Dominic seorang pemimpin pasukan bayaran yang dijuluki 'Pasukan Penjagal' terpaksa harus mencari keberadaan seorang puteri kerajaan yang hilang. Awalnya Dominic dan pasukannya menyerah karena tidak berhasil menemukan puteri tersebut. Tapi di tengah petualangannya tanpa sengaja ia menemukan sesuatu diluar dugaannya.
Apakah yang terjadi?
Mampukan Dominic menemukan puteri yang hilang dan apa yang akan terjadi selanjutnya di perjalanan Dominic?
Yuk simak kisahnya....
Warning! Cuma buat yang Dewasa aja yah...yang masih bocil mending Skip ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yurika23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 3
Mencari.
Dengan santai Dominic menangkap balok di tangan pria tadi hanya dengan satu tangan. Kemudian menghempaskan tubuh si pria dengan satu kali hempasan. Pria itu terjungkil jatuh ke tanah.
Beberapa pria menyusul akan menghajar Dominic, tapi tak satupun yang bisa memukul pria kuat itu.
Anak buah Dominic hanya menonton dengan santai di kursi pinggir kedai. Ada yang melipat tangannya di dada, ada yang tertawa, bahkan ada yang masih menikmati makanannya sambil melihat tontonan seru antara pemimpinnya dengan para warga yang marah.
Tujuh orang pria terkapar di tanah sambil meringis kesakitan. Dominic menghampiri gadis yang akan kabur itu.
“Nona!, Hey! aku hanya ingin melihat apakah ada tanda di punggungmu!” tanya Dominic sedikit marah pada gadis itu yang hampir kabur.
“T-tidak ada Tuan” jawab si gadis sambil menurunkan sedikit pakaiannya untuk menunjukan bahwa ia tidak memiliki tanda itu.
Dominic menendang tanah dengan kesal, hingga hempasannya menimbulkan debu yang berterbangan. “Akh! Sial. Kenapa aku ambil pekerjaan menyebalkan ini!”
“Hoy! Kita pulang!. Kita hentikan saja pencarian bodoh ini. Menyusahkan saja!” perintah Dominic pada pasukannya yang masih berada di dalam kedai.
Akhirnya mereka akan melakukan perjalanan untuk pulang ke Curtburgh. Dominic memang tidak cocok dan tidak sabar untuk pekerjaan seperti itu. Ia lebih memilih bertarung dengan kekuatan fisiknya daripada menunggu sesuatu yang membuatnya jenuh.
Di tengah perjalanan di tengah desa, mereka - Dominic dan beberapa pasukannya agak merendahkan langkah mereka ketika sekerumunan orang tengah melihat sesuatu di depan sana.
“Ada apa disana?” tanya satu anak buah Dominic pada salah satu pria setengah tua disana.
“Itu, si gadis penjual buah Bit berambut merah baru keluar lagi. Dia adalah gadis paling cantik dan selalu menjadi pusat perhatian dari beberapa pekan yang lalu”
Tiba-tiba saja semua anak buah Dominic yang penasaran menghampiri kerumunan dan mendapati seorang gadis cantik berambut merah tengah menawarkan buah Bit yang dijualnya.
“Tuan! Ayo silahkan buah Bit-nya. Silahkan Nyonya, buahnya masih segar!” teriak gadis berambut merah si penjual buah.
Ternyata kerumunan itu bukan sekedar membeli buah Bit yang dijual si gadis, tapi kebanyak mereka ingin melihat kecantikan dan rambut merah cerah yang unik dan belum pernah ada di desa mereka sebelumnya.
“Tuan, aku ingin membeli buah Bit!’ ujar salah satu anak buah Dominic.
“Aku juga Tuan Dom. Apa kau mau mencoba, biar aku belikan” kali ini Axon yang bertampang sangar ikut menuju ke kerumunan.
Dominic spontan memukul kepala Axon dengan ujung sarung belatinya. “Sejak kapan kau suka buah Bit?” ucap Dominic setengah kesal.
“Sejak hari ini Tuan” Axon segera menuju ke penjual buah.
“Ayo Tuan, silahkan mau berapa?” tanya si gadis yang memang berbeda dari yang lainnya.
Dominic menghela nafas kasar melihat kelakuan anak buahnya. Dominic menghampiri kerumunan tersebut.
“Hey! Anak-anak bodoh! Apa yang kalian lihat? Sudah! Ayo pulang” omel Dominic pada anak buahnya yang seolah tersihir oleh pesona kecantikan gadis berambut merah.
“Tapi Tuan, dia cantik” - “Iya Tuan Dom, biarkan kami melihat makhluk langka” - “Sebentar lagi Tuan” - “Itu, buah Bit …” - ocehan anak buah Dominic sama sekali tidak di gubris oleh pria itu.
“Dasar bodoh!. Bukan dia gadis yang kita cari!”
“Tuan, lihat dulu Tuan. Dia seperti boneka” kali ini Axon terlihat tertarik dengan si gadis berambut merah.
“Axon-” tegur Dominic.
