Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Sepertinya itulah pribahasa yang cocok menggambarkan seorang gadis cantik bernama Emila. Setelah hubungannya kandas karena kehadiran orang kedua, kini ia harus merasakan menjadi yang kedua pula untuk seorang pria yang sudah beristri karena mengandung anak dari pria itu setelah melewati malam panas dan ia dinyatakan mengandung.
Penawaran pernikahan sebagai bentuk tanggung jawab dari pria yang sudah menanamkan benih di rahimnya membuat Emila tak bisa menolak karena tidak ingin membuat ibunya malu dan akhirnya mendapatkan perlakuan buruk dari orang sekitarnya.
Bagaimana nasib Emila selanjutnya setelah menikah menjadi yang kedua sedangkan istri pertama pria tersebut tidak mengetahui pernikahan diam-diam mereka? Apakah istri pertama pria itu akan bersikap baik pada Emila atau justru sebaliknya setelah kebenaran itu terungkap mengingat istri pertama dari pria itu dinyatakan sulit memiliki seorang anak?
Yuk ikuti kisah Emila dan Arkana di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lupakan yang sudah terjadi
Deg
Jantung Emila berdebar-debar mendengar perkataan Arkana. Secara tidak langsung Arkana menyatakan jika ia mengingat kejadian beberapa hari yang lalu saat bersamanya.
"Maaf, saya rasa tidak ada yang perlu dibicarakan." Jawab Emila. Ia tidak ingin membahas malam kelam itu lagi karena hanya membuatnya semakin terluka. Terlebih pada malam itu Emila tahu jika Arkana tidak sadar jika sedang menyentuh dirinya karena pria itu terus menyebut nama istrinya selama percintaan mereka berlangsung.
"Tapi saya rasa ada yang perlu kita bicarakan!" Arkana menekan perkataannya menatap Emila tajam. Ia harus membuat Emila mau berbicara dengannya agar permasalahan di antara mereka segera selesai.
Emila menghela nafas. Mau tidak mau ia mengikuti perkataan Arkana karena kini beberapa orang menatap pada mereka seolah merasa penasaran ada apa dengan mereka berdua.
Arkana pun membawa Emila pergi ke sebuah cafe yang berada tidak jauh dari rumah Emila berada.
"Saya akan bertanggung jawab atas apa yang sudah saya lakukan kepadamu." Ucap Arkana tanpa basa-basi setelah mereka duduk saling berhadapan di dalam cafe.
Emila tertegun mendengarnya. "Pertanggungjawaban seperti apa yang anda maksud?" Tanyanya.
"Saya akan memberikan apapun yang kau minta tapi tidak dengan menikahimu karena saat ini saya sudah memiliki seorang istri. Saya tidak ingin melukai hati istri saya." Jawab Arkana.
Emila tersenyum kecut. Sudah ia duga pertanggung jawaban yang Arkana maksud tidak akan sampai membuat istrinya terluka.
"Maaf, Tuan. Saya tidak membutuhkan pertanggung jawaban itu. Anggap saja pada malam itu tidak terjadi apa-apa di antara kita. Lupakan saja yang sudah berlalu." Ucap Emila sambil menahan sakit yang teramat di dadanya. Bagaimana tidak, ia tidak akan bisa mendapatkan pertanggung jawaban yang setimpal dari pria yang sudah beristri seperti Arkana.
"Lupakan yang sudah terjadi?" Arkana menggeleng. "Bagaimana saya bisa melupakannya sedangkan kejadian malam itu terus terlintas di benak saya. Saya merasa sangat bersalah kepadamu." Ucap Arkana.
Emila menghela nafas panjang. Di balik rasa bersalah yang Arkana perlihatkan saat ini pria itu juga menyatakan jika ia tidak bisa memberikan pertanggung jawaban dengan menikahinya.
"Maafkan saya karena malam itu saya tidak sadar sudah menyentuhmu. Malam itu saya dijebak oleh seseorang hingga membuat saya kehilangan akal sehat saya." Ucap Arkana mencoba menjelaskan apa yang terjadi kepadanya beberapa hari yang lalu.
Emila tetap diam. Ia sudah menduga dari awal kondisi Arkana malam itu dalam keadaan tidak sadar jika yang disentuhnya adalah dirinya.
"Saya tahu maka dari itu saya tidak membutuhkan pertanggung jawaban dari anda, Tuan. Lupakan saja semua yang sudah terjadi. Anggap saja malam itu tidak terjadi apa-apa di antara kita." Ucap Emila kemudian.
Arkana kembali menggeleng. Ia akan tetap terus merasa bersalah jika Emila tidak mau menerima pertanggung jawaban darinya. "Tapi bagaimana jika kau hamil?" Pertanyaan itu tiba-tiba saja keluar dari mulut Arkana.
Deg
Emila tertegun mendengarnya. Jantungnya pun turut berdebar-debar memikirkan jika dirinya hamil karena kejadian malam itu. Emila pun berusaha mengontrol pemikirannya agar tak berpikir buruk. "Anda tidak perlu khawatir. Saya tidak mungkin hamil karena kita hanya melakukannya satu kali." Ucap Emila walau tak yakin.
Arkana menghela nafas. Sulit sekali memberikan pertanggung jawaban pada wanita di depannya ini karena Emila terlihat tidak mau menerimanya.
***