan posisi dirinya.
Entah pukul berapa Anin dan Darel semalam masuk ke kamar mereka masing - masing untuk beristirahat. Yang pasti kini kru dan yang lainnya sudah mulai terlihat bekerja melanjutkan sesi pemotretan.
Felysia pun nampak sudah siap. Walau dengan wajah yang agak cemberut karena harus bangun cepat untuk di dandan.
Sementara Anin, masih mengunci dirinya di kamar. "Dasar asisten ga ada akhlak, bosnya udah bangun gini, dia pasti masih mendengkur." Ujarnya yang di dengar oleh Gerald asisten Darel
"Siapa yang ga ada akhlak, ini aku udah bangun." Sahut Gerald nyolot
"Bukan kamu, Anin tuh. Aku dah bangun dia masih molor aja...!!"
"Masa... lalu siapa yang merapikan dan menyiapkan semua pakaian yang akan kalian gunakan di area pemotretan itu, ku cek semua sudah rapi dan siap...!!"
" Ya dia lah... Anin memang gitu. Pasti tadi malam dia lembur, jadi pagi dia bisa telat bangunnya."
"Kata siapa dia bangun telat? Subuh tadi kami berpapasan di musholla. Mungkin dia tidur lagi setelah sholat." Ucap Gerald seolah membela Anin.
"Oh... kalian ketemu."
"Iya.. bukan aku dan dia saja tapi kami."
"Sama kru lain?"
"Sama bosku"
"Darel sudah datang?" tanya Felysia dengan nada meninggi karena kegirangan.
"Ya... gitu deh."
"Trus sekarang dia dimana?"
"Tidur, kecapean nyetir sendiri kali." Ucap Gerald bohong tentunya.
Sekilas terpercik semangat Felysia, saat tau Darel ada di villa. "Artinya dia benar benar menepati janjinya padaku kemarin. Aku yakin dia pasti masih mengharapkan ku. Dia pasti belum bisa move on dari ku." Batin Felysia dalam hati.
Saat sesi pemotretan hampir selesai terlihat Anin sudah berada di sana, merapikan bahan bahan pakaian yang tercecer begitu saja yang di lempar Felysia sesuka hatinya.
Dan saat sesi pemotretan itu berakhir tepat di jam makan siang. Darel pun menampakan dirinya.
Lalu mereka makan siang bersama di Villa itu. Di sana lah Darel mengucapkan terima kasih dan berjanji akan memberikan bonus tambahan bagi semua tim dan kru, pada proyek ini. Jika penjualan nantinya melebihi target.
Tentu janji itu di sambut baik dan sorak gembira oleh mereka semua yang hadir di sana.
Jangan tanya bagaiman reaksi Felysia saat Darel berada di sana. Tentu selalu bergelayut manja, melingkarkan tangannya pada lengan kekar milik Darel.
"Ciiihh... udah kaya ulet bulu aja !!!" cibir Gerald berbicara sendiri namun di dengar Anin.
"Hei, siapa yang kaya ulet bulu?" tanya Anin
"Liat tuh Bos mu." Ujar Gerald menunjuk ke arah Felysia dengan dagunya. Anin hanya tertawa melihatnya.
Entah apa yang di bicarakan Felysia dan Darel. Sepertinya mereka sedang bernegosiasi.
Kemudian mereka berdua berjalan ke arah Gerald dan Anin yang terlihat sibuk memasukan barang barang ke bagasi mobilnya.
"Ger, kamu pulang sama Anin ya. Biar Felysia bareng aku. Dan kami mungkin agak sore pulangnya. Kalo kalian mau duluan silahkan." Ujar Darel berbicara pada Gerald sambil sesekali melirik ke arah Anin.
"Oke... baik Bosku. Anin, sudah siap? kita pulang sekarang aja ya." Ujar Gerald.
"Siap. Fe, aku duluan ya." Pamitnya pada Felysia.
"Iya, barang ku semua bereskan?" tanya Felysia berbasa-basi.
"Iya... beres." Jawab Anin dengan tidak melirik sekalipun ke arah Darel, entahlah ada perasaan kecewa dan sakit di sudut hatinya, ketika tau Darel dan Felysia akan masih berdua - duaan di villa.
"Ge... aku ke toilet sebentar ya. Tunggu saja di mobil." Ujar Anin seraya melangkah menuju toilet.
Dan di balas anggukan oleh Gerald.
Betapa terkejutnya Anin, ketika keluar dari toilet. Tampak Darel sudah berdiri di hadapannya.
"Emil... mau pipis juga...?" tanya Anin reflek.
"Tidak, cuma mau mengingatkan. Gerald pun tidak harus tau dengan kejadian semalam." Ujar Darel dengan suara yang datar.
"Iya, tenang saja. Rahasia kita berduakan." Ucap Anin sambil mengangkat kedua jari tanda janjinya.
"Gadis pintar!!! Kamu hati - hati pulang sama Gerald. Langsung pulang ya, jangan mau jika dia ngajak kamu kemana-mana dulu. Dia lelaki berbahaya." Bisik Darel ke dekat telinga Anin.
Anin pun tersenyum senang. Lagi hatinya meronta mendengar kata kata Darel seolah perhatian padanya.
"Iya, Felysia juga wanita berbahaya. Waspadalah nanti kamu jatuh cinta padanya. Ha ha ha." Ucap Anin membuang rasa gugupnya.
"Kamu bisa saja... sudah berangkat sana." Darel berkata sambil mendusel kepala Anin.
Dan gerakan tangan itu membuat Anin mendelik kan matanya seolah tidak suka.
"Maaf... kamu ngegemesin." Ujar Darel seolah tidak bersalah. Padahal aslinya Anin senang sekali mendapat perlakuan Darel seperti itu. Anin merasa jika Darel tidak memandang statusnya yang hanya sebagai asisten.
Bersambung
...Mohon dukungannya 🙏...
...Komen kalian sangat autor harapkan lho...
...Kasih 👍💌✍️🌹...
...seikhlasnya yaa...
...Biar makin semangat...
...Terima kasih...
selamat membaca yaaak