“Tapi Tuan, matanya biru seperti batu safir”
Mendengar kalimat Axon, Dominic langsung teringat perkataan utusan Kerajaan tentang ciri Puteri yang hilang. Dominic akhirnya berusaha melihat si gadis dengan jelas dari sela-sela kerumunan.
Ketika Dominic memandang mata gadis itu, tanpa sengaja manik indah si gadis juga menatap wajah Dominic. Keduanya sempat membatu beberapa saat.
“Ah, tapi rambutnya berwarna merah, Putri nakal itu berambut kecoklatan. Sudahlah, ayo kita kembali!” Dominic langsung membalik badan dan akan meninggalkan kerumunan tersebut.
Tapi bawahan Dominic seolah tidak mendengar perintah pimpinannya.
“Pasukan bodoh!. mau ikut atau mau ku tebas leher kalian!” teriakan Dominic sontak membuat semua yang ada disana tercengang dan diam seketika.
Satu persatu anak buah Dominic sudah berkumpul keluar dari kerumunan dan mengekor Dominic melangkah pergi.
“Dasar bodoh!. Buah Bit-buah Bit!” gerutu Dominic kesal.
Tak berapa lama dari langkah mereka pergi, serombongan pasukan Kerajaan datang menyerbu desa. Entah pasukan Kerajaan darimana, tapi mereka seolah mengintimidasi penduduk desa. Seluruh penduduk desa di kepung dan di paksa berkumpul di lapangan luas.
Teriakan dan penolakan dari penduduk desa membuat beberapa orang terpaksa menerima tebasan pedang milik prajurit kerajaan yang tengah menunggang kuda hitam dengan angkuhnya.
“Kumpulkan semua warga desa!” teriak pria diatas kuda hitam. Dominic dan anak buahnya yang akan pergi dari desa itu juga mendapat perlakuan kasar dari para prajurit Kerajaan. Mereka juga dipaksa berkumpul dengan penduduk desa.
“Hey!, kami bukan pend-” salah satu prajurit kerajaan mendorong Axon yang baru mau menyanggah penangkapan tersebut.
Axon melirik pada Tuannya. Seolah berkata - Ayo kita lawan Tuan! - tapi Dominic mengisyaratkan untuk tetap tenang dan menuruti mereka.
Seolah ada rencana di benak Dominic.
Akhirnya Dominic dan anak buahnya tidak melawan dan mengikuti perintah pasukan Kerajaan tersebut.
“Tuan, kenapa kita tidak melawan?” bisik salah satu anak buah Dominic.
“Ssh, diam! Kita lihat apa tujuan mereka” balas Dominic dengan suara tertahan.
“Kumpulkan para wanita. Ikat mereka!” perintah pria yang terlihat pemimpin pasukan Kerajaan.
Ketika si pemimpin melihat gadis berambut merah yang ikut dikumpulkan bersama warga desa. Pria yang masih berada di atas kudanya itu menyodorkan ujung pedangnya kearah si gadis. Ujung pedangnya menyentuh dagu gadis berambut merah lalu mengangkat wajahnya agar mendongak dan melihat wajah pemimpin pasukan tersebut. “Pisahkan dia, kurung didalam kereta karavan” perintah pria itu diatas kudanya.
Si gadis rambut merah! - para pria berbadan besar anak buah Dominic hampir berbarengan melotot melihat pemandangan di depannya.
Ketika si gadis dipaksa berdiri oleh prajurit Kerajaan. Beberapa anak buah Dominic melirik kearah tuannya, seolah meminta persetujuan untuk melawan.
Dominic yang mengerti kegundahan anak buahnya langsung berdiri.
Prajurit kerajaan yang melihat Dominic berdiri langsung memaksanya untuk berlutut lagi di tanah.
Dengan kekuatan seorang Dominic, pria itu menghajar salah satu prajurit yang berani memegang pundaknya yang memaksanya untuk berlutut.
Spontan semua anak buah Dominic ikut berdiri dan melawan. Alhasil terjadi pertempuran kecil antara prajurit Kerajaan dengan pasukan Dominic. Para penduduk hanya bisa melihat dengan ketakutan.
Pertarungan singkat yang tentu saja di menangkan Dominic dan anak buahnya, membuat penduduk desa berterimakasih pada mereka.
Axon langsung mendekati si gadis berambut merah. “Apa kau tidak apa-apa?” tanya Axon yang sepertinya mulai ada rasa pada gadis itu.
“Ya, aku tidak apa-apa. Terimakasih telah menyelamatkan kami” ucap si gadis.
Setelah semua selesai. Pasukan kerajaan sudah berlalu dari sana. Keadaan mulai normal kembali.
Beberapa saat kemudian, pasukan Dominic akan melanjutkan perjalanan pulangnya, tapi langkah mereka di cegah oleh gadis si rambut merah.
“Tuan! Tunggu!. Apa aku bisa ikut bersama kalian?” tanya gadis berambut merah.
Sontak anak buah Dominic menyetujuinya, tetapi …
“Tidak” jawab Dominic tegas.
Semangat berkarya.
Berkah&sukses selalu.