Aku adalah Dara, aku pernah menjalin hubungan dengan Bastian semasa sekolah, tapi karena tidak direstui, akhirnya hubungan kami kandas.
Akhirnya aku menikah dengan seseorang laki-laki lain, Lima tahun kemudian aku bertemu dengan Bastian kembali, yang ternyata sudah menikah juga.
Pernikahanku yang mengalami KDRT dan tidak bahagia, membuatku dan Bastian menjalin hubungan terlarang setelah Lima Tahun.
Salahkah, aku Mendua ~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh Sembilan
Dara menutup dan mengunci pintu kamarnya. Hatinya benar-benar terluka karena tuduhan dari suaminya. Dia naik ke ranjang. Beruntung putrinya tetap terlelap walau kedua orang tuanya baru saja bertengkar.
Ibu, seandainya engkau mendengar anakmu, aku saat ini sakit, Bu. Tapi tak tahu bagian mana yang terluka. Ragaku tak berdarah, tapi kenapa jiwaku seolah luluh lantah. Ragaku masih utuh, tapi kenapa jiwaku seolah runtuh. Ingin sekali mengobati, tapi tak tahu bagian mana yang tertikam belati.
Dara kembali bangun dan duduk bersandar kepala ranjang. Pandangannya menerawang entah kemana. Sejak kepergian sang ibunda dia merasa hidupnya begitu sulit. Tak ada lagi tempatnya mengadu.
Dara membuka laci meja di samping ranjang. Mengambil foto dirinya dan sang ibunda tercinta. Kembali tangisnya pecah. Namun, bayinya masih diam, tak menangis. Mungkin memberikan kesempatan pada Bunda nya untuk meluapkan perasaannya.
Tuhan, sampaikan pada ibuku jika aku baik-baik saja di sini. Aku tidak bilang aku sehat, tapi aku anak yang kuat. Katakan pada ibuku, aku sedang berjuang di sini. Masih bisakah aku menerima doa darinya. Aku sangat membutuhkan itu, katakan juga padanya aku tidak menyesali hidupku. Takdir yang sedang aku jalani. Perpisahan kita yang begitu cepat adalah yang terbaik dari Nya. Aku juga tidak sanggup membiarkan sakit yang terlalu lama. Walaupun awalnya aku sulit menerima kepergian ibu, tapi sekarang aku ikhlas. Aku baik-baik saja di sini. Cinta yang tidak pernah pudar dan rindu yang selalu ada. Ibu, aku hanya ingin doamu, agar aku kuat menghadapi semua. Nantikan aku di surgamu.
**
Dara terbangun saat mendengar suara tangis bayinya. Dia lalu bangun dan menyusui sang putri hingga kembali terlelap.
Bayi baru lahir biasanya tidur selama 16–20 jam per hari. Bayi akan terbangun setiap 2–4 jam untuk menyusu.
Bayi baru lahir belum memiliki pola tidur yang teratur, karena mereka belum bisa membedakan siang dan malam. Bayi bisa tidur hampir sepanjang hari dan terbangun hanya untuk menyusu
Saat Dara baru meletakan bayinya ke kasur, dia mendengar gawainya berdering. Dia lalu mengambil dari atas meja di samping ranjang. Melihat siapa yang sedang menghubungi. Saat melihat nama Bastian, wanita itu menjadi ragu antara mengangkat atau membiarkan saja.
Sambungan gawai itu terputus. Hingga berdering kembali. Dara akhirnya memutuskan untuk mengangkatnya.
"Lagi ngapain, kenapa lama mengangkatnya? Ada suami kamu?" Bastian langsung memberondong dengan banyak pertanyaan.
"Mas Rico duduk di luar. Aku baru selesai nyusuin Cantika," jawab Dara.
"Sekarang Cantika nya sudah tidur lagi?"
"Sudah."
Bastian menghentikan obrolan dan mendengar dengan baik suara Dara. Dia yang hampir 4 tahun menjalin hubungan dan dari kecil sering bertemu karena ada hubungan kekerabatan, hafal betul suaranya. Dia heran karena suara wanita itu terdengar serak.
"Kamu menangis, Ra?" tanya Bastian di seberang sana dengan suara kuatir.
Dara terkejut mendengar pertanyaan pria itu. Bastian selalu saja tahu apa yang terjadi dengannya. Tak pernah bisa membohonginya.
