NovelToon NovelToon
Queenzy Aurora Wolker

Queenzy Aurora Wolker

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia
Popularitas:7k
Nilai: 5
Nama Author: aili

Queenzy Aurora Wolker gadis yang memiliki wajah yang cantik itu sangat menggilai seorang Damian Putra Throdhor Putra.Pewaris utama Keluarga Throdhor yang memiki kekayaan.nomer satu di dunia

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aili, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 30

"Siapa? Siapa yang menembakmu?" Rama

bertanya dengan buru-buru. Aurora menghela nafas. Mengingat sosok tentara tadi malam dia benar-benar sangat kesal. Lihat saja, setelah sembuh nanti ia akan membuat perhitungan dengan pria brengsek itu.

"Dia petugas pemerintahan"

"Jadi, semalam kau mengantarkan barang dan nyaris tertangkap? Bukannya kau kena tabrak juga?"

"Semuanya benar. Tanganku sempat diborgol tapi beruntung nyawaku banyak, jadi bisa selamat sampai saat ini ," jawab Aurora enteng sembari mengangkat pelan lengan kanannya yang terluka.

Rama terlihat meringis. Jika dia jadi Aurora mana mungkin akan melanjutkan pekerjaan seperti itu. Sangat mustahil akan selamat dua kali.

"Apa kau mau melanjutkan pekerjaan ini? Menurutku terlalu beresiko. damian juga pasti akan tahu."

"Mustahil jika dia tidak tahu. Dia yang menjemputku malam itu bukan?"

Rama mengangguk membenarkan. Raut pasrah nampak jelas diwajah Aurora. Seolah tidak bisa berbuat banyak lagi untuk menyembunyikan pekerjaan kotornya dari damian.

"Apa dia membahas soal ini tadi?"

"Yah. Tapi aku tidak menjelaskannya. Sekelas damian pasti bertanya tapi sudah tahu jawabannya."

"Kenapa tidak berhenti saja?" tanya Rama cukup resah dengan keadaan Aurora. Mencari uang memang sesusah itu.

"Tidak bisa. Hanya pekerjaan ini yang memberiku keuntungan besar."

"Tapi juga kerugian nyawa. Kau nyaris mati, ra!"

Aurora mengangguk bersandar dengan rileks. Tidak ada trauma sama sekali di matanya membahas soal tragedi tadi malam.

"Nyawa bukan masalah. Aku hanya perlu uang."

"Damian! Dia punya kemampuan besar untuk membantumu."

Ekspresi wajah Aurora langsung mendingin menatap tajam Rama yang ciut.

"S-Sorry!"

"Sudah pernah ku katakan bukan? Dia bukan bank berjalan untukku. Apapun itu dia hanya boleh tahu aku bahagia. Dia tidak bisa ikut

campur dalam masalahku atau terlibat di dalamnya," tegas Aurora masih sama dengan prinsipnya dulu. Dia tidak akan mau menerima bantuan dari damian dari segi finansial. Aurora merasa cukup bisa membiayai hidupnya sendiri. Dia hanya mau happy dan bebas saat bersamaan lelaki itu bukan seperti orang miskin dan pengemis.

"Jangan pernah minta bantuan padanya lagi. Jika kau tidak bisa datang, maka jangan lakukan apapun."

"Tapi semalam aku terdesak. Aku dikurung di kamar dan aku khawatir jika kau dalam bahaya," ujar Rama membela diri.

"Aku tahu. Tapi lain kali... Jangan sulit bagiku berbagi masalah dengannya dan kau paham itu."

Rama mengangguk mengerti. Dia tidak berani mencari masalah dengan Aurora karena gadis ini memang tidak main-main dalam prinsip yang ia tegaskan.

"Oh iya? Ponselmu kenapa tidak aktif?"

Aurora terkesiap. Bibirnya langsung berdecak sebal saat ingat benda itu kemungkinan jatuh di jalan tadi malam.

"Aku lupa. Mungkin jatuh di pagar rumah orang semalam."

"Ceroboh. Bagaimana jika ada orang yang mengambilnya? kau sudah dua kali ganti ponsel. Aku lelah menyimpan kontakmu," cerocos Rama mengusap wajahnya kasar.

"Tolong kau carikan ya? Jika tidak tanya pada damian. Mungkin ada padanya?" pinta aurora mendesak

"Kenapa tidak kau saja?" Rama sinis tapi tetap berdiri dari duduknya.

"Jika aku yang bertanya dia pasti akan bertanya balik. Aku tidak mau itu terjadi."

"Ck, baiklah. Isi perutmu dengan makanan, jangan hanya menelan harapan tidak jelas, "

ketusnya mencomot salah satu camilan do nakas sebelum keluar ruangan.

