"Tak harus ada alasan untuk berselingkuh!"
Rumah tangga yang tenang tanpa badai, ternyata menyembunyikan satu pengkhianatan. Suami yang sempurna belum tentu setia dan tidak ada perempuan yang rela di duakan, apalagi itu di lakukan oleh lelaki yang di cintainya.
Anin membalas perselingkuhan suami dan sahabatnya dengan manis sampai keduanya bertekuk lutut dalam derita dan penyesalan. Istri sah, tak harus merendahkan dirinya dengan mengamuk dan menangis untuk sebuah ketidak setiaan.
Anin hanya membuktikan siapa yang memanggil Topan dialah yang harus menuai badai.
Seperti apa kisahnya, ikuti cerita ini ya☺️🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Suesant SW, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30. Begitu Sulit Mencintai
*Flashback Bowo dan Ratna begitu meninggalkan makan malam anniversari Anin dan Galih*
Bowo menarik lengan Ratna, hingga masuk ke dalam mobil merah milik Ratna yang notabene adalah salah satu hadiah ulangtahun Bowo untuk Ratna.
"Masuk." Bowo mendorong Ratna ke jok depan.
"Aku...aku bisa jelaskan..." Ratna memohon dengan raut ketakutan, dia tak pernah melihat Bowo begitu marah padanya hingga tak bicara sepatah katapun.
Bowo memang pendiam tetapi tidak sedingin ini. Sekarang Bowo terlihat seperti es kutub tetapi menyimpan bara di dalamnya, ekspresinya sangat mengerikan.
"Bicaralah nanti." Bowo hanya menggeram sebelum membanting pintu mobil dengan keras lalu menyetir mobil dengan kecepatan di atas rata - rata, tanpa berkata sepatah katapun lagi meski Ratna terisak gemetar di samping suaminya itu.
Ratna tidak menyangka Bowo tiba-tiba muncul begitu saja malam ini tanpa mengabarkan apapun padanya dan tentu saja bukan satu kebetulan jika dia kemudian berada di depan hidungnya serta menyaksikan semua video-video yang entah Anin dapat dari mana itu.
Begitu sampai di rumah mereka, Bowo langsung turun dan memerintahkan Ratna untuk masuk ke dalam rumah.
"Duduk!" Seperti seorang anak kecil Bowo menyuruh Ratna duduk di kursi sofa. Ratna tak bergeming, dia masih terisak ketakutan.
"Kenapa? kamu takut padaku sekarang? Kenapa kamu tidak takut saat kamu melakukannya padaku, hah?" Ratna nyaris tersedak, ketika tangan Bowo mencengkeram lehernya. Tubuhnya di tarik hingga wajahnya bertemu paksa dengan wajah sang suami.
"Aku mencoba untuk membuat kita tetap bersama; apapun yang kamu inginkan aku tak pernah melarang karena ku kira dengan begitu kamu akan mencintaiku. Tetapi, apa yang kamu lakukan padaku, Kamu sibuk menyimpan rahasia, menyerongiku seperti orang bodoh..."Jemari kuat Bowo naik ke rahang Ratna dan mencengkeram dagunya hingga gigi Ratna tak bisa bertangkup.
"Selingkuh adalah hal paling egois yang dapat dilakukan seseorang dalam suatu hubungan! Jika kamu tidak merasa bahagia denganku kenapa kamu tak mengatakannya. Tidak perlu menipu begini, tidak perlu mengoyak-ngoyak harga diriku sebagai seorang suami. Kalau mencintaiku begitu sulit bagimu, akhiri saja. Sesederhana itu." Bowo mendorong tubuh Ratna hingga terduduk di sofa, matanya begitu merah. Dia sungguh terluka.
"Aku...aku minta maaf, mas..." Ratna meringkuk ketakutan, badannya gemetaran, keringat dingin tampak membasahi dahinya.
"Maaf? Apakah menurutmu maaf berguna sekarang? Selama ini aku punya seribu kata maaf untukmu, apapun yang telah coba kau lakukan untuk membuatku merasa kecil dalam pernikahan kita. Aku berfikir selalu ada maaf dalam ruang bernama cinta tetapi ini sudah keterlaluan, Ratna. Pernikahan kita mungkin karena perjodohon, tetapi tak berarti perselingkuhan di benarkan di dalamnya meski kamu tak sungguh-sungguh mencintaiku." Bowo menggerang, mata merah itu berkabut.
Seorang lelaki yang sekuat Bowo meneteskan air mata, artinya hati lelaki ini benar-benar hancur.
Ratna mendonggak dengan pelupuk mata yang basah.
"Aku berjalan lima kilo dari pos menuju distrik kecamatan terdekat, hanya untuk mencoba menelponmu saja, rindu meski hanya mendengar suaramu dan yang ku dapati sebuah pesan dari Anin yang meminta aku segera pulang. Kau tahu, bagaimana perasaanku? Apalagi setelah dia mengatakan, bukan cuma aku yang di khianati tapi dia juga. Seperti apa aku saat itu? Rasanya ingin mati saja!"
BUK!!!
Bowo meninju dinding di atas kepala Ratna, membuat perempuan itu memekik sembari memejamkan matanya dengan gemetar.
"Sekarang..." Bowo berjongkok di depan Ratna yang duduk meringkuk di atas sofa. Badannya yang ramping itu bergoncang tak karuan, dia menangis ketakutan.