"Siapa bilang aku nangis. Aku sedang bahagia. Kehadiran Cantika membuat aku sangat bahagia," ucap Dara menahan sebak.
Ingin rasanya Dara mengatakan pada Bastian, jika dia memang baru habis menangis. Dia tidak sedang baik-baik saja. Ingin rasanya lari ke dalam pelukannya dan merasakan hangat tubuhnya. Tapi itu tak mungkin. Mereka telah memiliki pasangan masing-masing.
"Itu suaramu serak. Aku bukan Rico suamimu yang tak peka itu. Aku Bastian, kamu di gigit nyamuk aja aku bisa tau dan merasakan, Ra. Kamu diapakan Rico? Aku kesana ya?" tanya Bastian.
"Jangan ... Akan jadi tambah besar masalahnya. Mas Rico hanya sedikit kecewa karena aku tak mengabarkan kelahiran putrinya," jawab Dara.
"Laki-laki peak! Bukankah dia yang tak mengangkat ponselnya. Bukan kamu tak mau mengabari. Dasar playing victim dan pecundang!" seru Bastian.
"Tian, sudah. Bagaimana pun saat ini dia masih suamiku. Aku tak mau ada yang salah paham nanti, di kira aku menjelekkan suami sendiri."
"Kamu jangan mau tinggal diam jika dia melakukan kekerasan!"
"Iya, Tian."
"Kamu sudah makan? Pasti belum. Siapa yang masak? Aku pesankan makanan sekarang. Habiskan, ingat Ra, ada Cantika yang bergantung denganmu. Makan yang banyak dan tak usah pikirkan suamimu itu. Aku pesankan makanan dulu."
"Tapi, Tian ...."
Belum sempat Dara menolak sambungan telepon telah diputuskan. Dara takut nanti Rico akan bertanya dari mana makanan itu.
"Peduli apa dengannya! Aku memang lapar," gumam Dara pada dirinya sendiri.
Rencananya tadi, Dara akan memesan makanan setelah membersihkan rumah, tapi belum sempat dia pesan, suaminya pulang. Dan terjadilah pertengkaran.
Setengah jam berlalu, Dara mendengar ada seseorang mengetuk pintu rumahnya. Dia lalu berdiri dan berjalan membuka pintu kamar. Saat akan menuju pintu utama, Rico telah lebih dahulu membukakan pintu.
Beberapa saat kemudian dia masuk lagi dengan menenteng kantong kresek. Dara yakin itu makanan yang Bastian kirim.
"Kamu pesan makanan?" tanya Rico sambil menyerahkan kantong kresek itu dengan Dara.
"Ya. Aku lapar dan tak bisa masak. Lagi pula aku juga belum boleh beraktivitas yang berat. Seharusnya aku jadi ratu di saat habis melahirkan. Makan dan minum telah tersedia kapan saja aku inginkan!" seru Dara.
Dara tak peduli lagi jika apa yang dia lakukan saat ini sama saja melawan dengan suami. Dia merasa sabarnya sudah di ambang batas.
Dara lalu mengambil piring dan mangkuk untuk meletakan sup iga yang di pesankan Bastian. Pria itu memesan satu porsi nasi, sup iga dan perkedel kentang. Di tambah dengan ayam goreng bumbu bawang putih.
Dara yang memang lapar langsung menyantap tanpa basa-basi dengan suaminya. Saat sedang asyik makan, Rico masuk. Dia memperhatikan istrinya makan, memandangi tanpa kedip.
"Siapa yang pesan makanan itu?" tanya Rico dengan suara penuh penekanan.
"Kenapa Mas tanyakan itu? Tentu saja aku yang pesan!" jawab Dara.
Dara lalu melanjutkan makannya tanpa pedulikan Rico yang terus menatapnya dan menginginkan jawaban.
"Kamu kira aku bodoh? Aku tadi sudah bertanya dengan yang mengantarkan. Dia bilang seorang pria yang memesannya tadi, dan saat aku tanya nama, dia menyebut nama Bastian. Jadi benar kamu masih ada hubungan dengan pria itu?" tanya Rico dengan suara yang agak tinggi.
sukses selalu mama reni😍😍😍😍😍
aduh maaf Mak Lom smpt ke cono sibuk..mm🙏🙏🙏ntr saya kejar bap deh mak