Aqilla adalah satu satunya anak perempuan dari pasangan teguh dan Miranti. Tapi meskipun perempuan semata wayang tidak membuat ia menjadi anak kesayangan. Aqilla tidak terlalu pintar dibandingkan dengan Abang dan adikanya yang membuat ia di benci oleh sang ibu. selain itu ibunya juga memiliki trauma di masa lalu yang semakin membuat nya benci kepada Aqilla. akan kan suatu hari nanti Aqilla bisa meluluhkan hati sang ibu dan sembuh dari trauma nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Ujian tryout tinggal menghitung hari. Aqilla kini sedang belajar di kamarnya, di temani dengan pemandangan bintang dari luar jendela. Beberapa bab yang di perkirakan akan masuk saat ujian, dia ulang-ulang kembali. Berharap akan mendapatkan nilai ujian terbaik di kelasnya.
Aqilla berharap jika masih ada kesempatan sekali lagi untuk dia mendapat undangan masuk ke universitas negeri tinggi jalur prestasi. Aqilla duduk di kursi belajarnya.Matanya memejam sambil menghapal beberapa rumus fisika. Tangannya memegang buku tebal berisi rangkuman materi. Mulut Aqilla pun komat-kamit dengan sebelah tangan mengetuk dahi tanda jika dia sedang menghapal.
Di temani malam yang sunyi dengan segelas susu. Membuat Aqilla bisa tenang tanpa ada gangguan dari luar. Miranti dan Alvaro sudah tertidur dari tadi. Sedangkan Adnan, entahlah belakangan ini abangnya itu sering kali keluar malam. Dan Aqilla gak tau apa yang di lakukan nya di luar sana. Dia juga tak peduli, sekedar bertanya saja pasti sudah membuat Adnan kesal.
Tenggorokannya terasa kering, Aqilla meneguk segelas susu hangat yang di buat kan mbok Darmi sebelum pulang. Sepertinya hari ini pekerjaan wanita tua itu lumayan banyak. Jadi beliau juga pulang sedikit larut.
Namun, setelah menenggak hampir setengah gelas. Mata Aqilla berkunang-kunang, kepala nya terasa berat. Dia juga merasa kan suhu kamar nya sangat panas. Aqilla berjalan sempoyongan menuju tempat tidur. pandangan nya mengabur, dia mencoba mencari remote AC yang tak dapat di lihat nya dengan jelas.
Tangannya terus bergerak mengipasi tubuhnya. Bahkan tanpa sadar dia membuka satu persatu kancing piyamanya.
"Astaga, kenapa panas sekali. Kepala ku juga sangat sakit. Tolong... Siapapun tolong aku... apa yang terjadi pada tubuhku," racau Aqilla. Tangannya terus bergerak menggerayangi tubuhnya sendiri.
Dia sudah seperti orang mabuk, Aqilla terbaring di lantai dengan atasan yang hampir terbuka seluruh nya. Badannya meliuk-liuk seperti cacing kepanasan.
Mata Aqilla memicing, menatap sosok lelaki yang kini berdiri di depan pintu kamar nya. Dia tidak bisa melihat dengan jelas wajah lelaki itu. Aqilla sudah tak sadar lagi dengan apa yang terjadi selanjutnya. Tubuhnya memang masih bergerak, tapi pikiran sudah jauh berada di alam bawah sadarnya.
Seperti ada sesuatu yang ia inginkan. Tubuh nya memberontak seakan ia kurang belaian seseorang. Mulutnya kembali meracau seperti orang yang sudah mabuk.
Adnan, pria yang tadi masuk ke kamar adiknya itu kini membopong tubuh Aqilla ke atas kasur. Tak lupa dia mengunci pintu kamar itu juga. Adnan menyeringai nakal ke arah Aqilla yang bergerak kesana-kemari.
Karena pengaruh obat yang telah di campur kan Adnan kedalam minuman Aqilla. Membuat Aqilla tak memberontak, dia juga tak sadar dengan apa yang di lakukan nya sekarang.
Perlahan Adnan mulai melepaskan satu persatu pakaian yang melekat di tubuh adiknya. hingga tak tersisa sehelai benang pun.
"Kita akan bersenang-senang malam ini," ucap Adnan menatap Aqilla penuh nafsu.
Tangan besarnya mulai menggerayangi setiap inci tubuh Aqilla. Adnan mengecup singkat bibir adiknya dan melumat nya dengan kasar. Nafas Aqilla terengah, dia tak pernah melakukan itu. Adnan sudah mengendalikan dirinya.
"akh...panas.. Kamu siapa?" racau Aqilla.
Plak..
Satu tamparan keras mendarat di pipi Aqilla.Adnan sengaja melakukan itu agar Aqilla tak bisa melawan.Tepat saat Adnan menindihnya, tubuh Aqilla melemah. Dia pingsan karena pengaruh obat dengan dosis tinggi yang ada di dalam minumannya
kesempatan itu langsung di manfaatkan oleh Adnan. kemudian dengan segera dia memulai aksi bejatnya itu pada sang adik.
Aqilla yang terbaring lemah di tempat tidur menjadi sasaran empuk kemaksiatan Abang tirinya itu. Derasnya hujan dan hawa dingin yang menusuk kulit. Di dalam sebuah kamar bernuansa biru itu. Adnan berhasil menggagahi adiknya sendiri.
