"Hentikan gerakanmu, Bella," ucap Leo berat sambil mencengkram pinggang Bella. Bulu halus di tubuh Bella meremang, napas mint Leo memburu dengan kepalanya tenggelam di perpotongan leher Bella membuat gerakan menyusuri.
"kak, jangan seperti ini."
"Bantu aku, Bella."
"Maksudnya bantu apa?"
"Dia terbangun. Tolong, ambil alih. aku tidak sanggup menahannya lebih lama," ucap Leo memangku Bella di kursi rodanya dalam lift dengan keadaan gelap gulita.
Leo Devano Galaxy adalah pewaris sah Sky Corp. 2 tahun lalu, Leo menolak menikahi Bella Samira, wanita berusia 23 tahun yang berasal dari desa. Kecelakaan mobil empat tahun lalu membuat Leo mengalami lumpuh permanen dan kepergian misterius tunangannya adalah penyumbang terbesar sifat kaku Leo.
Hingga Bella berakhir menikah dengan Adam Galaxy, anak dari istri kedua papa Leo yang kala itu masih SMA dan sangat membenci Leo.
Sebenarnya Apa yang terjadi pada Leo hingga ingin menyentuh Bella yang jelas-jelas ia tolak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Baby Ara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6. Memandikan Leo
Plak!
Bella menampar pipi kiri Leo keras. Bella tidak terima ini kedua kalinya Leo memperlakukannya kurang ajar. Padahal Leo tahu kalau Bella adalah adik iparnya. Perbuatan itu sangatlah di laknat.
Embun di mata Bella berlomba-lomba ingin keluar.
"Kenapa kakak suka sekali melecehkan ku? Aku ini iparmu kak. Tolong, hargai kodratku sebagai perempuan dan seorang istri dari adikmu."
Sakit sekali. Bella menangis akhirnya. Perlakuan dari suaminya saja sudah cukup membuat Bella makan hati dan harus meluaskan rasa sabarnya.
Kini, di tambah Leo yang dengan brengsek berbuat sesuka hati juga pada Bella.
"Tuan." Revan coba mendekat.
"Keluar!" perintah Leo. Wajahnya tersirat kemarahan luar biasa.
"Ayo Nona."
Bella merasa Leo marah padanya. Biarlah, agar laki-laki itu bisa menjaga hawa nafsunya.
"Revan, kau tetap disini. Biar aku yang keluar."
"Revan keluar!" teriak Leo membahana.
Bella berdiri ikut akan pergi namun tangan besar Leo menariknya hingga Bella terjatuh di pangkuan Leo.
"Kak! Apa lagi ini! Lepaskan aku!"
Bella memberontak tapi tenaganya kalah oleh satu tangan Leo.
"Revan, gantikan aku meeting. Aku ada urusan dengan wanita ini."
"Baik Tuan."
Revan membungkuk lalu berbalik pergi menghiraukan teriakan Bella memanggilnya.
"Revan. Kak Revan, tolong aku!"
'Maaf nona, saya tidak bisa membantu,' batin Revan sambil ia menutup pintu.
Revan sebenarnya ingin menolong Bella. Tapi apalah daya, Leo adalah tuannya. Revan percaya bahwa Leo tidak akan menyakiti Bella.
Namun Revan juga meragu, Bella akan aman bersama Leo. Sikap tuannya pada Bella berubah dalam semalam.
Leo membawa Bella masuk dalam kamar mandinya. Bella tentu saja ketakutan. Takut adegan di lift terulang kembali.
"Aku tidak akan melakukan itu," kata Leo seakan mampu membaca pikiran Bella.
"Tapi semalam kakak melakukan itu," balas Bella lemah masih di pangku Leo.
"Pernah melihat orang mabuk?"
Bella mengangguk. "Apa hubungannya?"
Leo memainkan surai rambut Bella. "Bisa tidak mereka tiba-tiba mabuk tanpa sebab?"
Bella menggeleng lagi. Ia sudah letih memberontak. Tangan Bella juga masih sakit. Jadi, Biarlah seperti ini sampai Leo sendiri melepaskannya.
"Itu yang aku rasakan semalam."
Perkataan Leo berhasil membuat Bella menoleh padanya.
"Kakak minum alkohol? Tidak baik kak, untuk kesehatan. Apalagi kakak sedang masa pengobatan," nasehat Bella.
Ia sangat prihatin dengan kondisi Leo. Bella akui visual Leo nyaris sempurna. Dalam posisi duduk saja, postur ramping penuh otot Leo terlihat jelas.
"Bukan.Tapi seseorang memberiku obat dan itu bisa mereda dengan cara di lampiaskan."
Leo harap Bella mengerti. Karena memang bukan maunya menyentuh Bella. Wanita itu datang di waktu yang tidak tepat.
"Maksud kakak obat perangsang?"
"Betul."
Deg!
"Keterlaluan sekali. Siapa orangnya kak? Sungguh, itu perbuatan sangat kejam. Laporkan saja ke polisi kak."
Mendengar perkataan lucu Bella, Leo terkekeh.
