NovelToon NovelToon
Legenda Pendekar Suci

Legenda Pendekar Suci

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Fantasi Timur / Perperangan
Popularitas:20.8k
Nilai: 5
Nama Author: Aleta. shy

Di tengah hiruk pikuk dunia persilatan. Sekte aliran hitam semakin gencar ingin menaklukkan berbagai sekte aliran putih guna menguasai dunia persilatan. Setiap yang dilakukan pasti ada tujuan.

Ada warisan kitab dari nenek moyang mereka yang sekarang diperebutkan oleh semua para pendekar demi meningkatkan kekuatan.

Di sebuah desa kecil, hiduplah seorang anak yang masih berusia 7 tahun. Dia menjadi saksi bisu kejahatan para pemberontak dari sekte aliran hitam yang membantai habis semua penduduk desa termasuk kedua orang tuannya.

Anak kecil yang sama sekali tidak tau apa apa, harus jadi yatim piatu sejak dini. Belum lagi sepanjang hidupnya mengalami banyak penindasan dari orang-orang.

Jika hanya menggantungkan diri dengan nasib, dia mungkin akan menjadi sosok yang dianggap sampah oleh orang lain.

Demi mengangkat harkat dan martabatnya serta menuntut balas atas kematian orang tuanya, apakah dia harus tetap menunggu sebuah keajaiban? atau menjemput keajaiban itu sendiri?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aleta. shy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pelajaran untuk Xingcho

"Aku menginginkannya hari ini! Tidak peduli bagaimanapun cara kau mendapatkannya. Atau kepala yang tidak berharga ini akan lepas dari tubuhmu sekarang juga." Bentak Xingcho. Mulutnya selalu enteng menyuarakan nyawa seseorang seolah-olah tidak mempunyai harga.

Xingcho benar-benar sudah melampaui batas. Dia kembali mendatangi Xiao Lee setelah merasakan sendiri bagaimana khasiat dari permata siluman yang dikonsumsinya. Ada sebuah perubahan yang begitu tampak dari segi daya tahan tubuhnya.

"Bagaimana aku mau mencarinya tuan muda, aku tidak memilikinya lagi." Xiao Lee tampak meminta belas kasih kepada anak dihadapannya itu. Dua tangan di katupnya sebagai bentuk permohonan maaf.

"Aku benar-benar tidak memilikinya lagi tuan muda. Kemarin aku mendapatkannya dari seseorang, hingga saat ini orang itu tidak pernah muncul lagi." Xiao Lee berkilah. Mana mungkin dia akan memberikan permata siluman miliknya secara gratis kepada Xingcho. Bahkan jika anak itu ingin membelinya pun dia tidak akan menjualnya. Lebih baik dia memberikannya kepada orang lain secara gratis daripada harus dibeli Xingcho dengan harga yang tinggi.

"Kau ternyata seberani itu denganku ya." Xingcho tidak terima saat pria paruh baya dihadapannya ini mengatakan sudah tidak memiliki permata siluman yang diinginkannya. Terlepas dari jujur atau tidaknya orang itu, Xingcho benar-benar murka karena dia ingin merasakan lagi bagaimana sensasi luar biasa saat dia mengkonsumsi permata siluman.

"Ada apa ini!" Seorang gadis kecil berlari mendekat kearah ayahnya yang sedang tertunduk.

"Hei kau, apa yang kau lakukan dengan ayahku!!" Bentak seorang gadis kepada Xingcho. Dengan lantang dia menyuarakan itu tanpa rasa takut sama sekali.

Melihat siapa yang datang untuk menjadi pahlawan bagi pria paruh baya ini, membuat Xingcho tersenyum penuh arti. Gadis kecil yang sempat membuat dirinya terpesona akhirnya menampakkan diri dihadapannya.

"Gadis manis, aku tidak ada urusan denganmu. Pedangku ini tidak mampu melukai wajah yang cantik seperti ini." Xingcho menaikkan satu alisnya mencoba mengelus wajah mulus gadis kecil dihadapannya itu, namun seketika ditepis begitu kerasnya oleh sang pemilik wajah.