Darah segar bercampur keringat menempel di segala sisi kasur. Tak peduli dengan gadis di hadapannya yang saat ini terbaring lemah. Adnan, dengan kejinya tetap melakukan nya hingga berulang kali.
"Terimakasih untuk malam ini. Aku sangat senang akhirnya yang kesempatan itu datang juga. Setelah ini, kau pasti tidak bisa menolak lagi. Dan nantinya kamu yang akan meminta nya secara sadar Aqilla," Adnan tersenyum miring sambil membelai rambut panjang Aqilla.
Setelah puas,Adnan kembali mengenakan pakaian nya dan keluar dari kamar Aqilla begitu saja. Meninggalkan Aqilla yang terbaring lemah dengan cairan lengket yang menempel di tubuhnya.
Tak lupa juga dia mengambil sebuah kamera kecil yang sudah lebih dulu ia pasang di tempat yang tak terjangkau Aqilla. Terdapat rekaman video Aqilla saat ia tanpa sadar meliuk-liuk kan tubuhnya di lantai karena pengaruh obat. Dan juga saat dia mulai melepas kancing atasannya.
Video itu yang akan Adnan gunakan nanti untuk mengancam Aqilla. ketika Aqilla menolaknya untuk melayaninya lagi secara sadar.
Tempat tidur Aqilla berantakan. Bekas tetesan darah hampir mengering di sela-sela pahanya. Adnan meninggal kan Aqilla tanpa berniat menutupi tubuh adiknya itu kembali.
"Abang ngapain dari kamar kak qilla?" tanya Alvaro yang kini tengah berada di tepi tangga.
Adnan terkejut. Sebisa mungkin dia mengontrol raut wajah nya yang sedikit panik.
"hmm.. gak papa. Tadi dia teriak katanya ada kecoa di kamarnya. Jadi aku bantuin buat usir kecoa nya," bohong Adnan.
Alvaro memicingkan matanya. Alasan Adnan begitu tak masuk akal baginya. Seperti ada yang di sembunyikan dari Abang nya itu.
"Masa sih? Perasaan kamar kak Aqilla bersih mana mungkin ada kecoa. Aku cek dulu deh," ujar Alvaro hendak menuju ke kamar sang kakak.
"Ehh gak usah, ngapain. Dia udah mau tidur. emang kamu gak kasihan apa sama dia. Kayaknya dia juga kecapean tadi," cegah Adnan.
" bisa aja kan dia lupa bersih-bersih karena banyak tugas sampai ada kecoa yang masuk. Tadi Abang masuk aja kamarnya berantakan gitu," lanjut Adnan.
"Iya juga, mungkin aja. Tapi tumben juga Abang peduli sama kak qilla," selidik Alvaro.
"Ya emang kenapa, aku juga masih abangnya kan. cuma bantuin gitu doang salah," elaknya.
"oh ya, kamu juga ngapain di luar. Udah jam berapa ini, bukannya kamu udah tidur tadi?" tanya Adnan.
" Iya, aku ambil minum. Haus soalnya," jawab Alvaro sambil menunjukan Tumbler abu-abu yang di bawanya.
"Yasudah balik ke kamar lagi sana. Anak kecil gak boleh tidur terlalu malam,"
"Hmm iyaa," jawab Alvaro lalu berjalan malas ke kamarnya.
Adnan menghembuskan nafas lega kemudian berlalu menuju kamarnya sendiri. Membersihkan tubuh nya terlebih dulu sebelum ia mulai menjelajahi alam mimpi.
"Apa yang kamu lakukan Adnan!! Papa tidak pernah mengajarkan mu menjadi lelaki brengsek. Bahkan dengan tega kamu meniduri adik mu sendiri!!"
"Kamu bukan anak ku. Kelakuan kamu bahkan lebih menjijikkan dari binatang.Kamu anak paling tua, seharusnya kamu yang melindungi adik perempuan mu satu-satunya. Bukan merusaknya Adnan," ujar seorang pria paruh baya yang mengenakan pakaian serba putih.
Dia menatap tajam ke arah anak remaja lelaki yang hanya menunduk di hadapannya.
"Tapi dia bukan adik kandung ku pah!! Aku benci dia, aku ingin dia pergi dari hidup kita. Dia juga selalu jadi beban buat mama," jawab anak itu.
" kamu salah, dialah yang nantinya akan selalu ada di saat kalian terpuruk. Kamu akan menyesal Adnan... Kamu akan merasakan dampak yang lebih besar kedepannya. Kamu akan menyesal Adnan... Segera meminta maaf padanya sebelum terlambat..."
"akhhh....." Adnan berteriak dengan keras saat terbangun dari tidur nya.
Nafasnya tersengal, ternyata itu cuma mimpi. Tapi mengapa terasa begitu nyata. Dia meraup wajahnya frustasi. Teguh, almarhum papanya untuk pertama kalinya datang ke dalam mimpinya.
"Papa... Aku lakuin ini karena aku gak mau dia terus ada bareng kita. Aku gak mau kalau suatu saat mama akan sayang sama dia. Dan dia akan mendapatkan harta warisan kalian. Aku gak mau, semuanya harus jatuh ke tangan ku. Aku gak Sudi punya adik macam dia pah," gumam Adnan.
penulis nya siapa
editor nya siapa
jumlah halaman nya berapa
tokoh utama nya apa
tempat tinggal nya dimana
memiliki keinginan apa
menghadapi kendala apa.