Aurora hanya menghela nafas. Dia tidak sabar ingin melihat notif ponselnya di mana uang hasil jual nyawa semalam pasti sudah masuk.

****

Di sisi lain damian telah lama duduk di ruangan Markasnya. Di tangan kanannya ada ponsel dengan logo apel digigit dengan goresan tipis pada kaca depan.

Damian menatap lama benda pipih tersebut kemudian menyalakannya. Dimas salah satu orang kepercayaan damian sudah meretas ponsel itu hingga damian bebas mengotak atiknya dengan mudah.

"Saya menemukan notifikasi pengiriman uang dalam jumlah cukup besar dari seseorang di sana, Tuan! Apa perlu Saya berikan data rekeningnya?"

"Semua data transaksi dan pemilik organisasi ini."

Dimas mengangguk paham. Sesuai perintah damian kemaren, dimas sudah mencari data

orang-orang yang mengajak Aurora bekerja. Bahkan foto-foto mereka sudah ia letakan di atas meja sofa yang damian duduki.

"Ini Tuan. Namanya Aldo. Dia adalah kepala

organisasi besar pemasok kokain dan sejenis obat terlarang lainnya di wilayah timur. Sejauh ini organisasi yang dia pimpin sangat jaya. Berbisnis dengannya cukup menguntungkan," jelas Dimas membiarkan damian melihat foto pria berkepala plontos itu. Tidak sulit baginya mencari orang-orang tersebut karena Klan mereka bahkan jauh lebih besar dan berkuasa.

"Apa yang dia tawarkan?"

Damian meremas foto itu hingga remuk di genggaman tangan kekarnya.

"Uang."

"Demi uang?" gumam damian dengan nada sarkas dan tatapan mendingin.

"Benar Tuan. Uang yang dia tawarkan sampai ratusan juta. Nona Aurora sudah dua kali melakukan bisnis dengan mereka dan wilayah pertama di Vuso."

Jadi benar saat itu anak buahnya mendapatkan ransel berisi satu foto Aurora dari target mereka gadis itu sangat-sangat nekat dan berani.

Membayangkan hal itu damian benar-benar geram. Sulit baginya memaklumi tindakan

Aurora atau lebih tepatnya marah karena gadis itu rela terluka hanya demi uang yang

bagi damian bukan masalah besar.

"Dari penyelidikan saya. Nona Aurora memiliki masalah dengan Pamannya. Pantauan anak buah kita mendapati beberapa informasi dari pelayan di dalam rumah pria itu. Nona aurora sering bertengkar dengan Pamannya sampai pernah berulang kali dipukul sampai masuk rumah sakit."

Damian diam tapi buku tangan kanannya mengepal putih menunjukan kemarahan

tertahan. Penjelasan dimas tentang memukul bahkan meminta Aurora membayar ganti rugi dalam jumlah besar adalah sebuah kemustahilan dilakukan seorang Paman pada ponakannya tapi pria itu... benar-benar minta dibunuh.

"Selidiki alasan dia melakukan itu."

"Apa kita harus membantu Nona membalaskan semua yang..."

"Untuk masalah itu, jangan lakukan apapun," tegas damian masih mau menunggu Aurora

menyerah dan meminta bantuan padanya

Damian mengangguk pertanda mengerti.

"Saya yakin Nona damian akan segera meminta bantuan pada Tuan. Pasalnya dia sudah berurusan dengan aparat negara ini terkait kasus penyelundupan obat-obatan

terlarang tadi malam."

"Aparat," gumam damian mengeraskan rahangnya saat ingat jika lengan Aurora tertembak

"Benar, Tuan! Dia cukup berpengaruh dalam dunia militer."

"Bidik lengan kanannya. Usahakan tidak sampai putus!" Dimas tidak membantah.

Dia sudah mengerti salam kenal seperti apa yang mau damian berikan pada pria itu.

***

1
Nuzul'ea
damian ini cuek tapi perhatian,yaa walaupun aurora gak tau
بنتى بنتى
next
N Kim
terima kasih😊
Dewi hartika
next thor terus, berinspirasi selalu, semangat.
Nuzul'ea
kak semangat terus up nya aku tunggu,ceritamu kerenn/Ok//Good//Good//Good/
Dewi hartika
hem udahlah tinggalkan damian itu, karna tak menghargai perjuanganmu, lebih baik jalani hidup dengan kebahagiaan, dari pada kecewa dan rasa sakit, next thorr.
Sribundanya Gifran
lanjut thor
Sribundanya Gifran
lanjut
Aisyah Azzahra
Saya sangat menyukai cara penulis menggambarkan suasana.
N Kim
terima kasih sudah mau membaca ceritaku/Smile/
Tsumugi Kotobuki
Ceritanya asik banget thor, jangan lupa update terus ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!