"Katakan padaku, apakah kamu melakukannya karena tak mencintaiku sama sekali?" Bowo mengangkat dagu Ratna dengan telunjuk dan jempolnya.
Ratna tak bersuara, wajahnya banjir oleh air matanya yang terus keluar di sela isaknya.
"Katakan padaku, setelah lima tahun pernikahan kita, apakah sama sekali tidak ada perasaanmu padaku? Apakah begitu sulitnya kamu mencintaiku?? Apakah menghormati hubungan kita ini adalah hukuman bagimu?"
Bowo yang tak banyak bicara itu seakan menumpahkan semua kesakitannya.
"Aku tiba di rumah ini, langsung mencarimu, berharap Anin hanya menceritakan hal yang tak benar tentangmu!!! Dan...apa yang kutemui di dalam lemarimu?" Bowo melepaskan jemarinya dengan kasar dari wajah Ratna.
"Ini!!!'
Dia merogoh saku celananya dan menghamburkan beberapa papan pil kontrasepsi di depan wajah Ratna.
"Kau tahu penghinaan macam apa yang ku terima dengan melihat ini, bahkan istriku sendiri selama ini tak mau benihku tumbuh dalam rahimnya. Lima tahun aku menunggu, ada seorang anak yang mungkin akan mengikat hubungan kita lebih dekat tetapi kamu ternyata membunuhnya sebelum benih itu tertanam. Apakah aku seburuk itu untukmu?"
BUK ! BUK!!!
Tinju berikutnya menghantam tembok, sekarang buku-buku tangan Bowo mengelupas dan berdarah, perihnya sama sekali tak di rasakannya. Hatinya sebagai seorang suami benar-benar hancur lebur.
"Maafkan aku..." Ratna beringsut dan menangkap kaki Bowo. Tetapi Bowo segera mundur dengan pandangan murka dan terluka.
"Dan...dengan orang lain kamu bahkan menyediakan dirimu untuk mengandung anaknya!!! Argggggh....!!!" Bowo berteriak keras, meraung sambil mengepalkan kedua tangannya hingga tubuhnya bergetaran.
Ratna semakin ketakutan, keringat dan air matanya telah sama derasnya, dia bisa melihat Bowo seakan sanggup membunuhnya saat ini dari piasnya yang semerah saga itu.
"Aku mempercayaimu, aku mencintaimu bahkan memujamu, Ratna. Tapi...apakah menurutmu aku pantas aku memaafkanmu?" darah dari buku tangannya menetes di lantai saat Bowo mengepalnya sekuat tenaga.
Ratna menggelengkan kepalanya, dia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya seraya bersimpuh kembali terisak. Entah dia menyesal atau hanya karena takut dengan kemurkaan sang suami, hingga ia sesenggukan begitu rupa.
"Ratna, sebagai lelaki aku minta maaf telah menamparmu, tetapi ketahuilah itu sungguh tak sebanding dengan apa yang aku dan Anin rasakan. Mungkin, demi cintaku padamu, aku bisa bisa menutup mata untuk pengkhianatanmu tetapi..." Bowo menatap nanar ke arah perut Ratna.
"Tetapi aku tak bisa hidup denganmu, bersama bayi orang lain yang telah kau pintal dengan cinta itu. Aku mungkin bisa memaafkanmu tetapi aku tak bisa melupakan penghinaan ini seumur hidupku. Jika kamu mengatakan lebih awal bahwa kamu tak pernah bisa belajar menerima pernikahan kita, maka kita bisa akhiri semua itu dengan baik-baik bukan dengan menyakitiku seperti ini. Katakan saja kamu menyerah. Sesederhana itu..."Air mata Bowo akhirnya jatuh juga, kontras dengan pakaian seragam yang membalut ketat tubuh idealnya itu.
"Hanya satu yang ingin kutanyakan padamu, Ratna. Kenapa kamu memilih Galih untuk menghancurkan hubungan kita?" Tanya Bowo dengan mata terbuka lebar tak berkedip.
"Aku..." Ratna menyangga kedua tangannya di lantai, mengumpulkan keberanian untuk menatap wajah suaminya itu.
"Aku mencintainya..." Ucap Ratna lirih, hampir tak terdengar.
"Argggggh..." Bowo membalikkan tubuhnya, sakit hatinya merasuk hingga ke sumsum mendengarkan pengakuan Ratna. Sebagai seorang lelaki dia telah merasa kalah telak.
"Dia...dia suami sahabatmu, Ratna. Bagaimana bisa kamu mencintai suami orang, suami teman dekatmu?" Bowo menelan ludahnya, dia bahkan tak sanggup menoleh lagi pada Ratna, karena jika itu dia lakukan, mungkin dia akan kalap dan melampiaskan amarahnya tanpa ampun.
Bowo berjalan menuju, pintu dengan langkah tertatih. Jiwa dan raganya seakan tak menyatu sekarang.
"Aku akan menceraikanmu, jika itu yang kamu inginkan." Ucap Bowo sebelum pergi.
(Jangan lupa dukungan kalian yaaaa🙏☺️ Apapun yang kalian berikan ke othor adalah penyemangat author terus menulis😘 vote, Bunga dan kopinya bahkan ada yang kirim silet dan kursi pijat kemarin, luar biasa terimakasih itu adalah bekal othor mau double up hari ini🙏☺️🥰🥰🥰)
andai d alam nyata, tak bejek2 tu suami .bikin dendam aja
sukses dalam berkarya.
ku suport dngan kirim setangkai mawar.