Tindakan kurang ajar Xingcho membuat Xiao Lee naik pitam dibuatnya. Berani-beraninya anak ini menganggu putri kecil kesayangannya. Cukup kemarin dia diam, tapi tidak untuk kali ini. Dia hanya malas berurusan dengan Bai Feng, karena dia tau betul bagaimana tetua desa itu sangat menyayangi cucunya.

"Chia, pergilah." Xingcho menyuruh putri kecilnya agar tidak mencari gara-gara dengan anak sombong itu, ya walaupun memang Xingcho lah yang memulainya terlebih dahulu. Cukup dirinya saja yang terkena masalah, jangan putri kecilnya.

"Chia ya, hmmm nama yang bagus." Xingcho menyarungkan kembali pedangnya. "Aku akan memaafkan mu, asalkan putrimu ini mau ikut bersamaku ke tempat yang bisa membuat kami berdua bersenang-senang." Ucapnya kepada Xiao Lee, namun matanya bergerilya melihat tubuh Chia dengan tatapan mesum.

Mendengar ucapan merendahkan itu, Xiao Lee tidak bisa membendung kemarahannya. Padahal masih kecil, tapi bisa memikirkan hal kotor seperti itu.

"Cih." Xiao Lee berdecih. Emosinya menyeruak tak tertahankan lagi.

"Pergi dari sini." Tiba-tiba saja Xiao Lee langsung berdiri tegak. Wajahnya kali ini tampak tidak bersahabat. Kesabarannya untuk Xingcho sepertinya sudah melebihi batasnya.

"Wah wah wah, apa aku tidak salah dengar?" Xingcho mendekatkan kupingnya ke arah mulut pria paruh baya tersebut. Anak kecil itu malah semakin memprovokasi Xiao Lee.

"Bisakah kau ulangi ucapanmu tadi pak tua?" Dia benar-benar sedang menguji kesabaran Xiao Lee. Tanpa tau dengan siapa dia berhadapan sekarang.

"Kau pulanglah sekarang." Ucap Xiao Lee sekali lagi seraya memejamkan matanya berharap amarahnya mereda terhadap Xingcho. Melihat wajah anak ini membuat dadanya mendidih.

Chia yang melihat ekspresi ayahnya itu langsung mengetahui jika ayahnya ini sedang dalam puncak kemarahan.

"Hei kau pria gila, pulanglah sekarang!!" Chia mengeluarkan pedangnya berbalik mengacungkannya kepada Xingcho. Dia tidak ingin ayahnya lepas kendali. Chia sangat mengetahui bagaimana jika ayahnya sedang marah, maka dari itu dia sesegera mungkin mengusir Xingcho dari sini.

"Siapa kalian yang berani menyuruhku pergi? Ini adalah wilayah kekuasaan kakekku. Jangan salahkan aku jika nyawamu akan aku cabut sekarang juga! Cepat bersujud!" Xingcho menunjukkan kemarahannya kepada Xiao Lee. Biasanya jika dia berbuat seperti ini, semua orang akan patuh kepadanya.

Dikarenakan tempat ini adalah sebuah pasar, pusat perbelanjaan. Pasti banyak sekali orang yang berkunjung disini. Tak ayal jika semuanya berfokus pada kejadian antara Xingcho dan Xiao Lee sekarang.

Melihat pria paruh baya itu acuh terhadap perintahnya agar bersujud, dia kembali mengeluarkan pedangnya. Wajah Xiao Lee bahkan menampakkan senyuman menantang kepada Xingcho, alhasil membuat anak kecil itu naik pitam dibuatnya.

Chia yang menjadi penengah akhirnya menghela nafas kasar. Jika seperti ini, ayahnya pasti sudah tidak bisa dibendung lagi. Xiao Lee memiliki sifat yang keras, seringkali dia menahan dirinya agar tidak berbuat hal-hal yang sebenarnya tidak diinginkannya. Namun untuk Xingcho mungkin ada pengecualiannya.

