"Kak Zavin kenapa menciumku?"
"Kamu lupa, kalau kamu bukan adik kandungku, Viola."
Zavin dan Viola dipertemukan dalam kasus penculikan saat Zavin berusia 9 tahun dan Viola berusia 5 tahun. Hingga akhirnya Viola menjadi adik angkat Zavin.
Setelah 15 tahun berlalu, tak disangka Zavin jatuh cinta pada Viola. Dia sangat posesif dan berusaha menjauhkan Viola dari pacar toxic-nya. Namun, hubungan keduanya semakin renggang setelah Viola menemukan ayah kandungnya.
Apakah akhirnya Zavin bisa mendapatkan cinta Viola dan mengubah status mereka dari kakak-adik menjadi suami-istri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24
Zavin terus mengusap punggung Viola yang bergetar hebat di pelukannya. Meski ia tidak mengerti, apa yang membuatnya menangis seperti ini. Ia biarkan Viola menangis sampai puas tanpa mengganggunya.
"Kenapa kamu menangis? Victor mengancam kamu dan memaksa kamu pulang ke rumah?" tanya Zavin setelah tangisan Viola mereda.
Viola menggelengkan kepalanya. Ia merenggangkan pelukannya dan menatap Zavin dengan kedua mata merahnya. "Kak Zavin tetap berada di sampingku ya, apapun yang terjadi. Cuma Kak Zavin yang tulus sama aku."
Zavin tersenyum dan menghapus air mata Viola yang membasahi pipinya. "Iya. Aku pasti akan selalu ada di samping kamu."
"Seharian ini aku sudah lelah dengan kenyataan hidupku, ditambah ...." Viola menghentikan perkataannya sesaat.
"Ditambah apa?" tanya Zavin. Ia penasaran apa yang akan dikatakan Viola. Ia menatap Viola sambil menyelipkan rambut yang menutupi pipi Viola.
"Barusan, Dika video call dan sepertinya dia sedang sama Raisa di kamarnya," cerita Viola. Ia tidak sanggup jika harus memendam masalah sendirian.
Zavin membuang napas kasar. "Aku sudah bilang, putuskan Dika! Apa kamu benar-benar cinta sama dia sampai kamu harus menangis seperti ini? Pria seperti dia itu tidak pantas ditangisi."
Viola menggeleng pelan. "Aku menangis bukan karena Dika tapi aku kecewa saja, Raisa yang aku anggap sahabat baik ternyata dia berkhianat. Sekarang harus sama siapa aku curhat. Aku merasa udah gak punya teman lagi."
"Masih ada aku. Kamu bisa cerita apapun sama aku." Zavin kembali memeluk Viola. "Kamu putuskan Dika dan jauhi teman-teman kamu itu. Mereka memang tidak baik buat kamu."
Viola tak menjawab, hanya anggukan pelan yang dia lakukan. Ia memejamkan matanya di bahu Zavin. Tapi tiba-tiba ia merasakan pergerakan yang aneh di bawah sana. Seketika ia membuka kedua matanya dan sedikit memundurkan dirinya untuk melihat apa yang berkedut dan terasa keras di bawahnya. "Kak Zavin me sum!"
"Itu reaksi alami dari tubuh," kata Zavin sambil tersenyum kecil.
"Iya, tapi aku sedang sedih kayak gini, sopan bereaksi seperti itu?"
Mendengar hal itu seketika Zavin tertawa cukup keras. Ia menahan pinggul Viola agar tidak turun dari pangkuannya. "Memang kadang-kadang dia tidak tahu situasi dan kondisi."
Viola mengusap wajahnya hingga air mata itu benar-benar mengering meski kedua mata dan hidungnya masih merah. "Kak Zavin, kembali ke kamar saja. Perasaanku sudah mendingan."
Zavin menggelengkan kepalanya dan menatap Viola. Tiba-tiba ia mendekarkan wajahnya dan mencium lembut bibir Viola. Ia tahan tengkuk leher Viola saat ia memperdalam ciumannya.
Viola mengalungkan tangannya di leher Zavin. Entah mengapa, sekarang ia sangat menyukai ciuman itu bahkan rasanya seolah enggan ia lepas. Ia terus membalas pagutan yang diberikan Zavin.
