bella di paksa ibu tirinya menikahi paktua kaya demi uang yang di janjikan pak tua itu. namun siapa sangka, saat di sebuah hotel, dia memberontak berusaha kabur dari paktua itu hingga bella bersembunyi di sebuah ruangan yang sedikit gelap bella kira di dalam ruangan itu tidak ada siapa siapa. ternyata seorang lelaki sedang sempoyongan karena pengaruh obat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yasbyhasbi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
merasa tidak asing dengan kejadian itu (bik Nimah)
"Jangan bergerak kalian! Atau gue bunuh cewek ini.." Fani menodongkan pis*u itu pada leher Bella kala melihat segerombolan orang berbaju hitam menghampirinya.
"Lepaskan Bella!" sentak Richard pada Fani.
"Gak, gue gak akan lepasin Bella...."
"Kau punya nyali besar ya untuk menculik Bella.." smirk wajah membunuh Richard.
"Gue gak takut sama Lo Lo pada! Yang gue mau cewek ini mamp*s di tangan gue." perempuan itu semakin menekankan pis*unya pada leher Bella.
"Anda lihat ini..." Richard memperlihatkan ponselnya yang langsung video call dengan Ray. Di lihatnya Ray sedang mengancam balik.
"Bro! Nyokap Lo cantik juga. Boleh gue coba ya sebelum gue Sik*a nyokap Lo!" ucap Ray dari sambungan video call itu. Ia mengelus pipi Dina lalu beralih pada kancing kemeja yang dipakai wanita paruh baya itu. Hingga melepaskannya satu persatu.
"STOP! Lo apain ibu gue!" Teriak Fani yang melihat ibunya hampir di lucuti oleh pria muda.
'Bener bener sengkl*k ni orang..' Batin Richard yang tak menyangka jika sahabatnya itu akan mengancam lawan seperti itu.
"Lepasin nona Bella, atau nyokap Lo...Ah...(melenguh) gue akan menikmatinya." Ancam Ray lagi.
"Fani...hiks...hiks... Tolongin ibu nak.." teriak sang ibu memanggil anaknya, minta pertolongan.
"Mama..!" teriak Fani.
Dan saat Fani lengah, dari arah belakang tiba tiba Stefan membekuk perempuan itu dan berhasil meringkusnya hingga tak bisa bergerak.
"Lepasin gue!" Fani memberontak, namun apalah daya tenaganya kalah telak dengan Stefan yang berperawakan tinggi.
"Lo berani ya bawa kabur Bella hah!" sentak Stefan menahan perlawanan Fani.
"Lo Stefan... Kenapa Lo selalu ada di pihak Bella!"Teriak Fani.
"Ya jelas gue ada di pihak Bella. Mustahil gue berada di pihak lo." Stefan segera menyeret Fani untuk di bawa ke kantor polisi.
"Ah...udahan main ancamnya... Nanggung nih.." ucap Ray dari layar ponsel yang melihat Stefan berhasil meringkus Fani. "Lo jangan bertindak berlebihan, atau gue masukin Lo ke penjara karena pelec*h*n.." Richard segera menutup sambungan video call nya dengan Ray, ia segera menolong Bella yang sudah melemah.
"Gue titip Bella sama Lo." ucap Stefan, ia segera membawa Fani ke mobil untuk di serahkan ke kantor polisi.
Richard segera melepas semua tali yang mengikat tubuh calon istrinya itu, karena tubuh Bella sudah melemas Richard menggendong calon istrinya itu ala bridal style untuk menuju ke mobil sport miliknya.
Mobil itu ia lajukan di atas rata rata menuju rumah sakit karena khawatir calon istrinya itu kenapa kenapa.
Sebuah rumah sakit.....
Bella terbaring lemah di sebuah ranjang rumah sakit, ia sangat syok setelah mendengar pernyataan adik tirinya tentang kematian ibunya. Bagaimana tidak, orang orang selalu bilang bahwa ibunya bunuh diri itu karena gangguan mental (gila). Padahal nyatanya, ibunya itu sehat dan kecelakaan itu adalah di rencana.
"Ibu!" Panggil Bella yang kini terbangun dari pingsannya.
"Bella...kamu tidak apa apa?" ucap sang ayah, menggenggam erat tangan anaknya itu.
"Ayah...ibu ayah... ibu..hiks hiks.." perempuan itu tak mampu lagi menahan tangisnya.
"Kau ingat ibu nak... Yang sabar, ibu sudah tenang di alam sana..." Mahendra mencoba menenangkan anaknya yang menangis mengingat mendiang ibunya.
"Ibu meninggal ternyata sengaja di celakai Dina sama Fani..hiks..hiks..."
"Ayah tak mengerti, apa maksudmu..." Mahendra tidak mengerti apa yang di maksud Bella. Dan hubungannya dengan Dina juga Fani.
"Ibu sengaja di dorong oleh ibu Dina saat itu hingga terjatuh ke sungai. Bukan karena depresi dan bunuh diri..."
"Mam jangan menangis, aku juga ikut sedih jika mami menangis.." ucap Garrel yang melihat ibunya menangis terus, ia menjadi sedih walau ia juga tak tahu apa penyebab dari kesedihan ibunya.
Bik Nimah yang sedari tadi berada di samping Mahendra bersama Garrel, mendengarkan ungkapan Bella majikannya. 'Kenapa aku merasa tidak asing dengan kejadian ini..' Nimah berusaha mencerna kejadian yang terasa familiar dalam benaknya. Hingga dirinya merasakan sakit pada kepalanya akibat memaksakan otaknya untuk mengingat sesuatu. "Akh.." Nimah memegang kepalanya yang terasa sakit.
"Bibi kenapa?" tanya Garrel yang melihat pengasuhnya itu kesakitan.
"Bibi tidak apa apa den..."
"Yakin. kau tidak apa apa?" timpal Mahendra yang melihat pengasuh cucunya itu kesakitan.
"Yakin tuan, saya tidak apa apa..."