"Assalamualaikum..."
Seorang wanita menyapaku di pagi ini seraya membawa segelas susu sapi segar untukku.
"Selamat pagi, bagaimana tidur anda hari ini ?"
"Waalaikumsalam warahmatullahhiwbarakatuh... Alhamdulillah baik." sahutku.
Ini awal aku tinggal diluar negeri untuk belajar. Baba mengirimku untuk belajar keluar negeri agar aku lebih mandiri. Di negara ini aku menemukan petualangan yang seru ketika aku menemukan sebuah jam antik yang ternyata ajaib, aku dapat melintasi negara dan waktu dan ajaibnya aku bisa pulang kerumah bahkan jam ini mampu membantuku mewujudkan harapan dan keinginanku. Jam ini aku dapatkan saat aku bermimpi dan aku menemukannya disebuah gurun pasir yang luas, jam ini terletak didalam sebuah kotak antik saat aku menemukannya. Sejak itu aku melewati hari-hariku penuh keajaiban dan aku harus mengucapkan terimakasih pada Baba yang telah mengirimku keluar negeri untuk belajar karena aku mendapatkan petualangan seru ini serta ajaib dinegeri asing ini.
Selamat berpetualang denganku, Aisyah !!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Cermin....
Terjaga dalam mimpi, Aisyah hanya diam sambil duduk memandangi jam antik kuno ditangannya. Ia baru menyadari jika dirinya sedang memegang jam antik kuno dan bermimpi. "Bukannya aku tadi meletakkannya diatas meja !? Lalu kenapa tiba-tiba ada ditanganku !?", kata Aisyah dalam hatinya.
Aisyah langsung teringat jika ia baru saja bermimpi tentang jam antik kuno. Ia baru mengetahui jika jam antik kuno ternyata bertemu dengan pria bersorban putih.
"Apa ini !?", kata Aisyah terkejut pelan.
Sebuah cermin kecil kristal dengan bingkai emas ukir serta pegangan dari emas utuh yang terpahat sebuah pahatan gambar jam antik tergeletak didepan Aisyah. Ia lalu meraih cermin kecil diatas meja sambil memandanginya dengan seksama.
"Darimana cermin kecil nan indah ini muncul ?", kata Aisyah heran.
Aisyah kemudian teringat akan mimpinya tentang pemandangan dialam terbuka yang luas beserta hamparan taman bunga yang indah sekali. Saat itu ia berlarian ditengah-tengah padang bunga yang harum semerbak wangi.
Taman dengan berbagai kumpulan jenis bunga yang bermekaran cantik. Ia ingat ketika didalam mimpinya jika ia melihat sebuah cermin ajaib berukuran yang sangat besar sekali.
Aisyah memperhatikan cermin kecil ditangannya tanpa berkedip sedangkan ditangan satunya ia memegang jam antik kuno yang masih tidak bergerak.
"Kenapa cermin ini ada disini ? Apakah ini cermin ajaib berukuran besar yang ada
didalam mimpiku tadi ?", kata Aisyah. "Lalu apa hubungannya dengan jam antik kuno ?"
Tunggu !
Aisyah kembali tersadar dari lamunannya dan lekas berdiri dari tempat duduknya lalu melangkahkan kakinya menuju kearah jendela karavan yang terbuka lebar.
Tampak ragu ia mengarahkan cermin kecil ditangannya kearah datangnya sinar matahari yang cerah pagi ini.
Rupanya hari telah berganti hari dan pagi telah datang dengan sinar matahari yang bersinar hangat. Suasana ceria menyelimuti Karavan Sara ini. Aisyah berdiri didepan jendela karavan sambil membawa cermin kecil serta jam antik kuno ditangannya.
Gadis ayu itu terlihat mengeluarkan tangannya yang memegang sebuah cermin kecil keluar jendela.
Terlihat biasan sinar matahari yang bercahaya terang benderang memancarkan sinar berwarna-warni dari cermin kecil.
"Hmm..., indah sekali !", kata Aisyah saat cermin kecil itu memancarkan cahaya warna-warni yang sangat cantik.
Aisyah melihat kearah jam antik kuno yang ada ditangan satunya.
"Bagaimana jika aku mencobanya ?", kata Aisyah.
Tanpa berpikir panjang Aisyah mengarahkan jam antik kuno keatas cermin kecil.
"Hai....!!! Ada apa ini ?? Kenapa bisa seperti ini !?", kata Aisyah memekik pelan.
Aisyah melihat jam antik kuno itu tenggelam kedalam cermin kecil yang ternyata sangat ajaib sekali. Muncul cahaya terang yang memancarkan sinar berwarna-warni indah dan tiba-tiba cermin kecil itu berputar melayang dengan sendirinya.
"Wouuuuwww !!!!", teriak Aisyah terkejut.
Cermin kecil itu berpendar indah dan berdiri berputar pelan, kemudian mengeluarkan cahaya yang sangat terang lalu berubah menjadi butiran-butiran kecil berbentuk bulat yang cantik.