"Kesabaran memang tidak ada batasnya. Tapi khusus untuk anak gila ini, aku memaklumi apa yang ayahku akan lakukan terhadapnya." Batin gadis kecil itu.

"Berlindung dibawah nama besar kakekmu? Kau pikir aku peduli? "Xiao Lee bertanya dan berkata dingin.

"Persetan dengan kakeknya!! Seharusnya dari dulu aku habisi saja anak ini." Batin Xiao Lee menatap tajam ke arah Xingcho.

Hal tidak diduga terjadi. Xiao Lee membekap tubuh Xingcho menariknya menjauhi kerumunan. Semua orang disitu tersentak kaget tak percaya melihat kegesitan pria paruh baya itu. Mereka semua para pedagang di pasar mengetahui jika Xiao Lee adalah orang biasa pada umumnya, bukan seorang pendekar.

"Hei lepaskan aku!" Anak berusia 11 tahun itu meronta-ronta untuk dilepaskan. Dia sangat kaget dengan kecepatan pria paruh baya itu. Xingcho berpikir Xiao Lee adalah pria biasa yang tidak mempunyai teknik ilmu beladiri.

Dengan ilmu meringankan tubuhnya Xiao Lee mulai beranjak dari keramaian membawa Xingcho ketempat yang jauh sehingga lebih mudah membuat dirinya mau melakukan apapun terhadap anak ini. Sebelum itu, terlebih dahulu dia membuat kuncian dileher Xingcho sehingga anak itu tidak bisa berbuat lebih.

Diluar dugaan semua orang, ternyata ilmu meringankan tubuh dan kecepatan Xiao Lee jauh diatas rata-rata. Semua orang pun tau jika pria paruh baya itu adalah seorang pendekar dengan kemampuan ditingkat yang tinggi. Adapun pengawal dan orang yang selalu menjadi pendamping Xingcho kemanapun dia berada, kehilangan jejak keduanya walaupun selaju dan sekuat apapun mereka berusaha melakukan pengejaran. Tampak sekali perbedaan kekuatan yang begitu mencolok.

Suasana pasar yang awalnya sepi karena adanya Xingcho, seketika menjadi riuh dengan spekulasi semua orang kepada Xingcho dan Xiao Lee.

"Ternyata dia seorang pendekar."

"Bukankah itu cucu tetua Bai, pasti dia begitu murka jika tau cucunya diperlakukan seperti itu "

"Kalau perlu bunuh saja anak kurang ajar itu."

Dari kejauhan Yuan juga kaget ternyata orang yang selalu bertransaksi dengannya ternyata bukan orang sembarangan. Melihat dari gerakan dan kecepatannya, dapat diambil kesimpulan jika pria paruh baya itu paling rendah berada di tingkatan Pendekar bumi. Atau mungkin bisa saja berada ditingkatkan yang sama dengan nenek Ling yaitu berada di tingkatan Pendekar Langit.

"Lagi dan lagi dengan mudahnya aku terkecoh." Batinnya.

Ditempat lain, Xingcho berusaha memberontak. Dari awal dirinya pun melakukan hal itu namun tidak membuahkan hasil. Satu tangan pria paruh baya itu disilangkan tepat dilehernya sehingga tidak memungkinkan Xingcho bertindak lebih.

Teknik kuncian.

"Hei sialan lepaskan aku!!!"

"Kau tidak tau siapa aku ha!!" Masih sempat sempatnya Xingcho menyombongkan dirinya. Xiao Lee bersifat acuh, tidak bisa menahan diri lagi untuk menyiksa anak ini.

Setelah merasa cukup aman dari pengejaran pengawal Xingcho, Xiao Lee mendarat disebuah pohon yang lumayan tinggi sebelum akhirnya akan melepaskan anak itu dari tangannya. "Akan aku kabulkan permintaanmu bocah. Bukankah kau ingin dilepaskan?"