Perlahan Zavin memutar tubuh Viola dan menghempaskannya di atas ranjang. Ciuman itu masih belum terlepas, bahkan kini tubuh Zavin semakin menindih Viola.
"Kak Zavin." Viola menarik napas panjang memenuhi pasokan oksigen yang terasa habis. Ia menatap Zavin yang ada di atasnya. "Kak Zavin, turun!"
Zavin hanya tersenyum lalu menghempaskan tubuhnya di samping Viola. Ia mengusap wajahnya dan menarik napas panjang lalu membuangnya untuk menenangkan hasratnya yang terpancing.
"Kak Zavin, kembali ke kamar sana! Nanti kalau Mama tahu marah lagi kayak kemarin."
Zavin justru menarik selinut dan memeluk Viola. "Pintu kamarku udah aku kunci, pintu kamar kamu juga udah aku kunci. Karena kamu sudah memanggilku ke sini, aku akan tidur sini."
Viola memukul dada Zavin agar ia melepas pelukannya tapi Zavin semakin memeluknya erat.
"Jangan pura-pura menolak. Aku tahu kamu suka."
Akhirnya Viola terdiam dan menyembunyikan wajahnya di dada Zavin. "Kak Zavin jangan macam-macam. Awas saja!"
Zavin tertawa kecil. "Iya. Gak macam-macam, cuma beberapa macam."
"Ih!" Kemudian Viola mendongak menatap Zavin. "Aku gak tahu perasaanku pada Kak Zavin seperti apa? Tapi kalau suatu saat nanti aku memutuskan pulang ke rumah Pak Victor itu berarti ...." Viola menghentikan perkataannya.
"Kamu mau menikah denganku?" tanya Zavin.
Viola hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Aku gak tahu."
"Terus kenapa kamu mau pulang ke rumah Pak Victor?" Zavin kembali meregangkan pelukannya dan menatap Viola.
"Udah ah, aku mau tidur." Viola memutar tubuhnya dan memeluk gulingnya.
Tapi Zavin justru memeluk Viola dari belakang. "Kamu yakin Pak Victor itu baik?"
"Entahlah. Aku merasa dia ingin melakukan yang terbaik buat aku, tapi caranya salah. Dari tatapan matanya, aku tahu dia sayang sama aku."
"Mama kamu kemana?"
Viola terdiam beberapa saat dan memainkan tangan Zavin yang ada di perutnya. "Sudah meninggal. Katanya, Mama terpaksa meninggalkanku di panti karena tidak ada biaya untuk berobat. Mama sakit keras lalu meninggal. Barulah Pak Victor tahu keberadaanku dan mencariku ke panti."
"Apa kamu percaya semua cerita itu?"
"Iya, sepertinya cerita itu jujur." Kemudian Viola menguap panjang. "Aku mau tidur. Ngantuk."
Zavin semakin mengeratkan pelukannya dan mencium rambut Viola. Hingga mereka terlelap dalam tidurnya.
Saat matahari mulai bersinar terang, sebuah ketukan pintu mengejutkan Viola yang masih tidur. Viola membangunkan Zavin yang masih mendekapnya.
"Kak Zavin, ada Mama di depan," kata Viola setengah berbisik sambil menggoyang tubuh Zavin.
Seketika Zavin membuka kedua matanya dia mencari tempat untuk bersembunyi.
Viola menarik Zavin ke kamar mandi. "Tunggu di sini saja." Setelah menutup pintu kamar mandi, ia membuka pintu kamarnya.
"Mama, aku baru bangun," kata Viola. Seperti biasanya, mamanya selalu membangunkannya di saat ia terlambat bangun.
"Mama bangunin Zavin tapi tidak dijawab."
"Mungkin Kak Zavin masih tidur. Katanya semalam banyak kerjaan," kata Viola bohong. Semoga saja mamanya tidak curiga.
"Masih tidur?"
Thanks Mbak Puput
Ditunggu karya selanjutnya ❤️
perjuangan cinta mereka berbuah manis...
Semoga cepat menghasilkan ya, Zavin
semoga cepat diberi momongan ya ..
udah hak Zavin...
😆😆😆
Siapa ya yang berniat jahat ke Viola?