Butiran-butiran kecil itu bergerak perlahan-lahan diatas tangan Aisyah, ia lalu membuka telapak tangannya pelan dan butiran-butiran kecil itu lalu berada diatas telapak tangan Aisyah.
"Apakah ini ? Cantik sekali butiran-butiran kecil ini ?", kata Aisyah seraya membuka kedua tangannya.
Butiran-butiran kecil itu mengeluarkan cahaya-cahaya terang yang memancarkan sinar warna-warni yang sangat cantik sekali.
"Mmm...., ini benar-benar sangat indah !", kata Aisyah tersenyum riang.
Harum semerbak wangi bunga tercium dari butiran-butiran kecil yang cantik itu, ia melihat ditangannya butiran-butiran kecil menggelinding kian kemari. Aisyah kemudian teringat akan jam antik kuno yang menghilang ditelan oleh cermin kecil dihadapannya.
Aisyah kembali menatap lurus kearah cermin kecil yang masih berpendar memancarkan cahaya terang warna-warni yang indah. Ia memincingkan kedua matanya kearah cermin kecil yang ada didepannya.
"Kemana perginya jam antik kuno itu, kenapa ia tidak kunjung keluar dari dalam cermin kecil itu ?", kata Aisyah.
Tiba-tiba muncul dari dalam cermin kecil sebuah kantung kain yang sangat cantik.
Kantung yang terbuat dari kain sutra tenunan tangan yang mewah dengan benang-benang halus dari anyaman emas di dalamnya mulai bergerak perlahan-lahan kearah Aisyah dan melayang didepannya.
Aisyah semakin bingung melihatnya kemudian keluar sebuah jam antik kuno dari dalam kantung kain yang cantik. Aisyah terpekik senang saat jam antik kuno mulai berputar-putar melayang.
"Wahai jam antik kuno ! Apakah kamu baik-baik saja ?", kata Aisyah senang.
Jam antik kuno lalu bergerak mendekati kearah Aisyah sambil terbang melayang pelan kemudian berkata, "Apa kabarmu nona ?"
Aisyah bersorak kegirangan seraya meraih jam antik kuno itu kedalam genggaman tangannya dan tersenyum kecil.
"Bagaimana kabarmu kawanku !? Aku sangat merindukanmu wahai jam antik kuno !", kata Aisyah terharu.
"Hamba baik-baik saja nona ! Apa kabar nona ?", sapa jam antik kuno.
"Kabarku baik-baik saja wahai jam antik kuno ! Apakah kamu tahu jika aku sangat mengkhawatirkan dirimu !?", kata Aisyah seraya menempelkan jam antik kuno dipipinya yang lembut.
"Maafkan hamba telah membuat nona khawatir sekali !", kata jam antik kuno.
Aisyah kembali tertawa senang ketika melihat kearah jam antik kuno yang ada ditangannya.
"Kamu kemana saja wahai jam antik kuno !?", kata Aisyah sambil memutar badannya.
"Apakah nona sangat mengkhawatirkan hamba ?", kata jam antik kuno.
"Tidak ada satupun orang yang sangat khawatir dengan keadaanmu didunia ini selain aku wahai jam antik kuno !", kata Aisyah sambil tertawa senang.
"Benarkah nona ?", kata jam antik kuno.
"Tentu saja wahai jam antik kuno, aku sangat merindukanmu sekali !", kata Aisyah tersenyum gemas melihat tingkah laku lucu dari jam antik kuno.
Jam antik kuno melayang-layang disekitar wajah Aisyah seraya mengelilingi dirinya, berputar, berguling lalu kembali melayang tegak didepan Aisyah yang tertawa berseri-seri.
Mereka berdua sangat bahagia ketika bertemu kembali, pemandangan yang sangat mengharukan bagi keduanya.
Lama keduanya bersorak gembira tanpa menyadari keberadaan cermin kecil yang sedari tadi berada dihadapannya sedang memperhatikan mereka berdua.
"Ehem..., ehem...!?", terdengar suara berdehem keluar dari arah cermin kecil.
Aisyah terkejut ketika mendengar suara deheman dari arah ia berdiri. Ia menolehkan kepalanya kearah suara tersebut.
"Astaga !? Apakah cermin kecil itu sedang terbatuk kecil !?", kata Aisyah sembari berjalan mendekat kearah cermin kecil yang masih melayang-layang didepan jendela karavannya.
Cermin kecil bergerak perlahan-lahan kearah Aisyah yang sedang berdiri termangu melihat kearah cermin kecil didepannya.
"Salam kenal dari hamba !", kata cermin kecil didepannya seraya mendekati Aisyah. "Hamba datang dari alam taman bunga mimpi !"
"Wah, cantiknya !", kata Aisyah berseru senang.
Aisyah memegang ganggang cermin kristal kecil yang memancarkan sinar cantiknya, ia tersenyum senang saat melihat cermin itu berbicara padanya tapi saat tangan Aisyah meraih cermin kristal kecil didepannya tiba-tiba tubuhnya perlahan-lahan bergetar kencang.