"Bodoh!! Kau gila ya!" Maki Xingcho. Dia begitu ketakutan sekali. "Awas saja kalau kau berani, akan ku laporkan dengan...."

Belum sempat Xingcho mengucapkan kalimat terakhirnya, Xiao Lee langsung melepaskan tangannya dari tubuh anak kecil itu tanpa belas kasih. Dia benar-benar melakukannya, bukan ancaman belaka. Tidak hanya itu, Xiao Lee juga menambahkan sedikit dorongan supaya tubuh kecil itu menimbulkan luka yang besar.

"Aaaaaaaaaaa..." Xingcho merasakan dirinya melayang di udara. Jantungnya berdetak begitu cepat, pertama kali dalam hidupnya dia diperlakukan seperti ini.

Bugh...

Suara tubuh Xingcho setelah jatuh ketanah. Suasana hening sebentar, pandangan matanya sedikit tampak buram. Ketidakseimbangan pada posisi jatuh Xingcho membuat tubuh anak kecil berusia 11 tahun itu merasakan kesakitan yang begitu luar biasa sekali.

"Kenapa kau seberani ini terhadap ku ha!"

Secara berkala rasa takut itu semakin besar di perasaan Xingcho. Kedua tangannya tertumpu di tanah berusaha membangunkan posisi tubuhnya.

Sedikit demi sedikit kaki itu mulai mundur kebelakang. Tangannya segera mencari tumpuan untuk menyandarkan tubuhnya. Darah segar sedikit mengalir dari mulut serta hidungnya.

Mata Xingcho tidak bisa berbohong kalau sekarang dia dihadapkan sebuah ketakutan yang teramatkan. Dia mengira semua orang bisa ditindasnya. Kakeknya, Bai Feng selama ini menjadi tameng nama membuat semua orang segan kepadanya.

"Pergilah dari sini. Jangan mendekat!!" Mata Xingcho melotot berharap pria paruh baya itu sedikit gentar terhadapnya.

Xiao Lee tidak menunjukkan ekspresi apapun. Dengan ilmu meringankan tubuhnya, dia menuruni pohon layaknya burung yang sedang mendarat.

"Tangan sebelah mana yang ingin menyentuh wajah putriku tadi?" Tanya Xiao Lee dingin. Dia bergerak maju kearah Xingcho dengan tatapan dingin.

Melihat hal itu, Xingcho mengeluarkan pedang dipunggungnya ingin menyerang Xiao Lee, walaupun tubuhnya terasa remuk.

Serangan pertama Xingcho berhasil dengan mudahnya dipatahkan oleh pria paruh baya itu. Langkahnya yang sempoyongan mencoba untuk memfokuskan tenaga dalamnya kearah pedangnya.

"Pedang perusak!!" Xingcho mengeluarkan satu jurus pedangnya. Saat menggunakan jurus itu, sisa tenaga dalamnya semuanya terhisap kedalam pedang yang berada di genggaman tangannya itu.

Sekarang Xingcho hanya mengandalkan sedikit kekuatan ditubuhnya tanpa tenaga dalam sama sekali. Saat dirinya terjatuh dari ketinggian tadi, hampir tiga perempat tenaga dalamnya terbuang. Itu semua guna memulihkan luka dalam yang didapatkannya saat terjatuh tadi.

Kalau bukan karena permata siluman yang sempat dikonsumsinya, mungkin sekarang tubuh Xingcho sudah lunglai tak berdaya. Walaupun hanya satu, tapi efeknya luar biasa.

Xingcho dengan gerakan lambatnya melayangkan pedang yang sudah dibalutkan jurus kearah Xiao Lee.

Pria parah baya itu tetap berhati-hati. Dia melihat ada kekuatan besar yang terkumpul didalam pedang tersebut. Hanya dengan sedikit gerakan, Xiao Lee mampu menghindar dari serangan Xingcho.

Karena sasarannya sudah berhasil menghindar, sedangkan Xingcho sudah terlanjur melayangkan pedangnya.