"Lalu aku ditanya-tanya dan kau ikut terseret, begitu?"
"Aku tidak mau itu terjadi, kak. Bisa-bisa mas Adam membunuhku." Bella bergidik ngeri.
Mendengar nama Adam. Leo merasa sangat ingin tahu perihal sesuatu.
"Bella ...."
"Iya kak. Apa aku bisa berdiri saja? sungguh, seperti ini tidak nyaman kak."
Leo tidak menahannya hingga Bella berdiri sempurna. Bella menurunkan pandangannya karena Leo menatap intens dirinya.
"Apa yang ingin kakak katakan?" tanya Bella menatap lantai putih kamar mandi itu seakan lebih menarik dari Leo. Berada berdua begini saja, Bella sudah merasa sangat berdosa.
'Ampuni, hambamu yang hina ini ,Tuhan,' batin Bella.
"Apa kau mencintai Adam?"
Bella diam.
"Jawab, Bella."
Bella tetap diam.
"Jujur dengan hatimu. Terlepas dari statusmu sebagai seorang istri. Apa kau mencintai Adam?"
Bella menarik napas panjang.
"Aku mencintaimu kak," jelasnya berhasil membuat Leo membeku.
Bella melanjutkan lagi kata-katanya.
"Pertama menginjakan kaki di rumah ini dan tahu bahwa laki-laki yang akan menjadi suamiku kakak. Jantungku tiba-tiba berdetak begitu kencang. Aku tidak pernah merasakan itu sebelumnya pada pria manapun. Sedikit rasa bahagia, menyusup di relung hatiku. Namun jawaban kakak, menolak mentah-mentah rencana pernikahan itu dan bilang bahwa aku tidak sebanding dengan kakak membuat bunga yang mekar tadi seketika layu."
Bella tersenyum pedih.
"Akhirnya aku pun bersanding dengan mas Adam dengan rasaku terpaut pada kakak. Seiring berjalannya waktu, aku berusaha mencintai mas Adam dengan sifat kasarnya. Berhasil? Hampir, namun aku harus menelan pil pahit mas Adam memiliki wanita lain."
Leo tahu akan hal itu. Beberapa kali, Leo meeting di hotel. Bertemu Adam di lobby sedang check-in dengan seorang wanita seumuran Adam. Leo tidak berminat memberitahu Bella. Karena itu bukan urusannya.
"Bagus jika kau sudah tahu kelakuan suamimu dan baiknya memang jangan mencintai siapapun agar tidak sakit hati," nasehat Leo.
Jika dulu pun mereka menikah. Cerita akan tetap sama. Karena cinta Leo sudah habis pergi bersama Kanaya.
"Kakak benar. Sekarang untuk apa kakak membawaku kesini?"
Leo menyodorkan spons pada Bella. "Aku ingin mandi. Tolong gosok punggungku."
"Tapi--"
"Bella, hanya menggosok punggung. Aku tidak akan melakukan apa-apa padamu."
"Baiklah," balas Bella.
"Bantu aku berpindah ke bathtub."
Bella ragu-ragu mendekat. Leo dapat melihat keraguan dimata wanita itu. Entah mengapa, itu lucu untuknya.
"Bella, jika kau selambat itu kapan aku akan mandi?"
Mendengar kata Leo, Bella mendekat cepat.
"Maaf kak."
Air di bathtub sudah terisi berikut dengan aromaterapi nya.
Sejujurnya, Bella tidak akan mampu menggeser tubuh Leo yang tiga kali lipat besarnya dari tubuhnya itu.
"Kak, bagaimana kalau aku panggil maid yang biasa membantu kakak mandi?"
"Kau keberatan memandikan ku?" suara Leo terdengar mulai kesal.
"Bukan itu maksudku, kak."
Wajah Leo berubah dingin dalam sekejap.
"Baik kau keluar saja! Aku akan berusaha sendiri."
Leo menepis tangan Bella di lengan kursi rodanya. Bella gelagapan karena itu. Leo salah paham.
"Tidak. Biar aku bantu, kakak."
"Jika kau tidak ikhlas lebih baik jangan," datar Leo.
Ia akan menuju pintu untuk mempersilahkan Bella keluar namun Bella menahan kursi rodanya.
"Aku ikhlas kak. Ayo, ajari aku bagaimana memasukkan mu ke dalam bathtub."
di bawah instruksi Leo, Bella memasukan dulu kedua kaki Leo lalu tubuh Leo dengan mengapit perlahan di kedua ketiak nya. Air dalam bathtub bergelombang menyebabkan sebagain tumpah di lantai. Bella tak kuat menahan bobot tubuh Leo tergelincir ikut masuk dalam bathtub dan tak sengaja mengurung Leo di bawahnya.
Keduanya bertatapan intens. Leo tidak bisa memalingkan matanya dari bibir merah Bella. Seakan ada magnet menariknya disana. Itu membuat kerja otak Leo berantakan.
"Sekali saja Bella, aku ingin merasakannya lagi."
Leo mengingkari janjinya.
tanda terima kasih aq kasih bintang lima ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️