"Ada apa ini !?", kata Aisyah terpekik pelan. "Aaaahhh !"
Tubuh Aisyah berpendar memancarkan cahaya terang warna-warni dari dalam tubuhnya. Aisyah melihat dirinya tengah berada diatas hamparan bunga-bunga yang bermekaran cantik dan indah.
"Wahhhh, cantik sekali...!", kata Aisyah.
Perlahan-lahan pakaian Aisyah berubah, ia mengenakan pakaian tunik sutra yang diikat dengan ikat pinggang. Ia mengenakan sepatu kulit cenderung bercorak warna kuning dengan tali yang diikat di pergelangan kaki dengan kancing.
Aisyah mengenakan tunik warna ungu berbahan sutra yang sangat indah sekali. Tunik adalah pakaian berlengan panjang yang menjulang hanya hingga bagian betis dengan bawahan rok panjang sutra warna ungu. Ia juga memakai ikat pinggang emas dengan kristal-kristal kecil yang melingkar diatas pinggang. Ia juga mengenakan tutup kepala dengan hiasan renda dari kristal-kristal bening yang sangat cantik sekali.
"Apakah ini hadiah darimu cermin kecil yang cantik ?", kata Aisyah sembari memandangi cermin kecil ditangannya.
Aisyah mendadak menjerit kaget ketika melihat kedalam cermin kecil yang cantik, ia melihat pantulan wajah asing dari dalam cermin.
"Siapa kamu ?", kata Aisyah terbengong saat menyaksikan sosok wajah berpipi merah muda dengan hidung mancung diatas permukaan cermin.
"Ini hamba nona !?", ucap cermin kecil yang cantik.
Aisyah tadi tidak melihat wajah dari cermin kecil yang cantik itu hanya melihat permukaan cermin kecil kristal dengan bingkai emas yang polos tanpa raut wajah dan sekarang muncul sebuah wajah dari dalam cermin kecil kristal.
"Oh !? Aku mengira jika itu pantulan wajahku !? Kamu hampir membuatku terkena serangan jantung akut !", kata Aisyah menghela nafasnya lega.
Cermin kecil kristal dengan bingkai emas tertawa kecil ketika mendengar ucapan Aisyah.
"Oh iya, namaku Aisyah ! Salam kenal dariku untukmu !", kata Aisyah.
"Salam Nona Aisyah !", kata cermin kecil kristal dengan bingkai emas yang cantik.
"Dan terimakasih telah menolong jam antik kuno milikku ! Aku tidak tahu harus berbuat apa tanpa kalian disisiku !", kata Aisyah lalu memeluk kedua benda kesayangannya erat-erat.
"KRINTIIING !!!", terdengar suara dari atas kepala Aisyah pelan.
Aisyah meraba kepalanya perlahan-lahan, tangannya menyentuh sebuah hiasan diatas keningnya.
"Apa ini ?", kata Aisyah lalu berjalan kearah cermin didinding untuk melihat apa yang ada dikeningnya.
Tampak pantulan wajah Aisyah didalam cermin, ia meraba wajahnya dan mengusapnya. Ia baru menyadari adanya perubahan didalam raut wajahnya.
"Wouwww !! Apakah ini aku !?", kata Aisyah takjub.
Dirinya baru melihat jika wajahnya telah berubah menjadi lebih bersih dan bening, serta ia merasakan kulit wajahnya sangat halus dan lembut sekali.
"Ya Ampuun ! Halusnya kulitku ! Seperti baru melakukan perawatan kecantikan saja !", kata Aisyah seraya mencubit-cubit wajahnya yang halus sebening kristal.
"Apakah nona menyukainya ?", kata cermin kecil kristal yang cantik penuh semangat.
"Tentu saja, aku sangat menyukainya ! Aku ucapkan terimakasih banyak atas kebaikanmu yang telah membuat wajahku menjadi secantik dan sebening ini !", kata Aisyah.
Aisyah lalu melirik jam antik kuno yang sedang berdiri tegak diatas meja.
"Bagaimana menurutmu wahai jam antik kuno ? Apakah aku terlihat semakin cantik ?", kata Aisyah seraya mengelus kedua pipinya yang merona merah.
"Tiada yang menandingi kecantikan nona didunia jagat raya ini !", kata jam antik kuno dari tempatnya berdiri.
"Benarkah !?", kata Aisyah.
"Apakah hamba pernah berbohong nona !?", kata jam antik kuno.
"Bukannya kamu seratus kali selalu mengatakan kebalikannya wahai jam antik kuno ?", kata Aisyah seraya mengangkat kedua alisnya keatas.
Jam antik kuno hanya tertawa kecil menanggapi sikap Aisyah yang tengah menyangsikan kebenaran ucapannya, itu disebabkan ia pernah berbohong kepada Aisyah mengenai tuan agung besar dan alasan dirinya kembali kemasa lalu, yaitu kemasa lima ratus tahun yang silam.