Tiba-tiba...

Duar!!!!

Bunyi ledakan yang cukup kuat membuat tanah sampai-sampai nampak sedikit retakannya. Sebuah jurus yang begitu luar biasa. Kerusakan yang dikeluarkan jurus ini begitu mengerikan.

"Bai Feng berhasil mengajarkan jurus yang berbahaya ini kepada cucunya. Tapi sayangnya, dia telah mengajarkannya pada orang yang salah."

"Aku tidak mau bermain-main lagi, cepat katakan apa permintaan terakhirmu."

Deg.

Xingcho yang sudah tidak berdaya itu langsung menatap ke arah Xiao Lee penuh amarah.

"Memangnya kau berani membunuhku?"

"Apakah kau tidak takut dengan kakekku?"

Trik terakhir Xingcho yaitu dengan membawa nama kakeknya.

"Aku tidak peduli siapa dirimu! Siapa keluargamu! Dan siapa kakekmu!" Bentak Xiao Lee dengan mata yang berapi-api.

"Anak seperti dirimu adalah sampah. Kau adalah hama di desa ini. Matilah kau!!!" Seru Xiao Lee menggertak Xingcho seraya dirinya mengambil pedang yang sebelumnya digunakan anak kecil itu saat mengeluarkan jurus tadi.

Tubuh Xingcho bergetar bukan main. Dia tidak ingin mati, dia masih muda. Banyak hal yang harus diperbuatnya. Ambisinya sangat besar untuk menguasai dunia. Tidak mungkin dirinya mati dengan cara seperti ini.

"Maafkan aku."

"Aku mohon jangan bunuh aku." Hati yang keras itu tiba-tiba melunak. Kondisi Xingcho begitu menyedihkan. Kedua lutut bertumpu ditanah dengan kepala sedikit tertunduk. Dia rela melakukan itu walaupun kehilangan harga diri. Persetan dengan harga diri, yang penting dia tidak dibunuh. Dia mengakui kalau orang ini bukan tandingannya.

"Aku akan memberikan apapun yang kau mau. Aku mohon jangan bunuh aku. Kakekku pasti akan murka jika kau nekat melakukannya." Ucap Xingcho. Lagi-lagi dia membawa-bawa nama kakeknya.

"Menyedihkan sekali, cih." Xiao Lee tersenyum mengejek. Dia jijik sekali melihat tingkah anak kecil ini.

"Cium kakiku." Perintah Xiao Lee. Netra matanya memandang lekat sosok didepannya ini, apakah dia rela melakukannya. Manakah yang lebih berharga, apakah harga diri atau nyawanya sendiri. Karena pendekar sejati tidak akan merendahkan harga dirinya didepan orang lain walaupun nyawanya terancam. Kecuali pilihan itu berkaitan dengan orang yang disayangi.

Ternyata dugaannya sedikitpun tidak meleset. Anak kecil berusia 11 tahun itu langsung mencium kaki Xiao Lee, dia benar-benar melakukannya.

"Dimanakah letak harga diri anak ini?" Batin Xiao Lee menggelengkan kepalanya pelan.

"Aku mohon tolong jangan bunuh aku. Aku masih ingin hidup."

Xiao mengabaikan ucapan itu. "Manakah tanganmu yang ingin menyentuh wajah putriku tadi?" Tanya Xiao Lee.

"Aku mau memotong tangan itu sekarang juga." Sambung Xiao Lee berucap sangar yang membuat mental Xingcho seketika ciut.

Wajah yang biasanya angkuh itu tiba-tiba sekarang dipenuhi rasa takut. Terlihat jelas jika kaki anak itu gemetaran, tidak menggambarkan seorang pendekar sejati. Xiao Lee menikmati pemandangan dihadapannya ini.

"Hahahaha setidaknya dia merasakan bagaimana rasanya direndahkan." Ucap pria paruh baya itu dalam hatinya.

Tiba-tiba Xiao Lee merasakan hawa keberadaan seseorang yang mulai mendekat. "Huh, padahal aku masih ingin bermain-main dengan anak ini."

Sudah saatnya Xiao Lee pergi dari tempat ini. Namun sebelum dia pergi dari tempat ini, dia berencana meninggalkan sebuah kenang-kenangan kepada anak kurang ajar ini.

Krekh...

"Arghhh!!" Raung Xingcho merasakan kesakitan di area lengan tangan kanannya.

"Ini untuk putriku yang dengan tangan ini hampir melecehkannya." Xiao Lee menggeserkan lengan tangan anak itu jauh daripada sendinya. Untuk sementara bisa dipastikan anak itu akan cacat dalam beberapa bulan kedepan.

Belum puas dengan itu, Xiao Lee mengeluarkan sebuah pisau kecil dari jubahnya. Dia mengarahkan benda itu ke wajah Xingcho. Sebelum akhirnya menyayat wajah itu dengan luka yang cukup dalam.

"Arkhhhh tidak!!!" Xingcho berteriak. Rasa sakit yang sebelumnya belum menghilang ditambah lagi dengan rasa sakit di area wajahnya ini.

Berhadapan dengan Xiao Lee saat ini dia tidak bisa berkutik sama sekali. Hanya mampu menerima semua tindakan pria paruh baya tersebut terhadapnya.

Mati kutu.

Buah keburukan dari sifat Xingcho akhirnya tertuai sekarang melalui Xiao Lee. Entah dengan kejadian ini dia akan memperbaiki dirinya, ataukah malah menjadi-jadi?

"Selamat menikmati." Ucap Xiao Lee kepada Xingcho dengan seringai kepuasan.

Karena waktu yang tidak memungkinkan, Xiao Lee langsung melompat kearah pohon didekatnya. Kecepatan dan ilmu meringankan tubuhnya yang tinggi, seketika itu juga pergi dari tempat itu meninggalkan anak kecil yang sedang meronta-ronta kesakitan. Dia tidak berniat membunuh anak kecil itu, hanya sedikit memberi pelajaran berharga. Tindakan kurang ajar Xingcho pantas diberi hukuman, terlepas masih anak-anak ataupun bukan.

"Tuan muda!!!" Dari arah kejauhan terdengar teriakan orang-orang yang memanggil Xingcho. Semakin lama suara itu semakin dekat, sampai akhirnya mereka semua menemukan tuan mudanya itu yang sedang berguling kesana kemari menahan rasa sakit.

"Akan ku balas kau!!!" Seru Xingcho.

Ternyata tetap saja.

.

.

.

.

Like dan komen dari kalian merupakan sebuah penghargaan kepada saya yang seorang penulis pemula.

Terimakasih sudah membaca.

1
Jumadi 0707
blm msk cerita lama bnr proloognya
Ibad Moulay
Urraa 🔥🔥🔥
Ibad Moulay
Lanjutkan 🐎🐎🐎🐎
safana
up dong thor
Derajat
Apakah Yuan akan menolong Xiao Le
Ibad Moulay
Urraa 🔥🔥🔥
Ibad Moulay
Lanjutkan 🐎🐎🐎
Derajat
Siluman Kuat.. tapi bisa dikadali anak kecil
Derajat
👍👍👍👍💪💪💪💪
Derajat
Biasa menghadapi Siluman malah Pingsan ketemu Sosok Hanto😂😂
Derajat
Semangat Tor 🙏🙏
Derajat
Harusnya kasih pelajaran Cucu Bai Fan yg arogan
Derajat
Memang kitab itu berjodoh dg Yuan
Derajat
Semoga keberuntungan memihak Yuan
Derajat
Guru dan Murid sama sombongnya
Derajat
Harusnya hajar saja Anak kurang ajar walau dia muridnya
Derajat
Lanjutkan
Derajat
Apakah Yuan bisa bertarung
Derajat
Dendam Yuan Harus terbalas
Derajat
Nenek Ling ternyata Kakak tetua Cao
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!